Only You

Only You – Chapter 4

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

1 vote, average: 1.00 out of 1 (1 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

“Bagaimana kalau kita mandi bersama?”

Alex membeku di tempat mendengar ajakan Nina. Mandi bersama? Tentu saja dia menginginkannya! Memikirkan hal-hal yang bisa mereka lakukan saat bersama nanti, membuat Alex bergairah. Setelah lama tidak menyentuh Nina, Alex tidak yakin dapat menahan keinginannya.

“Alex?” panggil Nina saat tidak ada tanggapan darinya.

Of course, darling. Ayo kita mandi bersama.”

***

Alex harus menelan kekecewaannya saat mengetahui mandi bersama yang dimaksud Nina. Ya, mereka memang mandi bersama, dalam satu tempat. Nina mandi di dalam bathtub dengan tirai yang menutupinya sedangkan Alex di bawah Shower.

Shit!

Alex terus mengumpat, merutuki gairahnya yang masih memuncak meskipun air dingin tengah mengguyur tubuhnya. Matanya sulit dialihkan ke arah lain dan terus melihat siluet Nina yang berada di balik tirai. Membayangkan Nina di dalam sana yang sedang membasuh tubuhnya membuat hasrat Alex terus bergejolak. Rasanya dia ingin merobek tirai itu dan bercinta dengannya, meluapkan hasrat yang selama ini telah lama dipendamnya.

Alex menggeram pelan. Dia tidak boleh terburu-buru karena Nina masih belum mempercayainya seutuhnya. Alex harus membuat Nina kembali jatuh cinta padanya. Dengan begitu, mereka akan bersatu dan menciptakan kehidupan baru.

Nina tiba-tiba menghentikan kegiatannya dan melilit tubuhnya dengan handuk. Dengan hati-hati Nina berjalan ke dekat tirai dan menyikapnya. “Alex,” panggil Nina.

Alex bertahan untuk tidak menoleh. “Kau membutuhkan sesuatu, sayang?” tanyanya dengan suara serak.

Apakah Alex batuk? Batin Nina dalam hati. “Tolong ambilkan shampoo yang ada di sana.”

“Tentu.” Alex berjalan menuju meja yang terletak berbagai macam peralatan dan perlengkap mandi.

Saat mengambil botol shampoo yang dimaksud, bayangan tubuh Nina yang berdiri sambil berkeramas kembali menghantui pikirannya. Alex meremas botol shampoo itu kuat-kuat dan menggigit bibir bawahnya untuk mempertahankan gairahnya.

Melihat Alex yang berdiri mematung dengan shampoo ditangan, Nina memanggilnya lagi, “Alex?”

Alex tersentak dan mendekat sambil memalingkan wajahnya. “Ini, sayang.”

Nina menjulurkan tangannya untuk menerima shampoo itu. Saat tangan mereka bersentuhan, Nina merasa tangan Alex sangat panas. Nina menahan genggaman tangan Alex dan membuka tirai itu sampai memperlihatkan seluruh tubuhnya. Tentu saja, Alex tanpa sadar membuang wajahnya ketika Nina membuka tirai.

“Alex, kau sakit?” tanya Nina khawatir.

Sebelum tangan Nina mencapai keningnya, Alex dengan cepat menahan tangannya. Dia bernafas lega ketika melihat Nina mengenakan handuk. “Tidak, sayang. Kenapa?”

“Tanganmu panas. Kau juga tidak mengijinkanku menyentuh keningmu. Jangan berbohong padaku,” pinta Nina dengan pandangan cemas.

Alex tersentuh. Sifat Nina masih tidak berubah. Dia selalu memperhatikannya walau sebernarnya dirinya sendiri lebih membutuhkannya. “Aku tidak berbohong padamu. Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, sayang.” Alex mengecup tangan Nina, meyakinkannya kalau dia baik-baik saja.

Nina ingin mempercayai apa yang dikatakan Alex. Tetapi rasa panas yang dirasakan melalui ciuman tadi membuat Nina menduga kalau Alex sedang berbohong. Nina berpikir penyebab Alex berbohong karena tidak ingin dia khawatir.

Dada Nina tiba-tiba berdenyut perih. Anna mengatakan selama dia tertidur, Alex selalu merawatnya tanpa mengenal lelah. Alex selalu membisikkan kata-kata cinta padanya dan mengecup dahinya sebelum tidur. Alex sangat mencintainya dengan sepenuh hati.

Nina ingin membalas perlakuan Alex padanya. Meskipun sikapnya berbeda, jauh dilubuk hatinya dia merindukan Alex. Saat membuka mata dan hilang ingatan, Nina merasa sedih dan takut. Dia tidak tahu tentang dirinya ataupun siapapun. Tetapi ketika melihat Alex, perasaannya menjadi ringan.

Nina ingin memeluk Alex saat itu. Dan disaat dia ingin melakukan, rasa takut menyerangnya. Nina tidak mengerti dari mana asal ketakutan itu. Dia menyadari raut kekecewaan Alex ketika menjauhinya. Nina sempat berbincang sebentar dengan Anna saat membantunya berpakaian. Anna mengatakan, hanya dengan memberikan senyuman dapat membuat perasaan Alex kembali membaik.

Ketika Alex bersiap untuk berangkat kerja, entah dorongan dari mana dia berani mengelus rahangnya dan menciumnya. Setelah kepergian Alex, wajah Nina memerah malu setiap kali memikirkannya. Dia bahkan meminta Anna untuk tidak mengatakannya pada Alex dan mengalihkan pikirannya pada hal lain.

“Sayang?” panggil Alex yang melihatnya terus melamun.

Kesadaran Nina kembali lalu menoleh pada Alex. Dia memarahi dirinya sendiri karena tidak fokus. Tiba-tiba sudut bibir Nina melengkung menciptakan sebuah senyuman. Jika selama ini Alex yang selalu merawatnya selama tertidur, kali ini gilirannya yang merawat Alex.

“Alex, apa kau sudah selesai membersihkan badanmu?” tanya Nina semangat.

“Hanya tinggal mencuci rambut saja,” jawab Alex.

“Kalau begitu biarkan aku yang mencuci rambutmu,” pinta Nina.

Terjadi pergolakan batin dalam hati Alex ketika mendengar permintaan Nina. Tentu saja dia ingin Nina mencuci rambutnya dan merasakan sentuhan-sentuhan yang sudah lama tidak dirasakannya. Bukan hanya rambut, Alex juga ingin jika Nina mengusap seluruh tubuhnya dan berakhir dengan malam yang panas. Tapi di sisi lain Alex juga tidak ingin itu terjadi agar tidak melukai Nina.

“Hmm… sayang, aku bisa melakukannya sendiri,” ucap Alex dengan geraman tertahan.

“Tidak, aku akan membantumu! Setelah mandi, kita akan makan dan minum obat agar kau cepat sembuh.”

Oh, Astaga! Nina masih mengira kalau dirinya sakit. Alex merasa gemas dengan pemikiran Nina yang lugu. Berbeda dengan dirinya dulu yang selalu mempertimbangkan segala sesuatu setiap kali mengambil tindakan. Hanya sekali, Nina pernah melakukan sesuatu yang tidak terduga dengannya. Sesuatu yang tidak akan pernah dilupakan olehnya.

“Alex, duduklah di lantai. Aku akan membantumu.” Nina sudah merentangkan handuk bersih ke lantai agar lebih nyaman saat duduk.

Alex menatap Nina begitu dalam. Hanya sekali ini, biarlah Nina menyentuhnya. Begitu Nina kembali mencintainya, penantiannya selama ini akan mendapat balasan.

Alex duduk memunggungi Nina agar tidak bertatapan langsung dengan tubuhnya. Dia ingin menghindari hal-hal yang mungkin terjadi seperti jatuhnya handuk yang melilit atau tangannya yang secara sengaja atau tidak, membuka lilitannya.

Bulu kuduk Alex meremang ketika tangan Nina meraba tenguknya dan mulai membilas rambut. Alex menelan ludahnya. Sentuhan-sentuhan yang diberikan Nina mampu membangkitkan gairah yang dipendamnya rapat-rapat. Berbagai pikiran liar merasuki benak Alex, membuatnya menggigit bibir bawahnya mencegah erangan keluar dari mulutnya.

Nina yang kesulitan meraih gagang shower terpaksa memajukan tubuhnya agar dapat meraihnya. Jantung Alex semakin berdebar kencang ketika dada Nina yang menempel di kepalanya. Batinnya terus menjerit meminta pelepasan.

Hanya sebentar lagi. Sebentar lagi akan selesai! Teriaknya dalam hati.

Nina menyetel air itu hingga menurutnya cukup nyaman dan mulai membasuh rambut Alex. Dalam hati Alex sedikit lega karena begitu Nina selesai, dia bisa bernafas lega.

“Sudah selesai. Sebentar aku ambilkan handuk untukmu.” Saat Nina berdiri, lilitan handuk yang membelit tubuhnya terlepas dan membuatnya terpekik kaget.

“Sayang!”Alex menahan nafasnya melihat tubuh polos Nina dan saat itulah gejolak yang dari tadi ditahannya lepas begitu saja.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

3 Komentar

  1. poor u alex kwkkwk

  2. AyukWulandari2 menulis:

    Kok geli ya. Haduh nina, kepolosanmu bikin sesuatu jadi tegang :ngakakberat

  3. Indah Narty menulis:

    Bisa pas gtu :ohyeaaaaaaaaah! :ohyeaaaaaaaaah! :ohyeaaaaaaaaah!