Only You

Only You – Chapter 2

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

3 votes, average: 1.00 out of 1 (3 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

“Nina?”

Alex bergegas menghampiri Nina yang duduk diatas ranjang. Ketika ingin memeluknya, Nina bergerak menjauh dan memeluk dirinya sendiri dibalik selimut. Wajah bahagianya digantikan dengan kekecewaan. Mata abu-abunya menjadi kelam ketika Nina menolaknya.

Alex telah lama menantikan hari ini. Hari dimana Nina membuka mata dan kembali padanya. Saat hari itu tiba, Nina lantas menjauh darinya.

Nina membencinya dan itu membuat Alex merasa hancur.

“Aku selalu menunggu saat ini. Melihatmu membuka mata dan melepaskan rinduku padamu.” Alex mengeram menahan perasaanya yang terluka. Tangannya meremas seprai hitam hingga kusut.

“Apa kau tidak merindukanku? Atau kau membenciku karena aku meninggalkanmu sendirian?”

Lima tahun yang lalu, jika saja Alex menahan kepergian Nina, kejadian itu tidak perlu terjadi. Nina tidak perlu merasakan kepahitan itu dan mengalami kecelakaan. Sampai sekarang, Alex masih menyalahkan dirinya, karena kecelakaan itu hampir merengut nyawa wanita yang sangat dicintainya.

“Maafkan aku. Aku seharusnya lebih cepat menemuimu. Aku seharusnya menyadarinya. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Aku tidak bisa…”

“Maaf menyela, tetapi aku tidak mengerti apa maksudmu. “

Alex mendongakkan wajahnya, menatap Nina.

Nina terlihat kebingungan. Rasa takut terlihat jelas di wajahnya. Dengan perlahan, Nina menurunkan selimut dan mendekat kearahnya. “Aku… apa kau tahu siapa aku?”

“Kau tidak mengingat namamu?” Alex balik bertanya.

Nina terdiam sesaat lalu menggelengkan kepalanya, “tidak.”

“Apa kau juga tidak mengingatku?” tanya Alex lagi.

Nina mengamati wajah Alex hingga dahinya berkerut kemudian wajahnya berubah kecewa. “Tidak. Aku sama sekali tidak mengingat apapun. Kepalaku terasa sakit.” Nina menyentuh kepala dengan kedua tangannya dan mengerang kesakitan.

Alex memeluk Nina erat dan berharap rasa sakit yang dirasakannya berkurang. Melihat Nina kesakitan, hatinya ikut terasa sakit. Dia begitu bodoh karena telah meragukannya. Ketika Nina mendongak, Alex dapat melihat kalau dia tidak berbohong. Nina kehilangan semua ingatannya, termasuk tentang dirinya.

“Jangan memaksa untuk mengingatnya. Aku tidak mau melihatmu kesakitan.” Alex mengelus pucuk kepala Nina dan memberikan ciuman disana. “Namamu adalah Nina dan aku adalah suamimu, Alex.”

“Suamiku?” ulang Nina.

Alex mengangguk mengiyakan. “Benar, aku adalah suamimu, dan kau adalah istriku,” tegas Alex.

Sejenak, Nina menatap Alex dengan keraguan. Dia tidak yakin dengan ucapan Alex yang mengaku sebagai suaminya. Bisa saja pria dihadapannya ini membohonginya. Tetapi entah kenapa hati kecilnya berkata lain. Saat melihat wajah Alex, ada perasaan bahagia yang melingkupi hatinya. Apa yang dikatakan Alex mungkin benar bahwa dia adalah istrinya, tetapi bukti apa yang bisa ditunjukkan kalau mereka adalah suami istri?

Alex menyadari keraguan di wajah Nina. Dia meraih tangan kanan Nina dan mengelus cincin yang tersemat di jari manisnya. “Ini adalah cincin pernikahan kita. Aku memakaikannya padamu sebagai tanda bahwa kau adalah istriku.”

Nina mengamati cincin putih yang mengelilingi jari manisnya

Nina mengamati cincin putih yang mengelilingi jari manisnya. Dadanya berdenyut dan tanpa sadar air mata membasahi pipinya. Nina menatap Alex yang menyeka air matanya. Pandangan Alex yang penuh kasih membuatnya percaya padanya.

“Apa yang terjadi padaku?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Nina. Dia tidak bisa menahan kesedihannya karena melupakan hal-hal yang penting baginya.

“Kau mengalami kecelakaan yang membuatmu koma. Kelihatannya ingatanmu hilang karena kecelakaan itu.”

Tubuh Nina gemetar mendengar penjelasan singkat itu. Dia sama sekali tidak mengingat tentang kecelakaan yang menimpanya. Ingatannya selama ini menghilang begitu saja. Nina meremas kedua tangannya dan menatap Alex dengan penuh harap.

“Kenapa aku bisa kecelakaan? Apa… apa yang terjadi padaku? Aku…”

Alex meletakkan telunjuk kanannya dibibir Nina dan memotong ucapannya. “Semuanya baik-baik saja. Jangan mengkhawatirkan apapun.”

Nina mengangguk mengerti lalu kembali menatap Alex. “Apa aku bisa sembuh? Apa ingatanku bisa kembali?”

Alex kembali memeluk Nina dan mengelus punggungnya dengan lembut. “Pelan-pelan sayang. Kita bisa memulai semuanya dari awal.”

Belaian yang Alex berikan membuat Nina mengantuk. Dia memberikan gumaman lirih sebagai jawaban dan ketika rasa kantuk menguasinya, Nina tertidur dalam pangkuan Alex.

Setelah Nina tertidur, Alex membaringkannya dan tidur disampingnya. Dengan perlahan, Alex mengelus dahi Nina dan menyelipkan beberapa helai rambut hingga wajahnya terlihat jelas. “Lebih baik kau tidak mengingatnya. Kali ini aku tidak akan meninggalkanmu lagi.”

***

Ketika membuka mata, hal yang pertama Alex lihat adalah wajah Nina yang menghadap padanya. Bunyi mesin EKG yang selalu didengarnya sudah tidak ada. Selang infus yang tertancap pada punggung tangan Nina juga terlepas. Alat-alat itu tidak diperlukan lagi karena Nina sudah sadar dari tidur panjangnya.

Sejenak, rasa takut menjalari Alex. Dia khawatir kalau Nina akan kembali koma dan tidak akan membuka matanya. Untuk mengenyahkan kekhawatirannya, Alex menyatukan bibirnya dengan milik Nina. Ketika mulut Nina terbuka, Alex memasukkan lidahnya dan menelusuk kedalamnya.

Alex sangat bersemangat ketika bibir Nina bergerak pelan. Tangannya meraba dada Nina dan meremasnya. Erangan kesakitan keluar dari mulut Nina dan Alex langsung menghentikan perbuatannya. Dia melihat dahi Nina yang mengkerut dan perlahan kembali normal. Nina masih tertidur tetapi bukan tidur koma seperti sebelumnya.

Dulu saat Nina masih koma, seperti apapun Alex menciumnya, Nina tidak akan memberikan reaksi apapun. Dan sekarang Nina dapat merasakannya, bahkan membalas pelan. Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakannya dari pada kehadiran Nina. Alex mengurung niatnya untuk kembali mencium Nina ketika melihat wajah tidurnya yang damai. Sebagai gantinya, Alex mencium bahu Nina yang terbuka dan menyelimutinya.

Alex melirik jam tangan Rolexnya yang masih terpasang. Waktu menunjukkan jam 6 pagi. Masih ada waktu baginya untuk bersiap. Tubuhnya merasa tidak nyaman karena tidur mengenakan kemeja. Semalam, dia terus memandangi wajah Nina hingga tidak sadar ikut tertidur.

“Baru bangun, Mr. Alex?” Pertanyaan yang disertai dengan nada sindiran itu berasal dari Anna. Matanya menyipit melihat pakaian Alex yang masih sama dengan semalam.

“Kau tidak mengganti pakaianmu?” Anna secara terang-terangan menunjukkan wajah tidak sukanya. “Apa kau lupa cara mengganti pakaianmu dan langsung tidur dengan baju kerja? Apa kau kembali menjadi balita berumur 2 tahun? Ups, aku lupa kalau seorang balita membutuhkan bantuan ibunya untuk mengganti pakaian!”

Pertanyaan dan sindiran yang dilontarkan Anna sangat menusuk. Dia terus melanjutkan tanpa mempedulikan tanggapan Alex.

“Asal kau tahu, aku sudah menunggumu semalaman, berulang kali menyiapkan air hangat dan ternyata kau tertidur! Seharusnya kau memberitahuku kalau kau tidak jadi mengelap Nina jadi aku tidak perlu menunggumu dan berdiri layaknya sebuah patung!”

Anna mulai mengomel, lebih tepatnya memarahi Alex dengan ucapan pedasnya. Dia tidak peduli dengan dirinya yang seorang maid memarahi Alex yang merupakan atasannya. Kekesalannya yang menumpuk harus dilepaskan. Anna tidak perlu merasa khawatir akan kehilangan pekerjaannya karena dia tahu bahwa Alex tidak akan memecatnya.

“Pelankan suaramu. Kau bisa membuat Nina terbangun,” peringat Alex.

“Nina memang selalu tertidur! Dan selama dia belum sadar, sikapmu sangat menyebalkan!” balas Anna ketus.

“Nina sudah siuman semalam dan sekarang dia tidur seperti biasa. Suaramu bisa mengganggunya. Jika kau masih ingin melanjutkan, kita lanjutkan di tempat lain.”

“Alasan! Kau hanya mengalihkan pembicaraan dan tidak ingin ku omeli! Jangan kira kau bisa lolos semudah itu karena…”

Anna menghentikan omelannya ketika pintu di belakang Alex terbuka dan memunculkan Nina dengan wajah bangun tidurnya. Nina mengusap sebelah matanya dan berdiri di belakang Alex saat melihatnya.

Anna seakan-akan melihat hantu. Matanya melebar dan mulutnya terbuka tanpa mengatakan apapun. Dia berhenti melangkah ketika melihat Nina bergerak mundur sambil mencengkram lengan baju Alex. Pandangannya lalu berganti kepada Alex yang tersenyum penuh kemenangan.

“Sudah kukatakan suaramu mengganggu. Lihat, kau membuat Nina ketakutan.”

Anna merasa kalau Alex tengah mengejeknya. Dia tahu kalau perbuatannya tidak sopan. Dulu setiap kali Anna mengomel, Alex tidak pernah menghiraukannya. Anna menjadi sangat kesal dan mulai mengomeli Alex setiap saat.

“Alex, siapa dia?” tanya Nina sambil menunjuk ke arah Anna.

“Dia adalah Anna, maid yang bekerja disini. Mulai sekarang dialah yang akan membantu mengurusi semua keperluanmu,” terang Alex pada Nina yang disambut dengan anggukan.

Anna mengernyit mendengar interaksi Nina yang seolah-olah tidak mengenalnya. Ini bukan pertama kalinya Nina bertemu dengannya. Anna merasa tidak ada perubahan mencolok pada dirinya sehingga sulit dikenali. Dia menoleh kepada Alex dan menunggu penjelasan darinya.

“Nina kehilangan ingatannya.”

Penjelasan singkat Alex membuat Anna menatap tidak percaya. Anna langsung menatap Nina dengan kasihan. Semua kenangan yang dulu mereka lalui bersama telah hilang. Tanpa sadar, Anna melangkah mendekati Nina dan memeluknya. Nina awalnya terkejut lalu kembali tenang saat Alex memberikan isyarat tidak apa-apa.

“Pasti berat untukmu karena tidak mengingat apapun. Tetapi jangan khawatir, aku selalu siap membantumu dan melayani dengan sepenuh hatiku.”

Nina tersenyum tanpa sadar dan membalas pelukan Anna, “terima kasih.”

“Baik, cukup dengan suasana canggungnya! Aku akan membantumu mandi dan setelah itu menyiapkan sarapan,” ucap Anna dengan riang.

Anna meraih lengan Nina dan mengajaknya masuk kekamar. Sebelum Anna menutup pintu, Alex memanggilnya.

“Perlakukan istriku dengan baik.” Alex sengaja menekankan kata istri dan Anna langsung mengerti apa maskudnya.

“Tentu saja. Serahkan padaku,” balas Anna sebelum menutup pintu.

Alex tersenyum untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Kebahagiaannya meluap-luap setelah Nina membuka mata. Nina kehilangan ingatan adalah hal yang tidak diduganya. Ada sedikit kecewa karena Nina melupakan semuanya tentang dirinya, tetapi itu tidak berlangsung lama. Alex akan membuat Nina lebih bahagia dari sebelumnya. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah memastikan ingatan Nina tidak kembali, untuk selamanya.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

6 Komentar

  1. Alex sama Anna bertelepati waktu Alex menyebut kata istri. Mungkinkah Nina sebenarnya bukan istri Alex? Masih tunangan mungkin?
    Anna dan Alex ini ga ada hubungan romantis kan ya? Murni hanya hubungan majikan dan maid.

    1. Juniar Vina menulis:

      Hahaha, analisa anda hebat sekali, kalau dijawab bakal spoiler jadi silahkan dibaca sampai kedepannya

  2. :berharapindah

  3. Indah Narty menulis:

    :lovely muachh

  4. Tks ya kak udh update.