Only You

Only You – Chapter 27

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Alex tidak fokus pada penjelasan yang dibawakan oleh salah satu managernya. Padahal rapat itu cukup penting karena berhubungan dengan proyek yang sedang digarapnya. Perusahaannya mendapat sebuah proyek penting yang akan membawanya ke jenjang yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Pikiran Alex menerawang memikirkan Nina. Dia menerka-nerka apa yang sedang gadis itu lakukan dan bagaimana keadaannya sekarang ini. Sebelum meninggalkannya, Alex meminta Pranadi untuk mengawasinya. Hal itu tidak berlangsung lama karena Nina mengetahuinya dan meminta Pranadi untuk berhenti melakukannya. Nina juga berpesan kalau dirinya baik-baik saja.

Alex tidak meminta Nina untuk mengantar kepergiannya dibandara. Jika Nina melakukannya, Alex pasti akan membawa gadis itu pergi bersamanya atau dialah yang tetap tinggal. Banyak hal yang Alex sesali sekarang setelah meninggalkannya. Dia tidak bisa menghapus sosok Nina dan merindukannya. Ya, dia sangat merindukan Nina hingga membuatnya gila.

“Bagaimana pendapat anda tuan presdir?”

Alex langsung sadar dari lamunannya ketika manager telah selesai menjelaskan. Karena terus memikirkan Nina, Alex tidak mendengarkan apa yang telah dijelaskan selama satu jam. Dia juga tidak mungkin menyuruh manager itu mengulang kembali penjelasannya. Itu membuatnya terlihat sebagai pemimpin yang tidak pantas dan tidak menghargai karyawannya.

Untuk mengurangi rasa bersalah, Alex melihat dokumen yang diberikan sebelum rapat dimulai. Kecepatannya dalam memahami sesuatu tidak perlu diragukan. Dalam sekejab, Alex mengerti semua materi yang apa yang dijelaskan manager tadi.

“Sejauh ini tidak masalah. Kedepannya kalian harus lebih berhati-hati dalam memilih supplier. Untuk tenaga kerja, kita bisa mendatangkannya dari India atau wilayah asia lainnya. Tetapi sebelum mempekerjakan, periksa apakah mereka layak atau tidak. Kita tidak bisa melakukan kesalahan sekecil apapun dalam proyek ini. Keberhasilan proyek ini akan mempertaruhkan nama baik perusahaan kita. Aku harap, kalian semua dapat bekerja sama untuk mensukseskannya.”

Tepuk tangan langsung memenuhi seluruh ruangan. Rasa semangat dan percaya diri mereka muncul setelah mendengar kalimat penyemangat darinya. Alex menyalami satu per satu dari mereka sebelum meninggalkan ruangan. Sebagai seorang pemimpin, dia tahu bagaimana cara memotivasi karyawannya. Alex juga belajar lebih menghargai mereka setelah melihat bagaimana Nina diperlakukan tidak baik.

Hingga menjelang sore, Alex tetap tidak fokus pada pekerjaannya dan memilih kembali lebih awal. Alex terlalu merindukan Nina hingga tidak mampu memikirkan hal lain. Bayang-bayang Nina selalu muncul setiap kali melihat wanita yang memiliki sama dengannya. Alex melonggarkan dasinya dan membuka AC mobilnya hingga yang tertinggi untuk menjernihkan pikirannya. Ketika sampai di apartementnya, Alex langsung disambut oleh maid yang merupakan sahabat baiknya.

Welcome! Wah, tidak biasanya kau pulang cepat. Kebetulan aku sedang memasak sup ayam kesukaanmu tapi butuh 10 menit lagi untuk matang.” Anna, sahabatnya sejak senior high school itu memilih untuk tidak melanjutkan studinya dan bekerja padanya sebagai maid. Kemampuan akademiknya tidak terlalu buruk. Hanya saja, semenjak orang tuanya bercerai, Anna lebih memilih untuk bekerja yang juga merupakan hobinya.

Anna gemar bersih-bersih dan suka menata barang-barang. Dia dulu menjabat sebagai komite kebersihan semasa sekolah dan mendapat penghargaan sebagai murid yang berdedikasi. Kesukaanya berbersih-bersih berasal dari neneknya. Tidak heran jika Anna mempunyai hobi yang sama karena sewaktu kecil mereka tinggal bersama.

“Aku akan beristirahat di ruang kerja. Panggil aku kalau sudah siap.”

Alex melangkah menuju ruang kerjanya dan menghempaskan dirinya pada kursi putar yang nyaman. Ketika memainkan kursinya, pandangan Alex tertuju pada sebuah kotak. Dibukanya kotak itu dan mengambil pena yang memiliki warna hitam mengkilat bercampur ukiran emas. Harga pena itu tidak seberapa baginya. Yang membuatnya istimewa karena itu pemberian Nina.

 Yang membuatnya istimewa karena itu pemberian Nina

Nina memberikan pena itu setelah makan malam usai. Baginya membeli pena semewah itu pastilah berat. Nina pasti mencari pekerjaan tambahan untuk membelinya dan menyembunyikannya darinya. Alex merasa tersentuh karena sampai akhir Nina masih memikirkannya.

Alex mengingat kembali kenangan yang dilaluinya bersama Nina. Dia tersenyum mengingat wajah tidur Nina yang begitu damai. Alex membayangkan, bagaimana rasanya setiap hari dapat melihat wajah tertidurnya dan mendapat senyuman manisnya. Rasanya sangat sempurna bisa melewati hari dengan orang dicintainya.

Ya, Alex mencintai Nina. Cintanya bahkan semakin kuat setiap harinya karena merindukannya. Alex ingin menemuinya tetapi dia juga merasa takut. Takut jika Nina sudah melupakannya, takut jika melihat Nina bersama pria yang dicintainya. Alex tidak bisa. Dia tidak bisa membayangkan Nina bersama pria lain. Rasa rindu membuatnya menjadi gila. Alex gila karena tidak bisa memiliki Nina hingga mengacak-ngacak rambutnya.

“Alex! Kau kenapa?” Anna yang baru masuk, dikejutkan dengan tindakan Alex yang menyiksa dirinya sendiri. Alex terlihat kacau dan tentu saja Anna mengetahui apa penyebabnya. “Memikirkan Nina?” ucapnya tepat.

Alex mengerang frustasi dan kembali mengacak rambutnya. Dia menceritakan pertemuannya dan apa yang dialaminya selama di Indonesia. Karena itu, Anna tahu apa yang membuatnya menjadi seperti ini.

“Kenapa kau disini?” tanya Alex mengalihkan pembicaraan. Dia tidak bisa menyembunyikan nada tidak sukanya karena Anna telah melihat keadaannya yang buruk.

“Aku memanggilmu berkali-kali tetapi kau tidak menyahut jadi aku mencarimu disini,” jawab Anan tenang. Dia lalu duduk berseberangan dengan Alex dan menatapnya lucu. “Marah karena tebanku benar ya?”

Alex mendengkus kasar dan membuang wajahnya ke arah lain. Selain sahabat, Alex juga menganggap Anna sebagai kakaknya. Jadi hanya padanya Alex menunjukkan sisi lainnya yang tidak diperlihatkannya pada orang lain.

“Kalau kau mencintainya, kenapa tidak menemuinya?”

Alex tertunduk lesu dan menyandarkan kepalanya pada bahu kursi. “Aku tidak bisa. Aku takut untuk menemuinya.”

“Seorang Alexander Black Testa merasa takut menemui seorang wanita? Wow! Kau bahkan tidak takut saat membentak Luisa yang bisa mengakibatkan perusahaannya membatalkan kontrak denganmu. Kenapa kau takut hanya menemui seorang wanita biasa? Apa kau takut menjadi gila?” goda Anna.

“Ya! Aku takut menjadi gila karena dia melupakanku! Aku takut melihatnya bersama pria lain dan tersenyum bahagia karena itu aku tidak berani menemuinya!” Wajah Alex memerah karena kemarahan yang meluap-luap. Dadanya naik turun mengeluarkan semua rasa sesak yang terpendam.

“Sekarang pun kau sudah gila karena merindukannya.” Anna mengeluarkan sebuah amlop dan meletakkannya diatas meja. Alex melihat isi amplop itu dan menatapnya tidak percaya.

“Dari pada kau menjadi gila karena memikirkannya, bagimana kalau kau menjadi gila setelah menemuinya? Bukan ide yang buruk kan?” Anna mengedipkan sebelah matanya sambil menikmati ekspresi Alex.

Amplop itu berisikan tiket menuju Indonesia beserta sebuah foto. Foto Nina yang sedang memakai seragam bewarna hitam dan melayani pelanggan. Dia telah berpindah tempat kerja dan terlihat lebih baik dari terakhir dilihatnya.

“She still single.” Setelah mengucapkannya, Anna beranjak dari tempatnya untuk keluar dari ruangan.

“Tunggu! Darimana kau mendapatkan ini?” Alex bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari foto itu.

“Oh Alex, apa kau lupa sebuah kartu kreditmu ada padaku? Kau bilang aku boleh menggunakannya sesukaku jadi aku menggunakannya untuk itu,” jawab Anna dengan wajah tak berdosa walau nantinya tagihan itu juga Alex yang membayarnya. “Oh ya, ada catatan tambahan dibelakanganya dan jangan lupa untuk makan malam!” teriak Anna setelah meninggalkan ruangan.

“Tunggu!” teriak Alex lagi setelah melihat tanggal keberangkatan. “Aku belum berkemas!” seru Alex karena penerbangannya adalah besok pagi.

“Sudah kulakukan! Kau hanya tinggal pergi saja!” balas Anna tidak kalah tinggi.

Senyum Alex semakin lebar mendengarnya. Anna memang maid yang sangat berdedikasi. Tidak salah keputusannya untuk memberikan pekerjaan itu pada Anna dan lagi Anna sudah mengenal dirinya dengan baik.

Alex masih memandang foto Nina yang berada dalam genggamannya. Di balik foto itu terdapat alamat tempatnya bekerja sekarang. Sebuah pesan masuk menambah semangatnya karena mendapat calon klien dari negara itu. Kini, dia mempunyai alasan untuk berlama-lama disana.

“Tunggu aku Nina. Kali ini aku pasti akan mendapatkanmu.”

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

7 Komentar

  1. Waktu baca bab-bab awal, kirain Alex dan Anna ini ada hubungan spesial. Alex selingkuh sama Anna trus Nina kecewa dan mengalami kecelakaan dan koma. Imajinasi saya terlalu ketinggian kayaknya. ?

    1. Juniar Vina menulis:

      Klu ntar ada ide, mau bikin cerita khusus Anna biar ada dari sudut pandang dia juga. Justru imajinasi tinggi malah bagus jadinya kan penasaran dan perasaan campur aduk saat tahu sesuai/tidak dengan ekspetasi

      1. Aiza menulis:

        Ini ga dilanjut lagi kah? ?

  2. Fransiscalavoie menulis:

    semangat kak nulis ceritanya. aku suka sama cerita ini. ditunggu lanjutannya hehe

  3. Penasaran ?

  4. Indah Narty menulis:

    Selalu semangat ka

  5. Selamat berjuang banggg