Only You

Only You – Chapter 41

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Sudah beberapa hari ini, Nina menyadari ada ke anehan pada Alex. Walaupun dia bersikap biasa dan tersenyum padanya, Nina tahu jika ada sesuatu yang membuatnya murung. Sesekali, dia juga mendapati Alex menatap sedih ketika melihat tanggal. Nina ingin bertanya apa yang mengganggu pikirannya. Tapi dia takut jika itu melanggar privasi Alex dan membuatnya marah.

“Nina, apa ada yang terjadi diantara kalian berdua?” tanya Anna yang juga menyadarinya.

Nina menggeleng sebagai jawaban lalu kembali memotong sayuran. “Dia tidak menceritakan apapun padaku,” balasnya muram.

“Aneh. Tidak biasanya dia seperti ini. Apa kau tidak mencoba bertanya?”

Nina meletakkan pisaunya dan kembali menggeleng. “Aku takut Alex akan marah kalau aku melakukannya.”

“Oh, Sayang. Kalau kau yang bertanya, Alex pasti tidak akan marah. Ingat! Tidak ada rahasia dalam hubungan. Lagi pula, sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Testa. Kau berhak mengetahui segala tentangnya.”

Wajah muram Nina seketika berubah cerah. Alex adalah kekasihnya dan dia berhak mengetahui apa yang terjadi dan membantu mengatasinya. Nina tidak mau hanya berdiam diri dan membiarkan Alex menanggung semuanya.

Setelah memberanikan diri, Nina menyiapkan kopi untuk menemui Alex. Seperti hari-hari sebelumnya, Alex berada di ruang kerjanya dan berkutat dengan laptop. Nina menduga jika perusahaannya sedang mengalami sesuatu. Dia mungkin tidak bisa berbuat banyak untuk memberikan solusi. Namun, Nina ingin menghibur dan membuatnya tenang walau hanya sesaat.

Wangi kopi membuat Alex mengalihkan pandangannya dari laptop. Senyuman menghiasi wajah lelahnya ketika melihat dia datang.

Nina meletakkan kopi di atas meja dan memeluk kepala Alex hingga membuatnya rilex. “Apa perusahaanmu ada masalah? Apa yang bisa kubantu?”

“Tidak ada apa-apa, Sayang. Perusahaan baik-baik saja,” jawabnya sambil menikmati aroma Nina.

“Jangan berbohong. Aku tahu kau terlihat kesusahan beberapa hari ini. Ceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu.”

Tawaran Nina membuat Alex tersenyum kecil. Dia lalu mendudukkan Nina di pangkuannya dan memeluknya. “Nina, apa kau mau menikah denganku?”

Nina tidak terkejut dengan permintaan Alex. Sebaliknya dia justru membaringkan kepalanya di bahu pria itu dan memainkan kancing kemejanya. “Tentu saja. Aku sudah menjadi milikmu.”

Nina mendengar hembusan nafas lega dari Alex. Alex pasti merasa takut kalau dia akan meninggalkannya karena perbuatanya waktu itu. Padahal Nina sudah memaafkannya dari dulu. Dia bahkan telah melupakan kejadian malam itu dan menyukai setiap waktu yang mereka habiskan bersama.

“Kalau begitu, besok, ayo kita menikah! Aku sudah mengurus semuanya jadi tidak ada yang perlu kau cemaskan. Kumohon, jangan menolak, Sayang.”

Ada rasa ketakutan dan sakit yang begitu dalam ketika Alex mengatakannya. Nina tidak tahu apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Namun satu yang pasti, Alex tidak mau kehilangannya.

“Alex, apa kau mau mengatakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?”

Nina bisa melihat rahang Alex yang mengeras. Pria itu terlihat ragu sejenak sebelum akhirnya menyerah. “Sebentar lagi masa belajarmu disini akan selesai. Kau akan kembali ke negaramu. Aku tidak mau kau pergi. Aku mau kau tinggal disini, bersamaku.”

Mata Alex berkaca-kaca saat mengatakannya. Dia merasa frustasi karena hari kepulangannya semakin dekat. Alex tidak rela jika harus berpisah walau hanya sementara waktu. Dia membutuhkan Nina, seolah-olah itu adalah nafasnya. Bila Nina tidak ada, Alex tidak tahu kegilaan apa yang akan menimpa dirinya.

Nina membelai kepala Alex penuh kasih. Dia mengerti perasaan Alex karena dirinya sendiri juga demikian. Perpisahan yang menyesakkan dan kerinduan yang tak berujung rasanya begitu menyakitkan. Nina ingin bersama Alex. Tetapi dia tidak boleh egois. Dia masih memiliki adik dan sahabat yang membutuhkan bantuannya.

“Alex, aku juga ingin bersamamu. Karena itu, lamarlah aku di depan Ibuku agar kita bisa terus bersama.”

Alex segera mengangkat wajahnya dan menatap Nina dengan pandangan berbinar. “Kalau aku melamarmu di depan Ibumu, kita akan tinggal bersama selamanya? Di sini, di New York dengan anak-anak kita nantinya?”

Nina mengangguk sebagai jawaban dengan senyum cerahnya. “Iya! Aku akan tinggal disini, bersamamu dan anak-anak kita kelak.”

Alex langsung mengangkat tubuh Nina tinggi-tinggi dan memberikan ciuman bahagianya. Tawa bahagianya pun ikut menular padanya. Mereka berdua sama-sama bersuka cita menunggu hari itu tiba. Hari dimana keduanya saling mengenakan cincin dan mengatakan pada dunia kalau mereka telah bersatu. Hingga hari itu tiba, mereka berjanji akan saling mencintai sampai kapanpun.

***

Detik-detik menjelang kepulangan Nina, Alex selalu saja melakukan sesuatu yang membuatnya sebal. Pria itu selalu menganggunya setiap kali dia membereskan barang, mengalihkan pikirannya dengan hal lain dan menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak berguna. Pertama-tama, Nina tidak menganggap serius setiap perbuatannya. Tetapi lama-lama Nina menjadi jengkel karena ulahnya yang tidak berkesudahan.

Seperti sekarang, 1 jam sebelum pesawat terbang, Nina masih bergelut dengan kopernya. Tiga jam sebelumnya, Alex meminta jatah padanya. Nina tentu saja menolak karena mereka baru saja melakukannya semalam. Karena salah satu sifat Alex adalah tidak menerima penolakan, dia sedikit memaksa dengan memberikan alasan yang menurutnya logis.

“Hanya satu kali, Sayang. Lagi pula kau tidak perlu membawa pulang semua barangmu. Sebentar lagi juga kau akan tinggal disini.”

Ucapan Alex berhasil membuatnya lengah dan menuruti keinginannya. Bukan hanya sekali, mereka melakannya berkali-kali hingga lupa waktu. Hal itu tentu saja membuat Nina marah karena Alex sengaja membuatnya terlambat dan ketinggalan pesawat.

“Jangan marah, Sayang. Hanya 30 menit, kita akan tiba di airport. Kau tidak akan ketinggalan pesawat. Kalaupun ya, kau masih bisa bermalam disini.”

Nina melempar pakaian Alex yang tergeletak di lantai untuk menutupi seringaiannya yang menyebalkan. Dia memilih untuk diam membereskan barang-barangnya daripada mengindahkan pria yang tengah menatap nakal padanya. Setelah selesai, Nina mengganti pakaiannya dengan yang lebih nyaman dan mengangkat kopernya keluar.

“Oh, Sayang. Aku akan merindukanmu.” Anna memberikan pelukan hangat dan mencium kedua pipi Nina. “Sering-seringlah mengirimi pesan padaku agar aku tidak kesepian.”

“Tentu saja. Jangan sengaja begadang hingga larut untuk membalas pesanku. Aku juga akan merindukanmu,” balas Nina sambil memeluk Anna.

“Sayang, ayo, sudah waktunya.” Alex tiba-tiba muncul dan memeluk pinggangnya dari belakang. Dia mengecup pipi kanannya sebelum mengambil kopernya turun.

Bye-bye, Anna.” Nina melambaikan tangannya sebelum menyusul Alex.

“Until we meet again, Madam Testa.”

***

Sebelum menaiki pesawat, Alex menahan lengan Nina dan memeluknya erat. Dia menghirup aroma Nina dan merasakan kehangatan kekasihnya. Karena pekerjaannya, Alex tidak bisa segera ke Indonesia. Dia sempat marah dan ingin membatalkan proyek yang baru didapatnya. Namun, Nina dengan lembut menasehatinya dan membuat pikirannya tenang.

Jangan hanya karena aku, kau merusak hubungan dengan relasimu. Aku bisa menunggu hingga semua pekerjaanmu selesai. Ingat, kau akan menjadi kepala keluarga. Jangan biarkan dirimu terlihat kekanakkanakan.”

Alex sadar jika perjalanan mereka nantinya masih panjang. Dia ingin membahagiakan Nina dan anak-anaknya kelak. Meskipun tidak bisa langsung melamarnya, Alex tetap bersabar dan mendengar nasehat Nina.

“Tunggulah aku. Aku pasti akan segera melamarmu. Selama itu kumohon, jangan lupakan aku.”

Dada Nina berdenyut melihat ekspresi Alex yang begitu kesakitan. Tanpa sadar, tangannya terulur menangkup wajah pria itu dan menciumnya. Ciuman mereka semakin dalam ketika Alex tidak rela melepaskannya. Ketika bunyi pengumuman terdengar, Alex melepaskan ciuman itu dengan tidak rela.

“I love you.”

Kata-kata Alex merupakan kesungguhan, begitu juga dengan dirinya. Perpisahan mereka hanya sementara. Pada saatnya mereka akan bersatu dan tetap mencintai satu sama lain.

“I love you too.”

.

.

.

Balik kampung ?

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

6 Komentar

  1. dyah ayu monika menulis:

    Yaaa akhirnya di post . Nungguin dari kmren2 kak. Ayo semangat lagiii

    1. Maaf kalau sebelumnya bikin kecewa karena post lama, saya usahakan bisa update secepatnya dan terima kasih semangatnya

  2. Alex ditinggal mudik sama Nina. ? Berarti sebentar lagi dong ya kecelakaannya Nina itu? Jadi penasaran kenapa Nina bisa sampai mengalami kecelakaan.

    1. Hehehe, semangat nunggu nya ya

  3. Indah Narty menulis:

    Until we meet again

  4. Mudiiikkk lebaraaannn si nina :backstab