Only You

Only You – Chapter 51

Bookmark
Please login to bookmark Close

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

“Kalian sudah pulang.” Nina menyambut kepulangan Alex dan Randy dengan wajah berseri-seri. Rambutnya yang basah sehabis mandi menampakkan sisi lain dalam dirinya. Punggung dress biru kemeja itu sedikit basah karena rambutnya yang belum kering. Alex sampai terpana melihatnya. Jika mereka berada di hotel, dia pasti sudah menyerangnya.

 Jika mereka berada di hotel, dia pasti sudah menyerangnya

“Duh, rambut kakak masih basah. Aku bantu keringkan ya biar gak masuk angin.” Randy lalu menggandeng lengan kakaknya dan membawanya duduk.

“Biar aku saja yang melakukannya. Kau mandi saja dulu, pasti lelah karena seharian diluar tadi.” Alex merebut handuk dari tangan Randy dan memberikan kode secara tidak langsung untuk mengusirnya.

Meskipun tidak suka, Randy tetap memasang wajah ramahnya. Dia sangat tahu jika Alex ingin berduaan dengan Nina. Bahkan dari wajah mesumnya sudah kelihatan niat tersembunyinya. Randy tidak akan membiarkan Alex berbuat sesuka hatinya selama mereka di rumah.

“Gapapa, kakak ipar aja yang mandi dulu. Kakak ipar kan bos perusahaan, pasti lebih capek.”

Sudut bibir Alex berkedut menahan kekesalan. Adik iparnya ini sengaja mengusirnya dan ingin berduaan dengan Nina. Lihat, cengirannya bahkan sudah muncul. Kalau bukan karena Nina, dia pasti sudah menghajar Randy.

“Alex mandi saja dulu,” ucap Nina tiba-tiba. “Randy benar, kau pasti lebih letih, jadi mandilah lebih dulu.”

Randy tersenyum penuh kemenangan sedangkan Alex sebaliknya. Dengan langkah gontai, dia mengambil handuk dan melangkah menuju kamar mandi. Ada sedikit rasa terbaikan ketika melihat Nina yang bersenda gurau bersama Randy. Mau bagaimanapun, dia harus mengalah dan memberikan mereka waktu bersama.

Alex tidak tahu bagaimana rasanya memiliki saudara karena dia adalah anak tunggal. Dia berpikir pasti menyenangkan kalau memiliki adik karena bisa bermain bersama selama orang tuanya tidak ada. Yang pasti, Alex paling tahu bagaimana rasanya ditinggal sendirian dan menunggu seorang diri. Agar kepahitannya tidak terulang, dia sudah bertekat untuk memiliki banyak anak dan tidak membiarkan Nina bekerja agar bisa memberi perhatian kepada anak-anaknya kelak.

“Kakak senang loh liat kamu sama Alex akur. Soalnya kamu waktu ketemu dia, seperti mau menerkamnya bulat-bulat.” Nina senang melihat hubungan keduanya yang membaik. Menurutnya, saat pertama kali mereka bertemu, ada aura tidak yang tidak menyenangkan terutama dari Randy. Tapi setelah melihat berdua yang akrab, membuat hatinya lega.

“Karena dia pria pilihan kakak, tentu saja aku rukun dengannya. Aku kan tidak mau membuat kakak khawatir. Lagi pula, aku juga sudah mengetahuinya dari Anggi jadi aku tidak terkejut.”

Nina tersenyum kecil ketika mendengarnya. Dia tidak tahu Anggi menceritakan seberapa banyak tentang hubungannya dengan Alex. Yang pasti, mendengar kakaknya berpacaran dari orang lain pasti tidak menyenangkan.

“Aku tidak marah kok soal kakak merahasiakan hubungan dengan Alex. Dia memperlakukan dengan baik meskipun membawa kakak pergi begitu saja.” Ya, hanya itu yang tidak disukainya dari Alex. Awalnya dia berpikir kalau laki-laki itu akan bersikap arogan seperti orang kaya pada umumnya. Nyatanya Alex adalah orang yang ramah, meskipun menurutnya menyebalkan.

Randy lalu mengelus perut Nina. Walaupun Alex telah menghamili kakaknya terlebih dahulu, pria itu termasuk bertanggung jawab. Jika kecelakaan itu tidak terjadi, mereka pasti tengah berbahagia dengan anak pertama mereka. Bukan hanya itu, dia pun memiliki kesempatan untuk melihat keponakan pertama dan memanjakannya.

“Tumbuhlah dengan sehat agar bisa bertemu paman. Jangan takut kalau Mommy atau Daddy memarahimu. Paman pasti akan membela dan menyanyangimu.”

Nina terkikik ketika elusan Randy membuatanya tergelitik. “Nanti dia jadi besar kepala kalau kamu memanjakannya.

“Kalau dia jadi besar kepala, aku akan memukul pantatnya dan memberikannya pelajaran ekstra agar jera.”

Keduanya kemudian tertawa bersama memikirkan apa yang terjadi setelah anak itu lahir. Semuanya menunggu hari ketika anak itu datang ke dunia. Banyak hal indah yang menanti dan kasih sayang nan berlimpah dari orang-orang disekitarnya. Mereka akan menghargai setiap waktu yang dilalui, untuk menunggu anugerah yang datang membawa harapan baru.

***

Ketika merasa semuanya telah berjalan dengan baik, sebuah bencana baru datang tanpa diundang. Didalam ruangan yang dikhususkan untuknya, Alex meremas ponsel yang digenggamnya. Rasanya dia ingin melempar ponsel itu jika bukan karena masih membutuhkannya.

Alex mendapat laporan jika perusahaanya di New York mendapat masalah. Salah seorang Manager mengambil proyek tanpa persetujuannya. Proyek yang diambilnya ternyata memiliki masalah kepemilikan. Seseorang datang mengaku sebagai pemilik sah dari tanah tersebut dan membawa kasus tersebut hingga kepengadilan. Orang tersebut memenangkan pengadilan dan terbukti sebagai pemilik sah tanah tersebut.

Masalah semakin bertambah saat orang tersebut menuntut perusahaannya. Yang membuatnya semakin rumit adalah orang tersebut meminta ganti rugi dengan nominal yang tidak masuk akal. Dia menggunakan alasan karena pembangunan telah berjalan setengah dan merusak alam sekitarnya. Sebagai direktur dari perusahaan, Alex harus bertanggung jawab penuh atas masalah itu.

Manager yang bertanggung jawab atas pengerjaan itu telah kabur entah kemana. Mau tidak mau, Alex harus segera kembali ke New York karena orang tersebut mengancam akan menuntut perusahaanya ke pengadilan. Karena masalah ini, reputasi perusahaannya menjadi terancam. Beberapa kontrak yang sedang dikerjakannya, memutuskan secara sepihak. Para investor menarik dana secara bersamaan dan tidak ada yang berani bekerja sama dengannya. Operasional perusahan menjadi terganggu karena kekurangan dana secara mendadak.

Perkara ini tidak boleh sampai diketahui oleh Nina. Dia pasti akan bersikeras untuk membantunya walaupun dalam kondisi hamil. Alex tidak mau membuatnya susah karena dirinya. Dia akan memikirkan jalan keluarnya agar semua kembali seperti sedia kala.

Walau berat, Alex harus meninggalkan Nina disini bersama dengan keluarganya. Bersama mereka, sedikitnya membuat dirinya lebih tenang karena mereka akan menjaga Nina. Nina tidak perlu bersusah payah mengurusi semua kebutuhannya dan Randy akan menjaganya. Setelah semua masalah ini selesai, Alex berjanji akan menjemputnya lagi dan menyiapkan kejutan yang tidak akan dilupakannya.

***

“Eh, kau mau kembali ke New York? Apa ada masalah disana?” Nina tidak bisa menyembunyikan keterjutannya saat Alex mengatakan ingin kembali ke New York seorang diri. Pikirannya langsung saja tertuju pada masalah perusahaan yang perlu diselesaikan sehingga membuat Alex terlihat buru-buru.

“Bukan masalah besar, Sayang.” Alex berusaha untuk setenang mungkin agar Nina mempercayainya. “Mereka membutuhkan kehadiranku disana karena mendapatkan proyek baru. Aku tidak akan lama. Setelah selesai, aku akan kembali menjemputmu.” Alex mencium kening Nina mencurahkan betapa besar kasih sayangnya.

“Baiklah, aku akan menunggumu disini. Jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Ingat, keputusanmu menyangkut masa depan orang lain. Aku yakin kau pasti bisa membuat keputusan yang terbaik untuk semuanya.”

Nina memberikan senyum terbaiknya tanpa mengetahui jika perasaan Alex kini tengah bimbang. Dia tidak tega meninggalkannya meskipun itu yang terbaik. “Terima kasih, Sayang. Selama aku pergi, gunakan uang ini. Aku berjanji akan segera menyelesaikannya agar kita bisa bersama kembali.”

Alex memeluk Nina erat untuk mengingat setiap kehangatan yang ada pada dirinya. Dia tidak akan pernah lupa dengan setiap sentuhan dan aroma khasnya. Jika waktu bisa berhenti, Alex ingin lebih lama seperti ini dengannya. Perpisahan mereka hanya sementara. Setelah semua berlalu, mereka akan kembali bersama seperti yang seharusnya.

***

Semenjak Nina pulang bersama laki-laki yang mengaku sebagai suaminya, Dian mulai memperhatikannya dengan baik. Dari tetangga sebelah yang bekerja satu kantor dengan Randy, dia mengetahui kalau menantunya itu orang yang sangat kaya. Usaha yang dimilikinya sangat besar hingga siapapun berlomba-lomba bekerja padanya. Bukan hanya itu, dia juga salah satu pengusaha sukses dan sangat terkenal di negaranya.

Bisa mendapat menantu seperti itu, dalam mimpi pun Dian tidak pernah berpikir untuk mendapatkannya. Namun Nina berhasil menemukan laki-laki itu. Selain kaya, dia juga tampan. Dian menjadi bangga mempunyai menantu sepertinya dan selalu memujinya didepan tetangga. Melihat mereka yang iri, membuat hatinya merasa senang.

Dian berpikir, jika sudah mengambil hati Alex, dia bisa memintanya untuk membangun satu perusahaan untuk Randy. Dengan begitu, anak laki-lakinya tidak perlu bekerja dan cukup membangun usaha sendiri. Apabila nanti Randy sukses dengan usahanya, dia sudah bisa menjalani masa tuanya dengan tenang dan menikmati hidup.

Dian tidak tega tiap kali melihat Randy pulang dengan wajah lelah. Setiap hari berangkat pagi pulang sore, panas-panasan dan terkena hujan, dimarahi klien atau bos, membuatnya merasa iba. Sebagai satu-satunya anak laki-laki, Dian ingin agar Randy mendapatkan yang terbaik karena nantinya, dialah yang akan meneruskan nama keluarga.

Karena sulit untuk meminta langsung, Dian mendekati Nina. Anak perempuannya itu sangat menurut padanya dan pasti juga ingin yang terbaik untuk adiknya. Dari pengamatannya, Alex sangat menuruti Nina. Jika Nina yang meminta, pasti akan dikabulkan.

“Eh, Bu Dian lagi belanja juga. Saya kira gak akan ketemu ibu lagi soalnya ibu kan dapat menantu luar biasa jadi semuanya udah diurusin sama pembantu.” Bu Nini, tetangganya yang suka mengetahui urusan orang lain tiba-tiba muncul dan menyapanya. Bu Nini termasuk orang yang banyak mulut. Dari dia jugalah Dian mengetahui nominal kekayaan Alex karena anaknya juga ikut dalam tim audit yang sama dengan Randy.

Sapaan yang berisi sindiran itu sama sekali tidak berpengaruh. Dian justru merasa senang karena menantunya sangat terkenal. Bahkan, para tetangga berlomba-lomba meminta untuk dikenalkan agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

“Ngak kok, Bu Nini. Kalau soal begini, gak perlu pakai pembantu. Saya bisa pilih sendiri bahan-bahan yang bagus. Kalau suruh pembantu, biasanya suka sembarangan beli. Jadi lebih baik saya sendiri saja sekalian kan bisa ketemu sama ibu.” Melihat senyum masam dari Bu Nini sudah cukup membuatnya puas. Karena suasana hatinya sedang baik, dia tidak mau terlalu lama melayani tetangganya yang banyak mulut itu.

“Oh ya, katanya menantu ibu balik ke kampungnya ya? Kata anak saya, dia lagi ada masalah. Masalahnya gede sampai pake pengadilan-pengadilan gitu! Semoga aja gak bangkrut ya, soalnya kan anaknya belum lahir. Nanti gak tahu mau kasih anak istri makan apa,” cerocosnya panjang lebar.

Mendengar hal itu, kemarahan Dian langsung terpancing. Tetangganya yang kurang ajar ini, beraninya mengatakan hal seperti itu kepada menantunya. “Jangan sembarang ngomong ya! Jangan karena iri ibu jadi sumpahi menantu saya kena sial! Menantu saya usahanya baik-baik saja, tidak ada masalah!”

“Loh Bu Dian, saya ngak nyumpahi loh ya, saya cuma kasih tahu. Coba aja ibu suruh Nina telepon buat minta penjelasan. Kalau ngak kan, ibu gak perlu pusing. Atau itu beneren makanya ibu marah?”

Pertanyaan itu sukses mengenainya dengan telak. Dian memilih untuk pergi dan menghiraukan bisik-bisik akibat adu mulutnya tadi. Lebih baik dia memastikan sendiri kebenaran itu daripada mendengarnya dari orang lain.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

6 Komentar

  1. Wah, masih aja ibunya Nina mementingkan Randy. Kirain dia sayang ke Nina dengan tulus, ternyata karena Alex yang kaya dan dianggap bisa memberi bantuan ke Randy. Randy lagi Randy lagi. ?

    1. hehehe

  2. dyah ayu monika menulis:

    Udah aku bilang . Maybe ini nina bukan anak kandungnya dian. Udah fungs deritanya

    1. Tenang, nanti nina happy kok

  3. Indah Narty menulis:

    Ada udang dibalik bakwan :tidaaakksssnooo

  4. Lagi2 emaknyaaa :pedas :pedas