Only You

Only You – Epilog

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

1 vote, average: 1.00 out of 1 (1 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Anna sibuk memeriksa seluruh ruangan dan merapikan bagian yang dirasa kurang rapi

Anna sibuk memeriksa seluruh ruangan dan merapikan bagian yang dirasa kurang rapi. Setiap ornamen bunga yang dipajang merupakan buatannya sendiri. Melihat hasil karyanya yang menghiasi ruangan, Anna membusungkan dada dengan bangga. Untuk hari istimewa ini, semuanya harus sempurna tanpa ada cela sedikitpun.Sebelum meninggalkan tempat itu, Anna sekali meninjau lalu memberi arahan kepada pelayan yang bertugas. Dengan gembira, dia menaiki lift dan menuju kamar yang akan menjadi pemeran utama.

“Nina! You’re amazing!

Melihat kedatangan Anna, Nina menoleh dan tersipu mendengar pujiannya. Anna tidak berhenti terpukau melihatnya memakai gaun pengantin yang khusus dipesan oleh Alex. Gaun itu begitu indah dengan ball gown yang lebar dan motif bunga besar yang disulam setiap tepinya. Meskipun berlengan, bagian atas dari gaun itu menampakkan leher dan bahunya sedikit. Berbagai sulaman lain menghiasi bagian dada dengan batu swarovski putih agar tampak bersinar. Hiasan rambut berbentuk mahkota tersemat di jalinan rambut hingga membuat Nina tampak seperti ratu.

Gaun itu sengaja dipesan Alex dari desain terkenal. Dihari yang ditunggu-tunggu ini, dia ingin agar Nina tampak sempurna. Bahkan penata rias pun Alex memanggil khusus dari Hollywood. Baginya, hari ini adalah hari yang sakral dan harus menjadi hari yang istimewa agar tidak bisa dilupakan. Karena mulai hari ini, mereka akan menjadi keluarga yang sesungguhnya.

 Karena mulai hari ini, mereka akan menjadi keluarga yang sesungguhnya

"Aku yakin, Alex pasti tidak akan mengedipkan matanya melihatmu

“Aku yakin, Alex pasti tidak akan mengedipkan matanya melihatmu. Dia pasti akan menciummu habis-habisan saat pemberkatan nanti.”

Nina tersenyum kecil dan mengamati pantulan dirinya di cermin. Semua ini seperti mimpi. Rasanya baru kemarin dia terbangun dari tidur dan ingatannya kembali. Kini, setelah semua yang terjadi, dia akan menikah dengan pria yang dicintainya. Rasa gugup menguasainya. Sampai detik ini, dia masih belum mempercayai kalau semua ini adalah kenyataan. Jika bisa, dia ingin mencubit pipinya sendiri untuk memastikan kalau ini bukan mimpi.

Suara tawa bayi membuat Nina sadar dari lamunannya. Dia langsung bangkit dari kursinya untuk memeluk bayi dari gendongan Elaine. Bayi laki-laki berumur 6 bulan dengan netra bewarna coklat itu memiliki wajah yang sama persis dengan Alex. Butuh perjuangan besar untuk melahirkannya karena dia memiliki trauma dengan masa lalu. Setelah mendengar tangis anak itu, semua rasa lelah yang dirasakannya.

Nina masih ingat dengan jelas tangisan Alex saat menggendongnya

Nina masih ingat dengan jelas tangisan Alex saat menggendongnya. Ekspresi kebahagiaan yang meluap-luap menyatakan dirinya telah menjadi ayah. Dia bahkan gemetaran dan tidak berani menyentuhnya. Setelah Elaine dan Gustav memberikan semangat, barulah Alex berani mengangkat darah dagingnya sendiri.

“Lucas sayang, kau tidak nakal selama bersama nenek kan?” tanya Nina seraya menimang. Lucas Setiawan Testa, putra pertamanya yang tampan. Alex sengaja tidak mau memberikan nama tengah Black padanya. Gustav sengaja memberikan nama itu padanya sebagai gurauan. Karena selama Elaine mengadung, dia selalu meminta pasta hitam. Namun siapa sangka jika Alex memang menyukai warna itu dan hampir semua perlengkapan miliknya bewarna hitam.

“Ma … Maaa!”

Anna dan Elaine sama-sama terkejut mendengar kata pertama yang diucapkan Lucas. Nina yang mendengarnya pun tidak kalah terkejut. Matanya berkaca-kaca penuh haru dan memeluk Lucas dengan erat.

Mommy mencintaimu, Sayang!” Setelah Lucas lahir, Nina bertekat untuk mencurahkan seluruh kasih sayangnya padanya. Dia akan memperlakukannya dengan adil agar kepahitan yang dialaminya tidak terjadi lagi. Nina akan mengajari, mendidik dan memberikan nasehat agar Lucas kelak dapat tumbuh menjadi pria bertanggup jawab seperti ayahnya.

“Aduh, Nina jangan menangis. Lihat, riasanmu luntur semua!” Elaine menghapus air mata Nina yang masih tertinggal dan mengambil Lucas dari gendongannya.

“Maaf Mom, aku terlalu senang mendengar Lucas memanggilku jadi tanpa sadar aku menangis.” Nina menerima tisu yang diberikan Anna dan mengelap matanya.

“Ini masih belum seberapa. Masih banyak kejutan yang menanti selama Lucas tumbuh. Jadi simpan air matamu dulu. Kau tidak boleh menangis dihari yang bahagia ini!”

“Baik Mom!” jawab Nina dengan senyum lebar diwajahnya.

***

Alex terus bermondar-mandir dikamarnya. Pikirannya tidak tenang karena ingin segera menemui Nina. Dia tidak sabar melihat pengantinnya itu dan menganggumi betapa cantiknya dia memakai gaun putih. Memikirkan betapa cantiknya Nina nanti membuat darahnya bergejolak. Dalam hati, Alex menggerutu betapa tidak kompetennya penata rias yang mendadani Nina begitu lama. Seharusnya dia menyuruh Anna untuk melakukannya tetapi kemampuan maid nya itu tidak membuatnya puas.

Bunyi ketukan sepatu yang terus menerus membuat Gustav menggeram pelan. Anak semata wayangnya itu begitu tidak sabaran untuk melihat istrinya. Dipikir-pikir lagi, dia juga dulu seperti itu saat akan menikahi Elaine. Saat muda dulu, dialah yang mengejar Elaine dan membuat hati keras wanita itu luluh padanya. Alex benar-benar mengikuti sifatnya yang tidak sabaran dan lebih suka langsung menerjang.

“Kau berisik. Apa tidak bisa tenang?” Yang berani menghardik Alex adalah Randy. Dia datang bersama Dian atas undangan Nina.

Alex menahan sabar mendengar perkataan sarkas dari adik iparnya. Berbeda dengan Randy yang menemaninya di ruang pengantin pria, Dian memilih berdiam di kamarnya dan tidak menemui Nina. Dari pernyataan Randy, Dian sudah berubah. Sesekali dia menanyakan kabar Nina meskipun enggan bertemu langsung. Mengingat bagaimana perlakuannya dulu terhadap Nina membuatnya malu. Kebencian membutakannya hingga tidak bisa melihat bagaimana usaha Nina untuk mendapatkan perhatiannya.

Setelah suaminya meninggal, Nina bersedia mengambil alih peran sebagai tulang punggung keluarga. Padahal peran itu seharusnya dipegang olehnya dan menafkahi kedua anaknya dengan adil. Bukannya bersyukur, Dian justru menuntut lebih banyak dan lebih mementingkan Randy. Dian sama sekali tidak pernah memikirkan kebahagiaan Nina dan membencinya karena kejadian masa lalu.

Setelah kepergian Nina yang kedua kalinya, mata Dian akhirnya terbuka. Nina berbakti padanya dan tidak pernah membencinya. Menjelang lahiran pun, Nina masih memikirkannya dan memberikan kabar tentang anaknya. Rasa senang membajiri Dian ketika mengetahui Nina melahirkan dengan semangat. Matanya berkaca-kaca ketika Nina menunjukkan foto cucunya yang tampan.

Kini, Dian menyesal karena telah memperlakukan Nina dengan tidak adil. Apa yang telah dilakukannya dulu tidak mudah dilupakan. Meskipun Nina telah memaafkannya, Dian tidak bisa. Karena itu meskipun telah berada di negara yang sama, Dian menghukum dirinya sendiri dengan tidak menemui Nina dan keluarganya.

“Saat kau menikah nanti, kau akan merasakan apa yang kurasakan dan saat itu aku yang akan menertawakanmu,” balas Alex tak kalah tajam.

“Tunggu saat itu tiba dan kita lihat nanti. Apakah aku akan gelisah sepertimu atau lebih tenang.”

Alex tersenyum mendengar tantangan itu. Bersama Randy, Alex tidak pernah merasa bosan. Adik iparnya itu selalu mempunyai cara untuk memancing emosinya dan bersaing dalam berbagai hal. Alex menyukai cara berpikir Randy yang kritis dan berwawasan luas. Dia mengakui jika Randy memiliki kharisma sebagai seorang pemimipin. Bukan hanya Randy, Nina pun memiliki caranya sendiri sehingga membuat orang kagum padanya.

“Bagaimana ibumu? Apa dia masih tidak mau menemui Nina?” tanya Alex. Meskipun tidak menyukai Dian, dia tetaplah wanita yang telah melahirkan Nina. Alex tetap hormat padanya sebagai ucapan terima kasih karena telah membesarkan wanita hebat seperti Nina.

Randy memberikan gelengan sebagai jawaban. “Mama masih tidak mau bertemu. Dia bilang, dia tidak akan hadir dalam pernikahan kalian. Mama lebih memilih melihat kalian dari kejauhan dan mengurung diri di kamar.”

“Mana bisa seperti itu!” seru Gustav tiba-tiba. Dia beranjak dari kursinya dan menatap 2 pria muda yang sejak tadi berbincang. “Mau bagiamanapun, dia adalah ibu Nina! Bagaimana bisa dia tidak hadir pada pernikahan putrinya sendiri. Ayo, kita jemput dia dan pertemukan mereka! Aku yakin Nina pasti sangat merindukannya.”

Randy segera menyetujui usulan Gustav. Menurutnya tidak baik jika ibunya egois disaat seperti ini. Dian juga pasti ingin menemui Nina dan hadir pada acara penting putri satu-satunya. “Apa yang kau tunggu? Apa kau tidak mau menemui kakak setelah ini?”

Alex yang sebelumnya ragu, mendengus ketika lagi-lagi Randy berhasil memancing emosinya. “Ingat, aku menunggu giliranmu.”

Randy melengos begitu saja tanpa menghiraukan Alex yang menatapnya tajam dibelakang.

***

Gustav mengetuk pintu kamar pengantin wanita dengan semangat. Dibelakangnya ada Alex, Randy dan Dian. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya sendiri. Alex tidak sabar untuk melihat Nina mengenakan baju pengantin, begitu juga Randy. Gustav ingin melihat cucunya yang pastinya ada didalam sedangkan Dian masih bingung dengan apa yang dikatakannya nanti saat bertemu putrinya.

“Lucas! Kakek datang!” seruan Gustav membuat Lucas tertawa dengan suara khas bayinya. Dia mengangkat kedua tangannya meminta untuk digendong oleh kakeknya. “Cucu kakek yang tampan. Lihat, nenekmu dari Indonesia datang melihatmu.”

Seolah-olah mengerti apa yang dikatakan Gustav, Lucas menoleh ke arah Dian dan tertawa. Melihat cucunya secara langsung membuat Dian matanya berkaca-kaca. “Dia tampan seperti papanya. Nina sekarang sudah menjadi ibu.”

Mendengar namanya dipanggil, Nina muncul dari toilet dibantu Anna. Melihat Nina memakai baju penganti, mulut Alex terbuka lebar. Nina benar-benar terlihat sempurna dan cantik. Alex tidak bisa menahan diri untuk tidak menciumnya. Dia tidak peduli jika ada orang lain dikamar itu ataupun membuat riasannya rusak. Alex ingin mencurahkan seberapa bahagianya dia dan ingin menikahinya segera.

“Hey! Ciuman sah kalian belum dimulai! Kau baru saja merusak riasan Nina lagi, dasar pria bar-bar!” Anna menarik kemeja Alex dan memaksanya melepaskan Nina.

Nafasnya Nina sedikit tersenggal-senggal dan wajahnya memerah malu. Namun, itu tidak berlangsung lama ketika tatapannya bertemu dengan Dian. “Mama, tadi itu …”

“Tidak apa-apa,” potong Dian. Dia mendekati Nina untuk melihat putrinya lebih dekat. “Kamu cantik. Papa pasti bangga kalau melihatmu. Maafkan Mama yang selalu buruk padamu. Kamu berhak membenci Mama. Mama tidak akan menyalahkanmu lagi.”

“Aku tidak pernah membenci Mama. Sejak dulu, aku juga telah memaafkan semua kesalahan Mama. Aku ingin kedepannya kita berbaikan dan bisa berkumpul seperti ini.” Nina menggenggam erat kedua tangan Dian menunjukkan kesungguhannya. Keberadaannya disini memberikan semangat baru pada dirinya. Nina ingin jika mereka terus berkumpul seperti ini dan menghabiskan waktu bersama-sama.

“Terima kasih, terima kasih karena sudah memaafkan Mama.” Dian lalu menyerahkan tangan Nina pada Alex yang langsung disambutnya. “Mama harap kalian bahagia bersama dan saling mencintai sampai kapanpun.”

Untuk kesekian kalinya, Nina menangis haru. Kini kebahagiaanya telah lengkap. Dikelilingi keluarga yang disayangi dan laki-laki yang mencintainya sudah membuat hidupnya lengkap. Semuanya semakin lengkap dengan hadirnya Lucas. Nina akan menghargai momen ini dan tidak akan melupakannya.

FIN

Terima kasih sudah bersama saya hingga selesai. Maaf jika banyak yang kurang, typo, bikin bingung dll. Sejujurnya cerita ini merupakan rekor baru yang bisa saya selesaikan kurang dari setahun. Yah, saya juga orangnya kurang fokusan dan tidak bisa selesai menulis 1 part dalam sehari

Bagi yang heran kenapa view dan vote kenapa berbeda jauh, saya juga gak tahu. Saya bukan penulis yang pake target vote. Soalnya kalau begitu kapan selesai kalau target votenya tak tercapai. Terus kalau udah tercapai malah dikejarkejar karena sudah janji

Untuk Extra Part, ntar pikir-pikir dulu hehehe.

Untuk sekarang sampai disini dulu. Semoga saya bisa cepat kembali dengan ide yang lebih segar. Sampai jumpa di cerita selanjutnya dan terima kasih para readers, kalian hebat

Salam dari Author

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

8 Komentar

  1. celine lionardi menulis:

    saya pribadi sangat2 menikmati only you ini. thank you so much author.. tulisan author mengalami peningkatan dr awal hingga akhir. good job author. till next one hehe

    1. terima kasih, sungguh! selama ini aku ragu dengan teknik penulisanku. jika ada yang mengkiritik cara penulisan, saya merasa sangat tersanjung dan mengetahui bagaimana pandangan orang lain. sekali lagi, terima kasih!

  2. Fransiscalavoie menulis:

    sudah kelar ?

    1. rencana masih ada extra part untuk menghibur yang terakhir kalinya

  3. Akhirnya sampai juga di bagian akhir. Masalah Nina dan Dian juga akhirnya selesai. ? Lucasnya cakep ? Terima kasih buat penulis yang telah bersedia berbagi cerita ini. Masalah vote, emang bisa divote ya? Dari awal saya baca, saya ga pernah lihat tombol vote seperti yang biasa saya lihat kalau lagi baca karya-karya para penulis PSA. ?

    1. oh sorry, soalnya aku juga ada posting di wattpad. beda dengan PSA disini aku pakai nama asli sedangkan wattpad nama pena. di wattpad vote dan view nya beda jauh jadi terakhir saya buat note begitu sekalian lihat apakah mereka ingin extra part. Nanti setelah extra part dibuat akan diposting disini juga kok jadi jangan sedih

  4. Indah Narty menulis:

    You are amazing

  5. Happy wedding