Only You

Only You – Extra Part

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

5 votes, average: 1.00 out of 1 (5 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Setelah resepsi panjang nan melelahkan, akhirnya Alex bisa menikmati malam pertamanya dengan Nina sebagai suami istri. Dia mengira setelah semua itu selesai, dia bisa langsung menghabiskan malam dengan istrinya. Nyatanya, Alex masih harus menunggu teman-teman Nina ataupun keluarga yang ingin berbincang-bincang dengannya.

Alex hanya bisa menatap malas pada kumpulan kecil itu. Dia sudah tidak sabar untuk segera menyalurkan hasrat yang sejak tadi ditahannya. Rasanya dia bisa meledak kapan saja kalau perbincangan itu tidak segera berakhir. Alex merasa dia sudah gila. Gila karena mencintai Nina dan sangat menginginkannya.

Nina melirik sejenak kemudian beranjak dengan membawa Lucas. Putranya itu mulai rewel karena lapar dan mengantuk. Seharian menjadi pusat perhatian membuat bayi kecil itu kelelahan. Pujian, cubitan dan ciuman terus membanjirinya dan berhenti ketika Alex menggendong buah hatinya. Sebelum Lucas menangis, Nina membawanya ke kamar dan menyusuinya menjelang tidur.

Alex tentu saja mengikuti mereka dari belakang. Tingkahnya sekarang seperti seorang penguntit yang sedang membuntuti seseorang. Begitu tiba dikamar, Nina meletakkan Lucas di keranjang bayi dan mengganti gaun pengantinya. Gaun yang dikenakan sekarang tidak seperti sebelumnya. Ditengah acara, dia mengganti gaun Ball Gownnya dengan Mermaid Dress agar lebih mudah bergerak.

 Ditengah acara, dia mengganti gaun Ball Gownnya dengan Mermaid Dress agar lebih mudah bergerak

Ide mengganti gaun pengantin berasal dari Anggi. Dia hanya mengatakan secara gamblang kalau pengantin wanita berganti-ganti gaun pengantin untuk menunjukkan kecantikannya. Alex yang mendengarnya menganggap bahwa itu adalah ide yang bagus. Dia ingin semua orang mengetahui betapa cantiknya Nina di hari istimewa itu. Alhasil, Alex menyiapkan puluhan gaun yang akan dikenakan nanti.

Nina tentu saja menolak ide itu. Menurutnya melelahkan harus berganti-ganti pakaian terus-menerus belum lagi dengan riasan yang memakan banyak waktu. Agar tidak terlalu mengecewakan Alex, dia memilih gaun putih itu sebagai pilihannya.

Setelah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur satin merah muda, Nina menggendong Lucas dan menyusuinya.

Alex melihat dari samping dengan meneguk ludahnya

Alex melihat dari samping dengan meneguk ludahnya. Nina berpura-pura tidak mengetahuinya dan tidak melepaskan tatapannya dari Lucas. Semenjak Lucas lahir, ada kegiatan baru yang disukai Alex dan itu mirip putranya. Setiap ada kesempatan, Alex pasti akan meminta ASI untuk diminum. Pernah sekali dia kebablasan meminumnya sampai habis. Alhasil, Lucas menangis kelaparan dan diberikan susu formula sebagai pengganti.

Begitu mata Lucas terpejam, Alex menepuk pipi putranya yang ada dalam gendongan Nina. Dia lalu menggendong Lucas dan meletakkannya hati-hati dalam keranjang.

“Tidur yang pulas, nak.” Alex lalu menyelimuti putranya dan menciumnya sekali.

Sekarang, Alex tersenyum lebar. Tidak ada lagi yang mengganggunya dan dia bisa menikmati malam ini. Begitu dia berbalik, raut wajahnya berubah kecewa ketika melihat Nina telah menutup mata dan menyelimuti dirinya.

“Sayang, jangan tidur dulu. Masih ada yang harus kita lakukan.” Alex setengah menggeram saat mengatakannya. Dia juga menekan kata harus untuk memperjelas keinginannya.

Tidak ada jawaban dari Nina dan Alex tersenyum licik. Dia membuka selimut yang menutupi tubuh istrinya dan meraba paha mulus miliknya. Ada pergerakan kecil ketika rabaan itu naik menuju perut dan Alex menggambarkan pola acak dengan jarinya.

Oh, sial! Alex sangat ingin mencumbu Nina sekarang melihat ekspresinya yang menahan geli. Untung dia menyiapkan gaun tidur pendek dan bukan celana. Meskipun Nina sudah berulang kali memintanya untuk membelikannya celana tidur, Alex tidak pernah mengabulkannya.

Sebuah desahan lolos dari mulut Nina ketika Alex memainkan puncak buah dadanya. Dia juga memberikan kecupan pada leher dan menginggalkan tanda-tanda kemerahan. Alex lalu mengubah posisi tidur Nina menjadi telentang. Dielusnya bibir merah Nina lalu meninggalkan ciuman basah disana.

“Hmm, kau benar-benar tertidur ya, Sayang? Tidak apa, karena aku masih bisa menikmati walau matamu terpejam,” ucapnya ketika kelopak mata Nina tampak dipejam kuat.

Alex menjilat bibir bawahnya lalu duduk diatas Nina. Dia kemudian memberikan sebelah lengannya untuk dipangku agar membuat wajah Nina lebih tinggi sebelum menciumnya.

Kali ini ciuman Alex tidak seperti biasanya. Ciumannya begitu panas dan bergairah. Tangannya tidak berhenti meraba dada Nina dan memainkan pinggulnya untuk menyentuh miliknya.

Usahanya berhasil membuat Nina mendesah pelan dan membalas ciumannya. Dengan mata terpejam, Nina melingkarkan kedua lengannya pada leher Alex dan sesekali menjambak rambutnya. Punggungnya melengkung ketika Alex memainkan puncak dadanya dan menghisapnya. Nina langsung membuka mata dan mendorong tubuh Alex menjauh.

“Sekali lagi kau melakukannya, aku tidak akan memberimu jatah sampai berbulan-bulan berikutnya,” ancam Nina.

“Sedikit saja, Sayang. Aku tidak akan menghabiskannya,” pinta Alex dengan wajah memohon.

Nina menggeleng lalu menarik selimut untuk menutupi dadanya. “Tidak. Aku tidak mau kau menghabiskan jatah Lucas!”

Alex menarik rambutnya frustasi lalu membuka semua pakaiannya dan melempar ke sembarang tempat. Dia juga melepas celananya hingga menampakkan miliknya yang besar.

“Kalau begitu, aku ingin bercumbu! Kumohon, setidaknya itu saja atau aku bisa gila!”

Nina sedikit tersentuh karena melihat Alex begitu menderita. Dia juga sama sekali tidak meninggikan suaranya agar tidak membangunkan Lucas.

Alex yang sekarang seperti api yang panas. Ada kalanya dia seperti anak anjing yang memohon untuk diberi makan. Terkadang Nina lucu jika melihat Alex seperti itu dan menasehatinya agar tidak terbakar nafsu. Tetapi sepertinya itu percuma karena sekarang Alex terlihat seperti singa yang siap menyantap makanannya.

“Aku punya syarat.”

“Apapun itu akan kulakan!” Ucapnya mantap.

“Hanya sekali dan kau tidak boleh kasar. Kau harus melakukannya dengan pelan. Kalau nanti Lucas terbangun, kau harus berhenti dan tidak meminta lagi.”

Alex mengerjapkan matanya lalu mendekatkan wajahnya pada Nina. Ditatapnya mata coklat milik istrinya sebelum berhambur memeluknya. “Sure, but this won’t end quick,” seringainya sebelum menyantap istrinya.

***

Malam pertama berakhir dengan baik, tetapi tidak dengan Nina. Alex tidak menepati janjinya untuk melakukan itu sekali. Dia juga bahkan tidak berhenti ketika Lucas menangis dan mengambil kesempatan ketika putranya selesai menyusu.

Nina merasa kesal dan mengantuk akibat kekurangan tidur. Padahal kondisinya sekarang tidak memungkinkan untuk berhubungan. Alex tidak akan membiarkannya begitu saja dalam keadaannya yang sedang dalam puncak. Selama dia mengandung, Alex sudah sangat bersabar hanya saja ketika sedang menyalurkan hasratnya, dia seperti banteng gila.

“Hari ini biar aku saja yang menjaga Lucas. Kau beristirahatlah.” Anna kasihan melihat Nina begitu mengantuk dan hampir menabrak dinding ketika berjalan.

“Tapi nanti Lucas dan tamu-tamu yang lain …” Nina menguap lebar lalu mengucek matanya.

“Tidak perlu khawatir. Aku bisa menangani semuanya dengan baik. Dari pada itu …” Anna memperhatikan sekitarnya sebelum berbisik, “apa perutmu sakit?”

Nina mengangguk sekali lalu balas berbisik. “Ya dan rasanya sedikit perih. Aku ingin menemui dokter Julie tapi Alex pasti tidak akan membiarkanku pergi sendiri dan lagi, semua keluarga ada disini. Mereka pasti akan curiga.”

“Tenang saja, aku akan membantumu. Aku akan memanggil dokter Julie dan mengantarnya diam-diam. Kau hanya perlu menunggu di kamar dan aku akan mengalihkan perhatian mereka semua!” Anna tersenyum bangga dengan rencananya. Mengerjakan beberapa hal sekaligus ataupun sesuatu yang mustahil merupakan suatu kesenangan tersendiri baginya. Ah, andai saja dia sekaya Alex, dia pasti akan mengelilingi dunia dan melakukan hal yang menantang. Tapi sayang, dia hanya seorang Maid dan pekerjaan itu tidak buruk karena Alex memperlakukannya dengan baik.

“Baiklah, untuk kali ini aku berharap padamu. Aku sangat mengantuk dan tidak bisa berpikir jernih. Aku ingin tidur.” Nina menguap lebar dan mengucek matanya berkali-kali. Bisa dilihat kalau dia sangat mengantuk dan bisa tidur kapan saja.

Leave it to me! Sekarang tidur lah dulu. Aku akan membereskan sisanya.”

Nina memberikan senyum tipis sebelum masuk ke kamar. Kelopak matanya sudah berteriak tidak sabar untuk menutup. Kalau menunggu lebih lama lagi, bisa-bisa dia tidur sambil berdiri.

Setelah Nina masuk, Anna mulai memainkan layar handphonenya dan memasang senyum cerah untuk melakukan misinya.

***

“Aw, cucu nenek sangat imut. Ayo panggil Granny.” Elaine tidak berhenti menciumi Lucas dan ikut tertawa setiap kali cucunya mengeluarkan gelak khas bayi. Dia juga memainkan tangan Lucas, mencubiti pipinya dan menggendongnya kesana-kemari. Untungnya, Lucas anak yang berani dan tidak takut sehingga bertemu dengan orang baru ataupun perlakuan extreme tidak akan membuatnya menangis.

Madre, aku tahu Lucas sangat lucu dan tampan tapi jangan sampai seperti itu Madre bermain dengannya.” Begitu Alex ingin merebut putranya, Elaine dengan lincah menghindar dan membuat Lucas tersenyum lebar.

“Lihat, Lucas lebih senang bersamaku. Daripada Madre memberikan Lucas padamu, lebih baik pada Nina.” Elaine lalu melihat sekitarnya dan menyadari kalau Nina tidak ada disana. “Eh, dimana Nina?”

Alex baru menyadari Nina tidak berada di dekatnya. Seingatnya, Randy sedang memani Dian mengambil semua pakaian untuk pindah kemari. Nina sudah berdamai dengan ibunya dan berharap bisa menghabiskan waktu bersama selama di New York. Dia tahu kalau Dian pasti ingin melihat putra mereka setelah menahan diri akibat kesalahannya di masa lalu.

Alex lalu melangkah menuju kamar untuk mencari Nina. Baru memajukannya kakinya, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dentingan keras. Buru-buru Alex langsung menuju dapur ketika mencium bau gosong.

“Apa yang terjadi disini?!” Alex membelalakkan mata ketika melihat kondisi dapur yang berantakan. Masakan gosong, air keran yang merembes kemana-mana dan lantai kotor membuat tempat itu seperti gudang daripada dapur. Tidak berselang lama, seseorang yang selalu memakai tempat ini muncul dengan sapu dan pel di tangan.

Alex berjalan mundur ketika menginjak potongan piring pecah. “Apa yang kau lakukan, Anna? Kenapa kau membuat kekacauan seperti ini?”

Well, aku tadi memasak lalu aku mencuci. Saat mencuci ternyata masakannya gosong dan saat ingin mematikan kompor, kakiku tergelincir dan menjatuhkan piring. Jadi aku …”

Stop! Kau sedang bermain-main denganku! Apa yang kau sembunyikan?” tanya Alex penuh selidik. Dia sangat hapal dengan sifat Anna dan tidak mungkin melakukan kesalahan beruntun seperti ini. Anna juga terlihat menghindar dan sengaja mengulur waktu dengan alasan berbelit-belit.

Lucas menoleh ke belakang ketika melihat sosok putih yang mengendap-endap dibelakangnya. Sosok itu meletakkan telunjuk di depan bibirnya dan tersenyum manis, berharap bayi itu mengerti apa maksudnya. Namun, Lucas menganggap itu hal lain. Dia langsung mengeluarkan tawa khas bayi dan melambaikan tangannya kepada sosok itu. Elaine lantas menoleh dan mendapati sesuatu yang menarik perhatian cucunya.

“Dr Julie?” ucap Elaine tidak percaya.

Bagai seorang penguntit yang ketahuan, begitulah wajah dr Julie ketika semua tatapan tertuju padanya. Dia meluruskan punggung yang sebelumnya setengah membungkuk, merapikan jaket putihnya yang telah rapi dan memberikan senyum cerah seolah-olah tidak terjadi apapun.

“Apa yang kau lakukan disini, dr Julie? Setahuku kau tidak ada disini tadi.”

Dr Julie Wood, dokter spesialis kandungan yang direkomendasikan John. Alex tidak mau kejadian dokter sialan yang ingin memperkosa Nina terulang kembali. Dia sengaja mencari dokter perempuan yang akan menangani istri dan anak pertamanya. Selama pemeriksaan, Alex pasti akan selalu menyempatkan waktu untuk menemaninya.

Ditanya seperti itu oleh sang pemilik rumah, dr Julie meneguk ludah sebelum mengeluarkan suara. “Ha ha ha, saya hanya datang untuk melihat pengantin baru. Lagi pula saya juga kangen dengan Lucas dan ingin melihatnya.”

Jawaban singkat seperti itu justru membuat kedua alis Alex bertaut. Sekilas dia melihat pandangan dr Julie yang terarah pada Anna sebelum menjawab. Dia lalu menoleh pada Anna yang mengendikkan bahu dan berekspresi seolah-olah tidak tahu. Alex mencium ada yang tidak beres disini. Kedua wanita itu bersekongkol menyembunyikan sesuatu darinya. Apapun itu, bersangkut paut dengan istrinya.

“Kau mau kemana?” cegat Anna saat melihat Alex melangkah menuju kamar.

“Mencari istriku tercinta. Sudah waktunya Lucas menyusu jadi aku akan memanggilnya,” jawab Alex santai.

“Tidak perlu mencari Nina! Tadi dia sempat memompa ASI untuk Lucas. Dia mengantuk dan sekarang pasti sedang tidur.”

Mengabaikan Anna yang memberikan berbagai alasan, Alex membuka pintu kamar dengan hati-hati dan menemukan pujaan hatinya yang sedang terlelap. Melihat wajah tidur damainya membuat hati Alex ikut merasa tenang.

Pergulatan mereka semalam pasti membuat Nina sangat lelah. Bahkan ketika Alex menepuk ringan wajahnya tidak ada reaksi sama sekali. Semalam, Alex tidak membiarkan semua selesai begitu saja. Dia baru menghentikan kegiatannya ketika hari menjelang pagi dan melihat wajah Nina yang kelelahan. Pandangannya lalu turun pada bibir ranum miliknya.Rasanya Alex ingin mencium bibir merah itu dan membuat Nina mendesah namanya.

Karena tidak ada reaksi, Alex mendekatkan wajahnya pada telinga Nina dan berbisik disana. “Bagun, Sayang. Sudah waktunya Lucas menyusu.”

Nina mengerang singkat namun tidak kunjung membuka matanya. Sebaliknya, dia mengalunkan lengannya pada leher Alex untuk mencari kehangatan dan memeluknya erat.

Mendapat perlakuan seperti itu Alex justru merasa senang. Matanya berkilat penuh gairah melihat Nina yang tertidur pulas. Jika bukan karena semua ada disini, dia pasti akan mencumbu Nina, sekarang juga.

“Tuan Testa, saya tidak menyarankan anda melakukan apa yang anda pikirkan sekarang.” Dokter Julie memberanikan diri untuk membuka suara karena mengetahui kondisi Nina yang tidak memungkinkan.

Alex menoleh dan menaikkan sebelah alisnya saat bertatapan denganya. “Apa maksudmu?”

“Maksud saya, anda harus membiarkan Nyonya Testa beristirahat. Beliau terlihat kelelahan,” jawab dr Julie dengan cengiran di wajahnya.

“Itu bukan urusanmu. Kalau tidak ada urusan lain, kau boleh pergi. Anna, kau bisa membantu Madre untuk menyusui Lucas.” Alex secara terang-terangan mengusir mereka dengan dingin.

Anna dan dr Julie saling berpandangan lalu mengangguk.

“Enak saja kau mengusirku! Kau pikir aku takut denganmu, dasar pria cabul!” seru dr Julie.

“Seharusnya kau yang membantu memberi ASI kepada Lucas, dasar ayah tidak berguna!” sambung Anna.

Seruan mereka berhasil membangunkan Nina. Dia mengucek matanya sekali lalu menatap Alex yang berada disampingnya. “Ada apa?” tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

“Tidak ada -!”

“Alex ingin minta jatah lagi darimu! Dia sengaja mengusir kami dan ingin membangunkanmu!” potong Anna cepat.

Alex memberikan tatapan maut karena Anna sudah berani memotongnya dan berbicara sembarangan. Maid nya satu ini memang perlu diberi teguran keras, belum lagi dengan dokter Julie yang ikut memarahinya.

“Uhm … Alex, aku tidak bisa melayanimu hingga beberapa bulan kedepan. Kondisiku sedang tidak bagus untuk melakukannya dan bisa membahayakan calon bayi kita.” Menyadari ucapannya, Nina menutup mulutnya dan memandangi Alex.

Alex membatu sejenak setelah mendengar apa yang dikatakan Nina. Pertama, dia tidak langsung percaya dan ingin memastikannya sekali lagi. Namun setelah melihat reaksi Nina dan kedatangan dr Julie, barulah Alex sadar.

“Kau hamil? Sudah berapa lama? Kenapa tidak memberitahuku?” tanyanya bertubi-tubi.

Melihat Alex yang panik dan juga gembira membuat Nina terkikik pelan. Dia menarik tangan kekar suaminya itu dan meletakkannya diatas perut. “Sudah sebulan. Awalnya aku ingin menjadikannya kejutan nanti saat kau berulang tahun tapi sepertinya tidak jadi.”

“Tidak! Ini adalah hadiah terbaik untukku! Terima kasih Nina, terima kasih!” Alex berulang kali menciumi wajah Nina hingga membuatnya geli. Terakhir kali dia sebahagia ini adalah saat Lucas lahir hari pernikahannya dengan Nina.

Sekilas, Alex teringat dengan aksinya semalam. Dia langsung merunduk ke perut Nina dan mengusapnya. “Maafkan Daddy ya nak. Kau baik-baik saja disana kan?”

“Dia baik-baik saja. Dr Julie sudah memeriksaku tadi,” balas Nina.

Alex lalu teringat kalau dr Julie berada disini. Nina pasti sengaja memanggilnya untuk memeriksa keadaan bayinya dan dia bekerja sama dengan Anna demi menutupi hal ini. Agar tidak ketahuan, Anna sengaja membuat kekacauan untuk mengalihkan perhatiannya. Sayangnya insting Alex yang kuat langsung menyadari keanehan dan tidak pernah menduga kalau Nina akan lagi.

“Dr Julie, apa Nina dan bayinya tidak apa-apa? Anda bisa memeriksa mereka lagi untuk memastikan kondisinya,” pinta Alex.

“Tidak perlu. Mereka berdua baik-baik saja. Hanya saja Nyonya Tesla perlu beristirahat dan tidak mengangkat beban berat. Saya juga telah memberitahu Anna apa yang perlu diperhatikan.”

Alex hendak memprotes karena seharusnya dr Julie harus memberitahukannya daripada Anna. Sebelum menyanggahnya, Elaine muncul dari sisi lain dengan senyum yang tidak kalah ceria dari Lucas. Dia lalu melesak masuk dan meletakkan Lucas disampingnya.

“Jadi, Lucas akan memiliki adik? Waw! Semua pasti akan senang mendengarnya!” Elaine bertepuk tangan ria karena akan memiliki cucu lagi. Dia sangat senang karena keluarga mereka akan semakin ramai dan tidak sabar untuk mengabari yang lain.

Lucas yang melihat semua orang tertawa, juga ikut tertawa.

Alex menggendong putra pertamanya itu dan menciumnya sebelum mengelus perut Nina. “Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu.”

“Aku juga dan terima kasih atas semua ini.”

***

Bunyi ketukan sepatu terdengar berirama di depan pintu bersalin. Pemilik suara itu tidak bisa tenang meskipun itu bukan pengalaman pertamanya. Mata abu-abunya tidak bisa lepas dari pintu coklat yang membatasinya dengan pujaan hatinya. Dengan tidak sabar, dia menunggu dokter memanggilnya untuk menemani istrinya.

Sepanjang kursi rumah sakit dipenuhi oleh keluarga yang menunggu kelahiran anak kedua. Mereka antusias dan juga takut secara bersamaan. Bukan tanpa sebab, mereka yang menemani semenjak kelahiran awal mengetahui seberapa sulitnya wanita itu untuk melahirkan.

Ketika pintu terbuka, seorang dokter cantik muncul dari sebaliknya sambil melepaskan masker. Dia melihat ke arah sang suami dan keluarga yang menunggu dengan cemas.

“Mr Testa, anda boleh masuk menemani istri anda. Yang lainnya harus menunggu diluar,” ucap dr Julie.

Tanpa menunggu lama, Alex langsung masuk dan berdiri disamping Nina. Istrinya itu menyambutnya dengan senyum cerah meskipun keringat membasahi dahinya. Alex mengelap dengan ujung lengan bajunya dan memberikan ciuman di dahinya.

“Kau pasti bisa, Sayang. Kau hebat!” ucap Alex memberikan semangat.

“Seharusnya aku yang mengatakannya padamu. Wajahmu bahkan lebih pucat dariku. Tenang saja, aku akan melahirkan Alice dengan selamat.” Alice Testa, nama putri mereka berdua. Begitu mengetahui jenis kelamin anaknya, Nina menamainya dengan Alice.

Alex tidak keberatan dan juga menyukai nama itu yang memiliki arti bangsawan yang mulia. Menurutnya nama apapun yang diberikan Nina pastilah bagus. Dia berharap anak perempuannya nanti memiliki sifat seperti ibunya yang penyayang dan sabar. Lucas pasti senang memiliki saudari perempuan yang cantik.

Nina mencengkram tangan Alex erat ketika mulai merasakan kontraksi yang luar biasa. Dr Julie yang sudah di dalam ruangan, memeriksa bukaan dan memberika aba-aba untuk mengejan.

“Tarik nafas dan dorong!”

Melihat Nina berusaha untuk melahirkan buah hati mereka membuat Alex tidak tahan. Jika bisa, dia ingin menggantikannya merasakan sakit selama persalinan. Walaupun ini kedua kalinya, Alex tetap saja tidak tega melihat Nina kesakitan. Memang dia menginginkan banyak anak tetapi jika Nina harus mengalami rasa sakit seperti ini setiap kali melahirkan, Alex tidak tega.

“Dorong sedikit lagi! Kepalanya sudah terlihat!”

Nina mengejan keras setengah berteriak. Alex yang tidak sanggup melihat hanya bisa menutup mata dan menggenggam tangannya erat. Dia tidak bisa menyaksikan betapa sakitnya Nina melahirkan buah hati mereka. Dia tidak tahu jika wanita begitu kuat menahan semua rasa sakit ketika melahirkan. Setelah ini, dia bersumpah akan memperlakukan Nina dengan baik dan semua pegawai wanita yang bekerja di bawahnya.

Suara tangisan bayi membuatnya membuka mata. Dilihatnya wajah Nina yang kelelahan dengan keringat yang mengucur. Nafasnya putus-putus dan wajahnya tampak letih. Senyum mengembang di wajahnya ketika dr Julie membawa putri pertama mereka.

Dengan hati-hati, Alex menggendong putri pertama mereka dan mengamatinya

Dengan hati-hati, Alex menggendong putri pertama mereka dan mengamatinya. Tanpa sadar, air mata membasahi pipinya. Alice sangat mirip dengan Nina hanya saja dia memiliki mata abu-abu dan hidung mancung miliknya. Ketika dia menjulurkan telunjuknya, Alice menggenggam dan menghisapnya.

“Alice lapar. Tunggu sebentar ya, Mommy akan segera memberikan susu.”

Alex membaringkan Alice hati-hati disamping Nina dan membantunya memberikan ASI. Begitu Alice telah tertidur karena kenyang, dia mencium pipinya sekilas dan membelai kepalanya.

“Dewasa nanti, Alice pasti akan sangat cantik. Aku dan Lucas akan menyayangi dan melindunginya.”

“Kalau kalian terus menempel padanya, nanti tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya.” Membayangkan bagaimana Alex nanti menakuti semua pria yang mendekati Alice, pasti akan membuat putrinya sedih dan merasa tersisihkan.

Wajah Alex berubah gelap dan memeluk Alice erat. “Kau tahu kalau aku tidak akan membiarkan laki-laki manapun mendekati Alice begitu saja. She is my princess,” Alex mencium kening Nina dan menatapnya dalam, “and you’re my queen. I love you and only you, my love.

***

5 tahun kemudian . . .

Seorang bocah laki-laki dengan pelan mendekati pintu kamar dan memutar kenopnya. Ketika mengetahui pintu itu tidak berkunci, dia meletakkan telunjuk di depan bibir kepada adik-adiknya. Adik perempuan yang berbeda 1 tahun dengannya memberikan anggukan semangat seraya menahan tawa dengan boneka beruang coklat yang digenggamnya. Sedangkan adik bungsu yang berbeda 3 tahun dengannya itu hanya mengucek matanya karena setengah mengantuk.

Di usianya yang ke 5 tahun, bocah itu sangat hapal dengan kebiasaan orang tuanya. Sehabis makan malam, Daddynya pasti akan membawa mereka semua ke lantai atas dan membacakan dongeng agar mereka cepat tertidur. Padahal mereka baru kenyang dan masih ingin bermain. Mereka juga lebih suka bersama Mommy tetapi Daddy selalu merebutnya duluan. Karena itu mereka bertiga sepakat untuk membalas Daddynya dan menunggu hingga 10 malam.

Mata abu-abu milik bocah itu menangkap 2 gumpalan manusia yang tengah tertidur di atas ranjang. Dengan pelan-pelan dia melangkah ketepi ranjang di ikuti kedua saudaranya. Begitu tiba, dia langsung melompat dan menindih mereka yang dibawah. Kedua orang yang tengah tertidur itu langsung terbangun kaget melihat mereka.

Mommy! Alice mau tidur dengan Mommy!” Anak perempuan bermata abu-abu itu menjulurkan kedua tangannya tinggi, meminta untuk digendong.

“Aku juga! Aku juga mau tidur dengan Mommy!” Lucas berhambur ke pangkuan Nina dan memeluk lehernya dari samping.

“Kakak curang! Alice duluan yang mau tidur dengan Mommy!” Alice juga ikut berhambur ke pangkuan ibunya dan memeluk dari sisi lain.

“Kamu dengan Daddy saja. Mommy untukku.” Lucas menjulurkan lidahnya untuk mengejek. Dia sangat suka mengerjai saudari perempuannya itu. Sekali diganggu, adik perempuannya itu tidak akan menangis, melainkan menjerit sekencang-kencangnya dan melawan. Seperti sekarang, Alice melempar boneka beruang coklatnya dan mengenai wajah Alex.

“Tidak kena, tidak kena. Weeek!”

Ejekan Lucas justru membuat Alice semakin marah. Gadis kecil itu justru melompat ke arah kakanya dan berguling-guling dengannya. Lucas tentu saja tidak akan memukul adik perempuannya itu. Justru dia memeluk Alice dengan erat hingga kehabisan tenaga dengan sendirinya.

“Kalian ini, terus saja berbuat onar. Apa kalian tidak bisa lebih tenang seperti Charles? Lihat, dia bahkan sudah tertidur,” ucap Alex memisahkan mereka.

Mereka berdua lalu beralih kepada saudara bungsu yang sudah tertidur lelap di pangkuan Nina. Dia tertidur dengan posisi tengkurap dan mengisap jempolnya. Tidurnya semakin nyaman dengan tepukan pelan di punggungnya. Keributan kedua kakaknya tadi seolah-olah tidak memberikan pengaruh apapun padanya.

Charles Testa, putra ketiga mereka yang berjarak 2 tahun dengan Alice

Charles Testa, putra ketiga mereka yang berjarak 2 tahun dengan Alice. Dari ketiga anaknya hanya Charles lah yang memiliki mata coklat seperti Nina. Awalnya Alex tidak berencana untuk menambah anak lagi setelah Alice. Namun karena kecerobohannya, dia lupa memakai pengaman dan membuat Nina mengandung.

Nina sendiri tidak masalah dengan kehamilannya yang ketiga. Justru pada kehamilannya ini, rasanya tidak sesulit saat hamil Lucas dan Alice. Selain morning sick, dia tidak mengalami ngidam ataupun muntah-muntah. Hari-harinya dilewati dengan tenang sampai masa kelahirannya.

Mungkin karena pengaruh bayi, Charles juga lebih tenang tidak seperti kedua kakaknya. Jika kedua kakaknya saling memperebutkan mainan ataupun berdebat, dia akan diam atau melerai jika sudah kelewat batas. Sikapnya sangat dewasa, sampai-sampai Alex dibuat takjub ketika Charles tidak mengikuti kedua kakaknya untuk menganggunya saat bekerja seperti mengacak semua laporan bahkan merobeknya. Ketika ditanya Lucas kenapa dia tidak ikut mengerjai ayahnya, Charles hanya menjawab kalau itu tidak menarik dan membuat Alex harus bekerja 2x untuk membereskannya.

“Kalau begitu aku disamping Mommy!” Alice melesat cepat memeluk lengan Nina satunya. Dia bergelayut manja disana dan menjulurkan lidah kepada Lucas karena sudah merebutnya duluan.

“Ya, ya, aku mengalah. Aku tidur disampingmu saja.” Lucas lalu beranjak ke samping Alice dan memeluknya seperti guling hingga membuatnya susah bergerak.

“Ihh kakak!” pekik Alice karena gerah dengan kelakuan kakaknya.

“Ssst, Alice jangan berteriak. Hari sudah malam, Charles juga sudah tidur. Nah, ayo tidur dengan Mommy.” Nina menjulurkan tangannya yang disambut gembira oleh putrinya itu. Alice lalu berbaring disamping Charles dan menutup matanya ketika Nina mengusap rambutnya.

“Lucas disamping Daddy saja supaya kamu tidak menganggu Alice.”

Ketika Alex ingin merangkul putra pertamanya itu, dengan gesit dia menghindar ke belakang punggung Nina dan memeluknya. “Aku disini saja dengan Mommy. Dengan Daddy gak enak.” Setelah mengatakannya, Lucas memejamkan mata dan ikut tertidur menyusul adik-adiknya.

Alex hanya menggeleng melihat tingkah ketiga anaknya. Tidak ada satupun yang ingin dekat dengannya dan lebih suka menempel pada Nina. Terkadang ada rasa sedih ketika Nina juga lebih memperhatikan anak-anak daripada dirinya. Tapi tidak pernah sekalipun membenci darah dagingnya. Dia tetap mencintai mereka, senakal apapun yang mereka lakukan.

Belaian lembut Nina pada wajahnya, membuat Alex memejamkan mata. Baginya, tidak ada yang lebih nyaman selain sentuhan wanita yang dicintainya. Hanya belaian singkat itu, sudah bisa membuat hatinya tenang.

Alex menyentuh tangan itu lalu mendekatkan pada bibirnya dan menciumnya lama. “Aku mencintaimu, Sayang.” Hanya itu kata-kata yang bisa diucapkannya. Jika ada hal lain untuk mengeskpresikan rasa cintanya, Alex akan melakukannya walaupun sesulit apapun.

“Aku juga. Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan yang tidak ternilai. Aku mencintaimu, sampai kapanpun.” Nina mencium telunjuknya dan meletakkan di bibir Alex. Dia tidak bisa menciumnya langsung karena ada anak-anak disampingnya.

Alex tersenyum mengerti. Dia menelusupkan lengan kekarnya ke leher Nina untuk memangkunya. Meskipun ada jarak diantara mereka, cinta mereka tetap dekat. Lagipula yang memisahkan mereka adalah anak-anak dan Alex juga mencintai mereka sepenuh hati.

“1 jam lagi, ayo kita pindah ke lantai atas,” ajak Alex dengan cengiran diwajahnya.

Nina mengerti maksud ucapan Alex dan mencubit pinggangnya. “Kau ini, dasar mesum!”

Mereka berdua sama-sama tertawa lalu berhenti ketika Charles menunjukkan tanda-tanda tertanggu. Alex mengelus dahi putra ketiganya itu hingga kerutannya hilang. Dia juga merapikan anak rambut Alice dan mencium pipinya. Sedangkan Lucas, putra pertamanya itu jauh dibelakang Nina dan membiarkannya begitu saja.

Alex tidak akan melupakan momen ini. Kebahagian bersama keluarga tercinta, sampai kapanpun dia tidak akan melupakannya. Begitu juga dengan Nina. Dia bersyukur mendapat suami yang sangat mencintainya dan diberkati anak-anak yang lucu. Sejauh mana mereka berpisah, selama apapun harus menunggu, jika ditakdirkan bersama mereka akan bersatu sampai selamanya.

.

.

.

.

.

Halo kepada pembaca baru atau lama. Ini adalah episode terakhir dari kisah Only You. Maaf lama, soalnya ada kendala (gak usah panjang, ntar dibilang banyak alasan)

Untuk tahun depan, tentu saja saya ada rencana untuk menulis cerita baru. Sequel atau tidak, silahkan lihat nanti. Jangan ditunggu soalnya saya mungkin bakal lama.

Dan yang terakhir, terima kasih sudah membaca sampai akhir. Maaf jika cerita ini banyak absurd, typo dsb. Semoga kedepannya kemampuan saya meningkat dan untuk semua reader diberi kemudahan dalam segalanya (berhubung mau tahun baru)

Sekali lagi, terima kasih semuanya! Tanpa kalian saya bukan apa-apa

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

11 Komentar

  1. Lucu banget sih si Alex, sampai menghabiskan jatahnya Lucas. ? Si Nina juga hampir menubruk dinding karena kelelahan dan ngantuk akibat tingkah mesum Alex. ? Selamat ya Nina dan Alex, udah punya 3 anak aja. Kirain cuma sampai Lucas karena kondisi rahim Nina setelah keguguran. Hilang satu, tumbuh tiga. ?
    Akhirnya kisah Nina dan Alex benar-benar berakhir sampai di sini. Terima kasih buat penulisnya yang sudah bersedia berbagi karyanya di sini. Semoga tahun depan kita bisa bertemu lagi di karya-karya penulis berikutnya.

    1. Terima kasih sudah membaca sampai akhir dan selamat menanti cerita baru dari saya!

  2. Aku suka banget sama cerita ini.. mba author punya akun wattpad kah? Cerita ini diposting disana ga?

    1. Akun Junz06 bukan sih? Saya cari di Google pakai kata kunci “Only You Alexander Testa Wattpad” ketemunya akun itu.

      1. anna03616 menulis:

        Wahhh iyaa.. itu akunnya. Thanks infonya ya.. hehe

      2. Juniar Vina menulis:

        iya, itu akunku, wah maaf ngak ngecek komen karena gak ada notif, maaf ya dan terima kasih sudah menikmati sampai sekarang

  3. Mariani Xu menulis:

    Sudah Aku follow juga akun junz06. Ditunggu cerita barunya ya. Semangat.

  4. Indah Narty menulis:

    Terimakasih.. semangat terus

  5. Natazsa Puri Gracia menulis:

    Well aku baca ceritanya sampe akhir banget ini heheh dan sukaaa sekali sm ceritanya. Alurnya menarik bgt bikin kita yg baca pengen baca terus. Tata bahasanya juga bagus 👍🏼 Great job ya kakak penulisnya. Ditunggu karya selanjutnya kak

  6. Tks ya kak udh update.