Only You

Only You – Chapter 26

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Dalam dua tahun, perusahaan yang dikembangkan Alex maju semakin besat. Dalam waktu sesingkat itu pula, Alex berhasil memupuk kekayaan dan menjadi salah satu pria muda terkaya di New York. Bisnis usahanya dalam bidang properti semakin maju. Perusahaanya bahkan memiliki cabang di eropa dan Alex berencana untuk terus melebarkan sayapnya.

Selama dua tahun itu pula, Alex tidak pernah melupakan sosok Nina. Wanita yang menemaninya selama beberapa minggu di Indonesia itu tidak seperti wanita lain yang ditemuinya. Jika setiap wanita berlomba-lomba menginginkan hati dan hartanya, dia tidak. Nina tetap bersikap tegas dan tidak merendahkan harga dirinya seperti wanita lain.

Alex masih mengingat pertemuan awalnya dengan Nina. Wanita itu mengembalikan dompetnya yang jatuh dan sangat fasih berbahasa inggris. Berbeda dari yang didengarnya selama ini jika orang asia berbicara kedengaran patah-patah. Yang membuat Alex terpikat adalah senyumnya yang tulus dan mata yang melihat sosok dirinya.

Alex mengira dia akan kehilangan wanita itu. Tetapi siapa yang mengira kalau mereka akan dipertemukan lagi untuk yang kedua kalinya dan mengetahui namanya ketika temannya datang memanggilnya. Saat itu, Alex merasa senang. Tentu saja dia segera mencari tahu tentang Nina dan asal usulnya. Ada rasa iba setelah mengetahui latar belakangnya. Alex ingin membantu tetapi dia mengurungkan kembali niatnya. Melihat Nina bekerja keras, tentulah dia tidak akan menerima apapun darinya secara cuma-cuma. Itu akan mencoreng harga dirinya yang telah dia bangun.

Tentu saja Alex tidak kehilangan akal. Dia ingin membantunya dengan mengantar jemput agar tidak kelelahan. Sayangnya, tawaran itu ditolak mentah-mentah olehnya. Ke esokkan harinya, Alex mencoba melakukan pendekatan dengan mengunjungi toko tempatnya bekerja dari pagi hingga sore. Ketika bertemu dengannya, Alex mengira akan mendapat tatapan sinis seperti sebelumnya. Namun Nina tetap menjaga kode etik bekerjanya dan melayaninya dengan ramah.

Alex kembali mengunjungi tempat Nina bekerja pada malam hari, berharap bisa mengenalnya lebih jauh. Namun sayang, itu tidak berjalan mulus. Berulang kali, Alex meminta Nina untuk melayaninya dengan alasan pegawai lain yang tidak cakap berbahasa inggris lancar. Alex bahkan sengaja meminta Pranadi, supirnya untuk ikut dan menghabiskan makanan.

Karena keinginannya, Nina harus berkali-kali duduk dan berdiri dari tugasnya yaitu mencuci piring. Alex merasa kasihan dan ingin membantunya lebih nyaman dalam bekerja. Hanya saja itu membuat lututnya sakit dan terlebih lagi istri dari pemilik restoran itu terus mengomelinya hingga pulang.

Tawaran untuk mengantarnya pulang kembali ditolak. Melihat Nina yang kedinginan, Alex berinisiatif memberikan jasnya. Dia segera duduk disampingnya dan meletakkan lengannya dibahu Nina agar tidak dilepas. Sesuai perkiraannya, Nina memeluk jas itu erat seraya mengistirahatkan kakinya.

Sayangnya Nina masih belum mau terbuka padanya walaupun dia telah memperkenalkan diri. Alex menangkap adanya kesedihan dimatanya sebelum meninggalkanya. Untuk memastikan arti dari tatapan itu, Alex kembali menemuinya esok pagi yang berakhir dengan kekosongan.

Nina tidak datang bekerja dan tidak tahu keberadaannya dimana. Dari sikapnya, Alex mengetahui kalau Nina sedang menjauhi dirinya. Sejenak Alex memikirkan dimana letak kesalahannya. Apapun itu, saat bertemu dengannya nanti, Alex ingin meminta maaf. Alex juga ingin berterima kasih dengan benar karena telah mengembalikan dompetnya.

Meskipun tidak yakin, Alex tetap menunggu Nina ditempat kerja berikutnya. Rasanya lega ketika melihatnya baik-baik saja. Tetapi Alex merasakan sesuatu yang aneh ketika memperhatikannya. Wajahnya pucat dan kelihatan tidak bertenaga. Nina pun berulang kali salah mengingat dan mengantar menu sehingga membuat beberapa pelanggan mengeluh.

Alex ingin menyuruhnya pulang dan beristirahat. Dia tidak sanggup melihat Nina yang bekerja begitu keras hingga mengabaikan dirinya sendiri. Hingga puncaknya, Nina salah membuang sampah dengan makanan, istri dari pemilik restoran langsung memarahinya habis-habisan didepan umum.

Kemarahannya langsung memuncak ketika Pranadi mengatakan kalau wanita itu memarahi Nina dengan sangat kasar. Meskipun tidak mengerti bahasa yang dikatakan wanita itu, Alex yakin jika yang dikatakan Pranadi benar terlebih dari reaksi pegawai-pegawai lainnya yang begitu ketakutan. Pranadi juga mengatakan bisik-bisik yang didengar dari sekitarnya bahwa wanita itu memang kasar. Banyak yang tidak bisa bertahan bekerja dengannya dan Nina termasuk yang paling lama bertahan meskipun sering dimarahi olehnya.

Ketika Alex ingin menghampiri Nina, seorang pria lain melakukannya lebih dulu. Terlihat dari gerak-geriknya dia mengatakan sesuatu yang membuat wajah Nina tertunduk lesu. Setelahnya, Nina mengambil tas punggungnya dan menerima helm yang diberikan pria itu.

Alex langsung mengangkat sebelah alisnya, melihat Nina yang dengan mudah begitu saja menerima tumpangan dari pria lain. Ada rasa cemburu ketika melihat berdua bersama. Alex langsung membulatkan matanya ketika berpikir seperti itu. Nina bukan miliknya dan dia bebas bersama pria yang di inginkannya.

Namun Alex tidak bisa menepis pemikiran itu. Dia langsung beranjak dan menyuruh Pranadi untuk mengikuti mereka berdua. Saat menyusul mereka dari belakang, Alex tersentak karena jalan yang mereka lalui berbeda dari biasanya. Pranadi juga ikut terheran dan mengatakan kalau daerah itu rawan dengan kejahatan.

Alex langsung menyuruh Pranadi untuk menambah kecepatan menyusul mereka. Dia tidak peduli dengan aturan lalu lintas dan akan menanggung semuanya. Pranadi menurut dan memberikan sebuah pistol berpeluru kosong untuk berjaga-jaga.

Apa yang ditakutkan Alex terjadi. Dia melihat Nina terkapar ditanah dan dikelilingi sekelompok pria yang bersiap memperkosanya. Darah Alex mendidih melihat mereka. Rasanya dia ingin menghancurkan mereka satu per satu tanpa bersisa. Alex mengepal tangannya untuk menahan emosi dan menempuh jalan damai dengan memberikan mereka uang. Namun salah satu dari mereka tampak tidak puas dan mengancamnya.

Alex meraih pistol dari balik jasnya dan menembakkannya ke langit. Mereka semua langsung lari ketakutan ketika mengetahuinya memegang senjata. Alex juga melihat pria yang sebelumnya membonceng Nina telah terkapar dengan gigi depan yang patah. Nina pasti memberikan perlawanan sebelum sekelompok pria tadi datang.

Ketika Alex menghampirinya, Nina terlihat kosong dan langsung berteriak ketika menyentuhnya. Alex mengusap pipinya dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Nina lalu berhambur kepelukannya dan menangis sekencang-kencangnya.

Hati Alex merasa teriris melihat Nina yang kuat menjadi rapuh. Jika dia terlambat, Nina pasti sudah diperkosa oleh para bajingan itu dan membunuhnya. Alex memeluk Nina kuat dan membiarkannya menangis hingga tertidur. Setelahnya, dengan hati-hati Alex membawa Nina masuk kedalam mobil dan menyelimutinya dengan jasnya.

Nina tertidur cukup lama sambil memeluknya. Dengan hati-hati, Alex membersihkan wajah Nina yang kotor. Dia juga menyuruh pranadi untuk membeli makanan agar dapat dimakan olehnya setelah bangun. Selepas kepergian Pranadi, Alex merapikan rambut Nina yang berantakan. Dalam tidur pun, Nina terlihat menawan terlebih dengan rambutnya yang tergerai.

Melihat bibir Nina yang terbuka, timbul keinginan Alex untuk menciumnya. Tetapi jika dia melakukannya, apa beda dirinya dengan bajingan-bajingan itu. Alex tidak mau membuat Nina takut. Dia membelai pucuk kepala Nina hingga tidurnya semakin pulas.

Suara perut yang kelaparan terdengar menggema. Tidak lama setelanya, Nina menyentuh tenggorakkannya dan membuka mata. Alex memberikan sebotol air yang dibelinya dulu untuk diminumnya. Sebelum Nina berteriak karena menyadari keberadaanya, Alex menenangkannya lebih dulu dan menariknya lagi kedalam pelukannya.

Mereka tetap dalam posisi seperti itu hingga Pranadi datang pesanan yang diminta. Saat membuka bubur yang dibeli Pranadi dan ingin menyuapkannya, Nina mundur dengan air liur yang tertahan. Nina menolak dan setelahnya, perutnya kembali berbunyi. Alex merasa geram dengan sikap Nina yang satu ini. Meskipun sedang lapar, Nina tetap tidak berani menerimanya. Jika orang lain yang mendapatkannya, pasti akan dimakan hingga habis.

Setelah bersusah payah membujuknya untuk makan, Nina menangis dan itu membuatnya panik. Alex ingin marah kepada Pranadi jika buburnya tidak enak ataupun bumbunya kepedasan. Matanya lalu menangkap memar di pipi Nina dan mengelusnya dengan lembut. Selain ingin memperkosanya, ternyata bajingan-bajingan itu juga menyakitinya. Alex bersumpah akan membuat perhitungan dengan mereka dan membuat hidup mereka lebih menderita daripada yang Nina terima.

Walau tidak yakin, Alex memberikan mangkok bubur itu kepada Nina ketika meminta. Nina sesekali terisak ketika memakannya dan menggumamkan sesuatu. Tanpa perlu meminta Pranadi untuk mengartikannya, Alex mengetahui arti dari yang Nina katakan. Nina merindukan ayahnya, sosok yang seharusnya menjadi tiang penyangga keluarga dan pelindungnya.

Alex ingin melindungi Nina. Dia membutuhkan sosok pelindung yang membuatnya merasa aman dari bahaya. Kali ini, Nina bisa beruntung selamat dari mereka tetapi bagaimana dengan hari esok dan seterusnya? Alex tidak bisa membayangkan, bagaimana selama ini Nina bertahan dan melindungi dirinya sendiri.

Nina mungkin kuat tetapi tetap saja dia membutuhkan seseorang untuk terus menjaganya dan Alex akan melakukannya. Dia mungkin tidak bisa berbuat banyak tetapi Alex akan berusaha untuk membuat Nina bahagia. Satu yang bisa Alex pastikan bahwa dia ingin bersama Nina dalam keadaan apapun.

Tawaran Alex untuk menjemputnya pergi kerja disambut baik. Nina setuju menerima tumpangannya dan berangkat dengannya. Dengan gembira, Alex menyuruh Pranadi untuk tidak perlu menjemputnya. Alex ingin mengantar Nina sendiri dan menghabiskan waktu berdua dengannya. Pranadi menuruti keinginannya dan menyerahkan kunci mobil padanya.

Besok paginya saat menunggu Nina ditempat yang sama, Alex terkejut ketika Nina tiba-tiba menghindarinya. Nina kelihatan cemas saat melihat kearahnya dan langsung membuang wajahnya. Alex mengikuti Nina dan memakirkan mobilnya ketika melihatnya berhenti. Dari bahunya yang bergetar, Alex menduga kalau Nina sedang menangis. Buru-buru Alex menghampirinya dan dugaannya benar.

Alex segera membawa Nina masuk ke dalam mobil. Setelah mendengar alasannya, Alex bernafas lega karena alasannya yang tidak ingin dilihat orang lain dan mengira dia telah meninggalkannya. Nina tampak lebih segar dari semalam terlebih dengan rambutnya yang digerai. Rasanya Alex ingin membelai rambut Nina dan menghirup aromanya dengan rakus. Ketika membayangkannya, Alex merasa bagian bawahnya mengeras. Cepat-cepat dia menepis pemikiran itu dengan mengingat usianya yang masih anak-anak.

Setelah menurunkan Nina ditempat kerjanya, Alex masih memperhatikan gerak-geraknya. Rambutnya yang kini yang telah terikat, memperlihatkan leher jenjangnya. Alex meneguk air liurnya ketika berpikir untuk meninggalkan ciuman disana. Membayangkan Nina menyentuhnya membuat Alex kembali bergairah. Percuma menyangkal dengan umurnya, Nina tidak kelihatan seperti gadis SMA lainnya. Dia malah terlihat seperti wanita dewasa dengan kepolosan anak kecil.

Sebuah pesan berhasil mengalihkan pikirannya. Setelah membaca pesan itu, gairahnya langsung hilang. Alex kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa dia tidak bisa melindungi Nina selamanya. Pesan itu mengatakan bahwa pekerjaannya di negara ini sebentar lagi akan selesai. Itu berati, sebentar lagi dia akan kembali ke negaranya dan meninggalkan Nina.

Alex kembali menyimpan ponselnya dan memperhatikan Nina sekali lagi sebelum pergi. Dia sudah mengetahui kapan Nina pulang dan jam kerja berikutnya. Alex ingin mengajaknya makan malam sebelum Nina melanjutkan pekerjaan berikutnya.

Sore harinya, Alex sengaja menunggu lebih awal agar Nina tidak lama menantinya. Melihat senyum Nina memberikan rasa bahagia dan juga perih pada hatinya. Tetapi dia dapat menyembunyikannya dengan baik. Alex selalu memasang wajah tersenyumnya setiap kali bertemu Nina. Karena dia tahu gadis itu juga menyukainya.

Seperti dugaannya, Nina baru pertama kali menginjakkan di restoran tujuannya. Terlihat dari ekspresinya yang malu dan khawatir dengan pakaiannya yang lusuh. Alex tidak mempermasalahkan apapun yang Nina kenakan. Baginya, apapun yang Nina pakai tetap saja terlihat bagus.

Nina juga tidak mengerti bahasa yang ditulis dalam menu. Gadis itu lebih memilih menyerah dan memakan roti dan air yang dibawa sendiri. Tentu saja Alex tidak mengizinkannya. Dia mengajak Nina untuk makan malam dan meskipun tidak mengerti bahasa dari menu itu, Alex tetap akan memesankan makanan untuknya.

Alex senang ketika melihat ekpresi Nina yang makan dengan lahap. Dia tidak keberatan dengan spaghetti pesanannya dan tampak menikmatinya. Nina juga melahap eskrim vanillanya hingga tidak bersisa dan karena Alex sering memperhatikannya, dia tahu kalau Nina lebih menyukai air mineral biasa daripada minuman lainnya.

Bibirnya yang kemerahan setelah selesai makan terlihat sangat menggairahkannya. Alex ingin merasakan bagaimana rasanya menyentuh bibir itu, tetapi dia tidak bisa. Sudah beberapa kali Alex menekan nafsunya termasuk dengan kenyataan kalau mereka tidak bisa bersama. Namun hal itu tidak menyurutkannya malah semakin membuatnya bersemangat.

Alex tidak mau merusak Nina. Mau bagaimanapun, gadis itu berhak mendapat kebahagiaan yang tidak mungkin dapat diberikannya selamanya. Nina sangat menjaga kehormatannya. Dia pasti berharap untuk memberikannya pada pria yang kelak akan menjadi suaminya. Alex tidak mau menjadi pria brengsek yang akan menghancurkan mimpinya.

Namun lama menghabiskan waktu bersamanya, Alex juga dapat melihat kilatan yang sama dimata Nina. Nina juga menyukainya dan itu membuatnya semakin sulit untuk melepaskannya. Alex ingin memilikinya tetapi perusahaan yang baru dibangunnya juga membutuhkan perhatiannya. Dia tidak mau menghentikan usaha yang dibangunnya susah payah berhenti tengah jalan.

Alex mengetahui alasan Nina untuk berhenti sekolah dan bekerja. Saat menawarkan bantuan, Nina menolaknya dan memilih membohonginya. Lama berinteraksi dengan banyak orang membuat Alex dapat mengetahui seseorang berbohong atau tidak. Entah alasan apa yang membuat Nina hingga sejauh itu, Alex tidak akan memaksanya dan menghormati keputusannya.

Menjelang hari-hari terakhir kebersamaan mereka, Alex dapat merasakan kalau Nina menyembunyikan sesuatu darinya. Gadis itu seakan-akan mengetahui kalau kebersamaan mereka tidak akan lama lagi. Alex memuji intuisi Nina yang tajam. Disaat yang sama dia juga merasa sulit untuk mengungkapkannya. Alex takut akan melukai perasaan Nina dan membuatnya menangis.

Setelah mengatakan kebenarannya, apa yang ditakutkan Alex terjadi. Namun, Nina berusaha untuk tetap kuat dan tidak menunjukkan wajah sedihnya. Nina sudah siap untuk memutuskan hubungan dengannya. Kenapa dia tidak? Hatinya masih tidak rela untuk berpisah dan masih ingin bersama Nina. Dia sendiri yang mengatakan pada dirinya kalau hubungan ini tidak bisa berlanjut. Namun sulit untuk melakukannya walau Nina juga memiliki perasaan yang sama padanya.

Untuk memberikan perpisahan yang baik, Alex mengajaknya untuk makan malam. Dia juga menyediakan dress hitam yang sangat cocok dengannya. Alex tahu kalau Nina memang cantik tetapi malam ini dia tampak lebih luar biasa dari sebelumnya. Nina tidak tampak seperti gadis seusianya. Dia lebih dewasa dan lebih menawan dari wanita manapun yang pernah dia temui.

Alex memuaskan diri dengan terus memandang Nina. Nina juga melakukan hal yang sama dan mengarahkan lengannya untuk menangkup wajahnya. Wajah Nina begitu kecil dalam genggamannya. Nina menatapnya dengan penuh cinta dan itu yang membuat Alex bergerak mendekatinya dan mengelus bibirnya.

Jika ini bukan perpisahan, Alex tentu akan menerima ciuman Nina dan menjadikannya sebagai malam yang bahagia. Alex lebih memilih untuk mengecup pipinya dan Nina juga melakukan hal sama. Ucapan terima kasih dan pelukannya yang hangat mampu membuat Alex merasa terbuai. Nina pun memberikan ciuman perpisahan disudut bibirnya dan memberikan senyumnya yang bahagia.

Alex masih mengingat rasanya ciuman itu dan pelukannya. Senyum bahagianya, aroma tubuhnya dan betapa hangatnya pelukannya, semuanya masih diingat dengan jelas. Alex mencintai Nina. Meskipun sudah lama berpisah, Alex merindukannya dan sampai sekarang dia menyesal karena tidak mempertahankan cinta itu.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

2 Komentar

  1. Only you…

  2. Cepat temukan dia lagiiii