Only You

Only You – Chapter 7

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Pagi ini, Nina menggantikan tugas Anna menyiapkan sarapan. Dia percaya dengan penjelasan Alex kalau dirinya mabuk dan Anna yang menggantikan pakaiannya. Separuh dari penjelasan Alex adalah kebohongan, karena dialah yang mengganti pakaian Nina.

Nina sesekali bersenandung sambil mengangkat masakannya. Dia menata telur sunny side yang setengah matang lalu meletakkan dua buah sosis dan tomat. Setelahnya Nina meletakkan beberapa potong garlic bread pada piring lainnya dan menghidangkannya.

Ada rasa gugup ketika Alex meminum kopi buatannya. Alex hanya melirik Nina singkat lalu mulai menyantap sarapannya. “Garlic bread nya terlalu asin. Kau menambahkan garam?”

Nina mengangguk sekali lalu menjawab, “Aku terlalu banyak memasukkan lada hitam karena itu aku menambah garam untuk menyeimbanginya. Maaf seharusnya aku mengukurnya terlebih dahulu. Kalau terlalu asin, kau tidak perlu memaksa untuk…”

“Aku akan memakannya,” potong Alex. “Kau sudah membuatnya, khusus untukku. Aku akan memberi kritik agar berikutnya masakanmu lebih baik.”

Wajah Nina memerah tersipu malu dan juga senang. Dia merasa bangga bisa mendapatkan pujian atas hasil kerja kerasnya. Sedikit demi sedikit, Nina berjanji akan menjadi lebih baik sehingga dikemudian hari tidak menyusahkan Alex.

“Sayang.” Alex menggenggam sebelah tangan Nina dan menatapnya penuh harap. “Nanti siang, apa kau akan datang lagi?”

Nina membalas tatapan Alex dengan pandangan tidak percaya. “A-aku boleh menemuimu lagi di kantor?” tanya Nina ragu-ragu.

“Tentu saja, sayang. Kau bebas menemuiku kapanpun. Kau adalah istriku.” Alex mencium punggung tangan Nina dan menciptakan sensasi aneh disekujur tubuhnya.

Sejenak Nina membayangkan bagaimana jika Alex menciumnya. Mengingat dulu pernah mencium rahang Alex membuat wajahnya semakin memerah. Tanpa sadar, Nina menyentuh bibirnya dan mengusapnya. Dia tidak sadar kalau Alex mengamati setiap gerak-geriknya.

“Ada apa sayang? Kenapa mengusap bibirmu?” Alex sengaja beretanya dan ingin mengetahui reaksi Nina selanjutnya.

Nina sontak menghentikan gerakannya dan meminum jus jeruk yang baru dibuatnya. “A-aku hanya haus. Iya, hanya haus,” jawabnya kikuk.

Alex mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum nakal. “Jadi, nanti siang apa kau akan datang?”

“Tentu saja! Aku akan datang!” jawab Nina cepat lalu menundukkan wajahnya karena malu.

Alex tertawa mendengarnya. Ini adalah tawanya yang pertama setelah Nina bangun. Rasa lega menjalari seluruh tubuhnya karena tidak pernah selepas ini. “Aku akan menunggumu dan juga bekal makan siang kita.”

Nina lantas mendongakkan wajahnya dan bertatapan dengan Alex yang memandangnya penuh gairah. Dia tersenyum kecil sebelum kembali melanjutkan sarapannya.

***

“Ini adalah rancangan yang telah disetujui. Kami sudah memeriksa struktur bangunan mereka dan menyesuaikannya dengan bahan-bahan yang akan dipakai nanti. Untuk pelunasan, mereka meminta agar bisa dilakukan 3 kali dengan 40% tanda jadi dan 30% untuk pembayaran selanjutnya hingga pelunasan.”

Alex menyimak penjelasan yang diberikan oleh managernya. Perusahaannya mendapatkan sebuah proyek untuk membangun taman dan air mancur milik sebuah hotel. Mengerjakan proyek hotel bukanlah pertama kali baginya. Hotel yang sekarang menjadi kliennya adalah sebuah hotel baru, berbeda dengan hotel-hotel sebelumnya yang rata-rata telah berbintang lima.

“Perhatikan laporan keuangan dan arus transaksi mereka. Periksa juga pembayaran hutang, apakah lancar atau tidak. Aku tidak mau jika kita mengerjakan proyek kosong dan mereka lari begitu saja.”

Berhati-hati adalah salah satu kunci kesuksesan Alex. Dia tidak membeda-bedakan kliennya. Tetapi sebelum menerimanya, Alex akan mencari tahu terlebih dahulu seluk beluknya. Dia tidak mau juga nanti mereka kesulitan membayar ataupun mengerjakan sesuatu yang melanggar hukum.

Manager itu mengangguk mengerti dan memberi hormat sebelum keluar dengan peta rancangan.

Alex membaringkan punggungnya pada punggung kursi sejenak sebelum melanjutkan pekerjaan. Matanya beralih pada kartu undangan yang diantar sebelum manager itu datang. Itu adalah undangan makan malam dari keluarga Clinton untuk merayakan ulang tahun putrinya.

Alex meletak undangan itu dalam lacinya. Dia tidak ada niat untuk menghadiri acara itu. Luisa Clinton sangat terobsesi padanya. Dia pernah datang ke kantor dan dengan sesuka hati mengatakan adalah tunangannya. Alex sampai harus melakukan konferensi pers untuk meluruskan pernyataan itu. Karena Luisa juga mengatakan pada seluruh awak media kalau mereka akan menikah.

Luisa tidak mudah menyerah. Berbagai cara dia lakukan untuk mendapatkannya, seperti membuat skenario tidur bersama dan tertangkap oleh paparazzi. Luisa sengaja memberikan viagra untuk menjebaknya. Sayangnya Alex selalu berhati-hati ketika bersamanya dan menolak minuman yang ditawarinya. Sejak saat itu, Alex memberikan peringatan keras dan Luisa berhenti menganggunya.

Alex tidak suka dengan sikap Luisa yang arogan dan menghamburkan uang. Dia hanya bersikap manis dengan orang-orang yang memiliki status sama atau lebih tinggi darinya dan memandang rendah orang lain. Jika bukan karena ayahnya, Samuel Clinton adalah salah satu miliyuner terkemuka di New York, Luisa tidak akan bisa mendapatkan apa yang diinginkan seperti sekarang. Dia terlalu dimanja.

Suara ketukan pintu membuat senyum muncul diwajah Alex. Ketika membuka pintu, Nina berdiri dibaliknya dengan tas bekal digenggamannya. “Masuklah.”

Nina mengangguk dan masuk melewati Alex. Sebelum menutup pintu, Alex menoleh kepada seketarisnya. “Jangan biarkan orang lain masuk tanpa seijinku. Kau mengerti?”

“Baik, pak,” jawab seketaris itu singkat.

Setelahnya Alex menutup pintu dan bergabung dengan Nina. Nina menyiapkan kotak-kotak bekal dan mengeluarkan botol jus. Alex menatap berbagai aneka masakan yang dibawa Nina. Aroma yang menguar ketika bekal dibuka mampu membuat perutnya bergemuruh. Sup sayur, salmon dan kentang panggang, semuanya tampak sederhana dan menggugah selera.

“Kau yang membuat semua ini, sayang?” tanya Alex tidak percaya.

“Anna membantuku membuatnya. Aku hanya memotong sayur dan membuat sup,” balas Nina.

“Tampak nikmat.” Alex meminum sup sayur yang dilanjutkan dengan ikan. Matanya membelalak karena kelezatannya. “Ini enak. Kau sangat hebat, sayang.”

Nina hanya tersenyum dan mengambil porsi bagiannya.

Saat makan, Alex sadar kalau Nina terus memperhatikannya, lebih tepatnya pada bibirnya. Alex berpura-pura tidak mengetahuinya dan melanjutkan makan.

Kilatan gairah terpancar dimata Alex. Dari tatapan Nina, Alex mengetahui apa yang diinginkannya. Jika perkiraannya benar, maka Nina telah membuka hati padanya.

Alex ingin mengujinya. Dia ingin tahu apakah Nina mulai mencintainya atau tidak. Jika iya, Alex akan melakukan apapun untuk mempertahankannya sekarang.

“Semuanya enak. Aku yakin dengan kemampuanmu, kau bisa menjadi koki yang handal.”

Nina tersipu mendengar pujian Alex dan menuangkan jus untuknya. “Aku membuatkan jus berry. Sebelum membawanya, aku sudah mencobanya jadi kau pasti akan menyukainya.”

Alex menerima jus itu dan meminumnya. Setelah meminumnya, Alex mengernyitkan dahinya sambil menatap Nina.

“Rasanya tidak enak?” tanya Nina cemas.

Alex menggelengkan kepala untuk menjawab.

“Atau rasanya aneh?” tanya Nina lagi.

Alex mengangkat sebelah alisnya lalu mendekatkan wajahnya. “Bagaimana kalau kau mencobanya sendiri?”

Alex langsung mencium bibir Nina dan menelusupkan lidahnya pada mulutnya. Dia dapat merasakan tubuh Nina yang menegang akibat perbuatannya. Alex memberi jeda dengan memberikan ciuman ringan dan membelai punggungnya. Ketika tubuh Nina lebih rilex, Alex memberikan lumatan-lumatan dan menciumnya dalam.

“A…lex,” erang Nina disela-sela ciuman. Alex tidak melepaskan ciumannya. Dia semakin gencar mengeksplorasi mulut Nina. Tangannya meraba dan mencengkram paha Nina, memberikan sensasi yang tidak pernah dirasakannya.

Nina mengerang kembali dan merengut rambut belakang Alex. Erangannya semakin keras ketika Alex meraba kulit pinggangnya dan tangan lainnya meraba dadanya. Dia mengeliat ingin melepaskan diri, sayangnya Alex tidak membiarkannya.

“A…lex…”

Erangan Nina yang memanggil namanya, membuat gairah Alex semakin memuncak. Ini kedua kalinya setelah mereka mandi bersama. Hanya pada Nina, Alex akan melakukannya, bukan wanita lain dan hanya dia seoranglah yang mendapatkan hatinya.

“A…Alex!”

Alex merasakan dadanya didorong kuat bersamaan dengan teriakan Nina. Dadanya berdenyut sakit ketika melihat Nina ketakutan. Mata Nina berkaca-kaca sambil memeluk dirinya menjauh dari dari Alex.

“Sayang, aku…”

Bunyi pesan masuk memotong Alex. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.

John :

Yo Alex, malam ini aku akan ketempatmu untuk memeriksanya. Kalau kau tidak mau aku menyentuhnya, cepatlah pulang.

Alex ingin mengumpat kalau tidak ingat Nina ada disampingnya. Dia merasa lega ketika Nina tidak menjauhinya. Alex menghapus sudut air mata Nina dan mengusap pipinya. “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu.”

Nina tidak menjawab dan itu membuat Alex resah. Alex takut setelah ini Nina akan membencinya dan pergi meninggalkannya. Dia memaki kebodohannya karena terbakar oleh gairah. Seharusnya dia bisa bertahan dan membuat Nina perlahan-lahan jatuh cinta padanya.

“Sayang…” ucapan Alex terpotong ketika Nina meletakkan telunjuk dimulutnya. Nina meraih tangan Alex dan menggenggamnya.

“Aku mengingatnya.” Ucapan Nina membuat Alex terkejut. Sekuat tenaga dia menahan kecemasannya ketika Nina menatapnya. “Kita pernah melakukannya, berciuman. Aku hanya mengingatnya sekilas tetapi aku tidak akan melupakan rasanya. Rasanya berdebar-debar dan membuatku bahagia.”

Nina menenggelamkan wajahnya pada dada Alex. “Perasaanku tidak berubah. Saat pertama kali aku melihatmu aku tidak tahu itu apa. Tetapi sekarang aku mengetahuinya. Aku mencintaimu.”

Tangan Alex bergetar ketika ingin memeluk Nina. Tanpa sadar air mata tumpah membasahi pipinya. Alex menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nina dan menangis disana. Dia bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Nina mencintainya, baik itu dulu ataupun sekarang.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

4 Komentar

  1. Bilang aja sejujurnya kamu yang gantiin bajunya Nina, Alex. Toh Nina itu “istrimu”. ?

    1. Juniar Vina menulis:

      wkwkwkwk

  2. Bahagiaaaa :lovelove

  3. Indah Narty menulis:

    Seneng liat nya :lovelove :lovelove :lovelove