Only You

Only You – Chapter 39

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Begitu membuka mata, Nina mendapati dirinya tidur di kamar Alex. Dia menoleh kepada pria yang tertidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun, begitu juga dengan dirinya. Nina meringis ketika melihat sekujur lengannya penuh dengan memar. Ketika ingin bangun dari tempat tidur, rasa sakit langsung menjalari sekujur tubuh hingga membuatnya ingin berteriak. Nina menatap nanar pria yang berada disampingnya, pria yang membuatnya hingga seperti ini.

Alex memperkosanya!

Kata-kata itu berulang kali terngiang di kepalanya setelah apa yang diperbuat pria itu padanya. Alex memaksakan kehendaknya, merengut sesuatu yang akan diberikannya kelak.

Air mata langsung membanjiri wajahnya. Dia sangat mencintai Alex. Namun apa yang pria itu lakukan membuatnya merasa hancur. Nina ingin sekali menganggap kalau itu semua adalah mimpi tetapi rasa sakit disekujur tubuhnya menandakan itu adalah nyata.

Isakan tangisnya membuat Alex membuka mata. Nina berteriak sekencang-kencangnya dan meronta untuk melepaskan tarikan pria itu. Akan tetapi, Alex lebih kuat. Dia berhasil menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan mengurungnya dibawah.

“Menjauh dariku! Aku membencimu!” Ya, dia membenci Alex sekarang. Keinginannya adalah pergi dari tempat ini dan tidak ingin bertemu pria yang hanya menginginkan tubuhnya.

“Nina, aku …”

“Jangan panggil namaku!” potong Nina. “Jangan memanggil namaku. Kau menghancurkanku!” Tangisan dan rintihan kesakitan bercampur menjadi satu. Nina tidak tahu harus bagaimana setelah ini. Batinnya telah lelah. Ingin rasanya dia mengakhiri hidupnya dan bertemu dengan ayahnya di akhirat sana.

Dada Alex remuk melihat wajah kesakitan kekasihnya. Apa yang dilakukannya telah menyakiti perasaan Nina.

Alex sungguh mencintai Nina. Dia dibutakan oleh gairah sesaat dan menyakitinya. Erangan frustasi keluar dari mulutnya ketika membayangkan Nina meninggalkan dirinya. Kesalahan yang diperbuatnya terlalu fatal dan tidak mungkin dimaafkan.

“Nina, dengarkan aku. Aku …”

“Cukup!” Kali ini Nina berseru lebih keras hingga menyakiti tenggorokannya. Tatapannya yang tajam mampu membuat Alex memperlihatkan ekpresi terlukanya. Nina tidak bergeming melihat raut permohonan dari wajah Alex. Sebaliknya, dia kembali meronta hingga mencakar dada bidang miliknya.

“Lepaskan aku bajingan! Lebih baik aku mati dari pada harus menjadi jalangmu!”

You are not a bitch!

Teriakan Alex sanggup membuat jantungnya berdegup kencang. Ketika Alex menaikan sebelah tangannya, Nina menutup mata rapat-rapat bersiap menerima tamparan. Rasa sakit tidak kunjung datang menerpa wajahnya. Justru Nina merasakan usapan lembut di jemari kanannya dan sehingga cengkramannya mengendur. Setelahnya sesuatu yang dingin melingkar di jari manisnya.

“I-ini …” Mata Nina terbelalak ketika melihat sebuah cincin yang melingkar sempurna disana. Cincin itu sangat sederhana dengan bentuk untaian yang menjalin satu sama lain. Disela-sela untaian itu, terhiaskan kristal-kristal kecil yang memenuhinya. Secara keseluruhan, cincin itu adalah benda terindah yang baru pertama kali dilihatnya.

"Aku ingin memberikannya saat ulang tahunmu nanti dan saat itu, aku juga ingin melamarmu

“Aku ingin memberikannya saat ulang tahunmu nanti dan saat itu, aku juga ingin melamarmu. Tapi aku telah melakukan kesalahan besar. Aku tahu, pasti tidak mudah bagimu untuk memaafkanku.” Alex menyembunyikan wajahya di ceruk leher Nina kemudian memeluknya erat. “Aku mencintaimu. Kumohon, jangan membenciku. Aku sungguh mencintaimu dengan tulus.”

Sebutir air mata lolos dari wajahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Alex mencintainya dan ingin melamarnya. Nina memandang cincin yang tersemat di jarinya kemudian menangis sekencang-kencangnya.

Alex, pria itu membuat perasaannya naik turun dengan perlakuannya. Nina tidak tahu apakah dia bisa mempercayai pria itu setelah apa yang dilakukan padanya. Dia ingin sekali mengetahui jika Alex tidak berbohong. Karena jika pria itu hanya mempermaikan perasaannya, Nina tidak tahu harus bagaimana lagi.

“Jangan menangis Sayang, kumohon. Maafkan aku yang sudah menyakitimu,” pintanya dengan wajah terluka.

“Kau … kau … tidak berbohong kan? Karena kalau kau meninggalkanku … aku … aku …”

“Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun. Jika kau mau, ayo kita menikah, sekarang!”

Nina dapat melihat kesungguhan dimata Alex. Pria itu sungguh mencintainya dan menerimanya apa adanya. Selama ini, sudah banyak pria yang menyatakan perasaan padanya. Tetapi tidak ada dari mereka yang setulus Alex. Mungkin memang benar, jika Alex adalah penantian yang ditunggunya selama ini.

“Jangan meninggalkanku. Sampai kapanpun, kumohon, tetaplah disampingku,” ucap Nina disela-sela tangisannya.

“Aku tidak akan meninggalkanmu karena aku mencintaimu.”

Nina menutup matanya dan tersenyum. Sebelum kegelapan menguasinya, dia bisa mendengar bisikan cinta yang dikatakan Alex padanya. “Aku mencintaimu, Sayang.”

***

“Apa yang kau lakukan?! Dasar pria cabul!” Anna tidak berhenti berteriak setelah mengetahui apa yang dilakukan Alex pada Nina.

“Anna, Alex sudah minta maaf. Jangan memarahinya lagi.” Lerai Nina yang terbaring dikasur. Setelah menangis, dia tertidur dan berikutnya mengalami demam. Alex menjelaskan kondisinya pada Antonio dan mendapat izin untuk tidak masuk selama beberapa hari hingga kondisinya pulih.

“Oh, Sayang. Kau terlalu mudah memaafkannya. Seharusnya kau menghajar miliknya hingga dia tidak berani mengulanginya,” ucap Anna menggebu-gebu.

Pipi Nina memerah mendengar ucapan blak-blakkan dari Anna. Dia segera menyembunyikan wajah dibalik selimut ketika pandangannya bertemu dengan Alex. Nina masih malu dengan kejadian semalam belum lagi Anna yang dengan mudah menebak apa yang terjadi diantara mereka.

“Anna, buatkan bubur untuk Nina. Dia pasti lapar karena belum makan dari tadi.”

“Jangan macam-macam selama aku memasak kalau masih ingin juniormu utuh!” peringat Anna. “Nina sayang, kalau ada apa-apa langsung teriak ya. Aku akan langsung menyelematkanmu.” Anna mencium pipi Nina sebelum keluar.

Setelah ruangan hanya tinggal mereka berdua, Alex perlahan duduk ditepi ranjangnya. Bukan, lebih tepatnya ranjang miliknya. Nina sekarang tidur di ranjang Alex. Karena tubuhnya terasa sakit, Alex menyuruhnya tidur di kamar miliknya. Tentu saja dia merasa malu ditambah dengan kejadian yang menurutnya buruk.

“Sayang, apa kakimu masih sakit?” tanya Alex khawatir.

Melihat Alex yang begitu berpengalaman ada sedikit rasa sakit didadanya. Alex pasti pernah melakukannya beberapa kali dengan wanita lain sebelum dirinya. Memikirkan dia melakukan hal sama dengan wanita lain membuat dadanya bergemuruh.

“Hanya sedikit. Sebentar lagi juga sembuh,” jawabnya acuh.

“Sayang, kau masih marah?” Alex membelai punggung Nina membuatnya geli sekaligus nyaman.

Nina sengaja memejamkan matanya berpura-pura tertidur agar Alex segera meninggalkannya. Alih-alih Alex pergi, dia justru naik ke atas ranjang dan memeluknya dari belakang. Nina hampir tertawa geli ketika lengan Alex menyusup di pinggangnya. Kehangatan tubuh Alex membuatnya lupa dengan rasa cemburunya.

“Kau memikirkan apa Sayang? Apa kau cemburu memikirkan berapa wanita yang kutiduri?”

Tebakan Alex sangat tepat. Hal itu membuat Nina teringat kembali dengan rasa cemburunya. Sebagai balasan, Nina meronta untuk melepas pelukan Alex dan memeluk dirinya sendiri.

“Sayang, meskipun ini bukan pertama kalinya bagiku, kau adalah wanita pertama yang mengisi hatiku.”

“Benarkah?” tanya Nina tanpa menyembunyikan rasa tertariknya.

Sebuah lengkungan terbentuk di bibir Alex ketika Nina menoleh padanya. Dengan perlahan, dia bergerak mendekati Nina dan merapikan anak rambutnya. “Aku pernah melakukannya 2 kali. Pertama sewaktu aku SMA, kedua saat aku kuliah dan kau yang ketiga.”

“Kalau kau pernah melakukannya, bukankah itu berati kau mencintai mereka?”

Alex menggeleng. Pandangannya meredup sejenak sebelum melanjutkan. “Tidak sayang. Aku melakukannya hanya untuk melampiaskan nafsuku. Aku memang pria yang brengsek, tetapi aku tidak sebusuk mereka yang hanya mengincar hartaku. Aku sungguh bodoh, melakukannya hanya karena mereka cantik tanpa mengetahui niat mereka yang sebenarnya. Semenjak saat itu, aku menutup hatiku hingga aku bertemu denganmu.”

“Tetapi aku tidak cantik. Lalu, bukannya kau hanya pegawai kantoran?”

Alex tetawa mendengar pertanyaan Nina. Dia lupa kalau belum menjelaskan siapa dirinya. “Sayang, kekasihmu ini bukan seorang pegawai kantoran biasa. Kekasihmu ini seorang pimpinan perusahaan, seorang CEO.”

Nina terdiam sejenak kemudian membelalakkan matanya. Rintihan kemudian lolos dari mulutnya ketika ingin menggerakkan tubuhnya. “K-kau seorang pimpinan perusahaan?! Bukan pegawai biasa?” tanya Nina memastikan.

“Bukan Sayang. Aku bahkan pernah masuk majalah. Apa kau mau membacanya?”

“Mau! Aku mau!” jawabnya semangat. Tetapi kemudian semangat Nina turun. Dia menatap Alex dengan cemas dan menjauhkan dirinya. “Aku hanya perempuan biasa dan tidak cantik. Setelah mengetahui kau seorang CEO, aku tidak yakin kalau aku pantas bersanding denganmu.”

“Sayang.” Alex mengusap gemas pipi Nina sebelum memeluknya. “Aku memilihmu bukan karena kau cantik atau tidak. Aku jatuh cinta padamu karena hati dan sifatmu. Kau tegar, mandiri dan selalu membantu orang lain yang kesusahan. Aku menyukai kepribadianmu yang seperti itu.”

Nina terharu mendengar pujian Alex. Dia lalu membenamkan wajahnya di dada Alex untuk menyembunyikan mata yang berkaca-kaca. Samar-samar dia mendengar bisikan hangat sebelum kantuk menguasainya.

“Aku mencintaimu. Sampai kapanpun.”

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

1 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    Nina oh nina aku sayang kamu