Only You

Only You – Chapter 49

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Alex terus bermondar-mandir dilobby hotel sampai sesekali melirik jam. Begitu mengetahui Nina tidak ada, Alex langsung menyuruh orang mencarinya. Walau sudah memberi catatan, tetap saja dia tidak merasa tenang terlebih dengan kondisi Nina yang tengah hamil dan menjelang petang.

Tidak mendengar saran Anna untuk memberikan ponsel merupakan suatu kesalahan. Seharusnya dia mendengarkan Anna sehingga tidak perlu panik seperti ini. Kalaupun Nina tidak menelponya, dia bisa melacak lokasinya dengan GPS. Kegelisahannya menguap begitu melihat sosok Nina yang berjalan memasuki lobby. Alex langsung memeluknya penuh kelegaan tanpa mempedulikan tatapan orang-orang yang melihat.

“Kau kemana, Sayang? Aku mengkhawatirkanmu.” Alex mengecup pipi Nina beberapa kali sebelum melepasnya.

“Aku menemui Tommy dan Anggi. Sebelumnya kau belum bertemu dengan Tommy kan? Lain kali aku akan mengenalkan kalian.”

Dahi Alex berkerut tak suka ketika mendengar nama asing seorang laki-laki. Rasa cemburunya masih sangat besar hingga sanggup membuatnya kehilangan akal. “Kau tidak boleh bertemu dengan laki-laki lain, seorang diri lagi.” Alex sengaja menekankan kata-kata terakhir untuk memperingatinya.

Nina berpura-pura tidak mengetahuinya dengan mencium pipi Alex. Setelah suasana hatinya membaik, Nina kembali berwajah serius seraya menggandeng lengannya. “Alex, ada yang ingin kubicarakan denganmu. Ayo kita kembali.”

Tanpa banyak bertanya, Alex mengangguki permintaan Nina. Saat berada di lift, dia dapat melihat perubahan ekspresi Nina yang menjadi lebih baik. Selama jalan-jalan tadi, pasti terjadi sesuatu yang membuatnya senang. Alex bisa melihat jika Ninanya yang dulu telah kembali. Nina yang semangat dan penuh percaya diri.

“Alex, aku ingin menemui keluargaku. Tommy dan Anggi mengatakan kalau Randy selalu mencariku selama 5 tahun ini. Dia selalu mengkhawatirkanku. Aku merasa menjadi kakak yang jahat karena membuatnya resah. Meskipun ibu tidak menerimaku, tujuanku kembali adalah Randy. Aku ingin menemuinya.”

“Apa kau sudah yakin dengan keputusanmu, Sayang?” tanya Alex memastikan.

“Aku yakin!”

Jawaban dan tatapannya yang tajam sudah menjadi bukti kalau dia sudah siap. Apapun keputusan Nina, Alex akan mendungkung penuh. Jika mereka menyakiti hatinya, dia hanya perlu membawa Nina menjauh dan menyenangkan hatinya.

“Baiklah, aku akan menemanimu menemui keluargamu. Tapi ingat, jika mereka membuatmu bersedih lagi, aku akan langsung membawamu pergi dari negara ini.”

Nina mengangguk lalu memeluk Alex. Dia sangat berterima kasih memiliki pria yang sangat mencintainya. Jika dia tidak bertemu Alex, entah bagaimana nasibnya sekarang. Berkat Alex juga, Nina bisa bertahan sampai sekarang dan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

***

Sepanjangan perjalanan, mulut Nina terus berkomat-kamit mengucapkan kata sapaan dalam bahasa indonesia. Setiap kali salah pengucapan ataupun tercampur dengan bahasa inggris, dia akan mengulangnya sekali lagi sampai benar. Jika belum puas, Nina akan terus mengulangnya hingga menurutnya sempurna.

Semakin dekat menuju rumahnya, rasa gugup semakin menguasainya. Sebelah tangannya terus menggenggam tangan Alex untuk menghilangkan rasa gelisahnya. Dalam hati, Nina berharap jika pertemuan ini berjalan lancar. Rasanya dia bisa menangis sekarang juga walau belum bertemu dengan keluarganya.

“Santai Sayang. Kau terlalu kaku. Lihat, tanganmu sampai berkeringat.” Alex mengelap permukaan tangan Nina yang basah oleh keringat.

“Maafkan aku. Aku hanya … ” Belum sempat Nina menyelesaikan kalimatnya, Alex mencium bibirnya.

Alex melakukannya dengan pelan dan berkali-kali hingga pundak Nina melemas. Nina menikmati setiap sentuhan yang diberikannya hingga lupa jika ada supir diantara mereka. Setiap sentuhan Alex membangkitkan gairah dalam dirinya. Biasanya, Nina tidak akan mudah terpancing. Namun kali ini berbeda, dia sangat menginginkan Alex hingga melupakan tujuan utamanya.

“Sayang.” Alex memutuskan ciuman mereka secara sepihak ketika merasa Nina semakin berani. Dia bisa merasakan jika Nina ingin melakukan itu. Jika bukan karena mereka sedang menuju rumahnya, Alex bisa saja menyuruh supir untuk mencari hotel terdekat untuk melayaninya.

“Sepertinya rasa gugupmu sudah hilang. Kau yang sekarang justru mengharapkan hal yang lain.”

Wajah Nina memerah seketika dan menjauh dari Alex. Astaga, dia telah membuat hal yang memalukan didepan orang. Pasti sekarang dia dicap sebagai wanita tak tahu malu karena mencium suaminya dengan vulgar. Meskipun begitu, hatinya merasa ringan setelah ciuman itu. Rasanya seperti sesuatu yang berat terlepas dari pundaknya.

You will be fine.

Perkataan lembut Alex mampu membuatnya tersenyum. Ya, dia akan baik-baik saja karena Alex bersamanya. Sekarang dia tidak sendirian lagi. Pria itu akan selalu menjaganya dan memberi perlindungan yang dibutuhkan.

Tidak terasa setelah beberapa waktu, mereka hampir tiba dikediamannya. Nina memperhatikan perumahan disekitarnya yang sedikit berubah. Tanah kosong yang dulu dibiarkan, kini telah dibangun ruko-ruko bertingkat. Beberapa rumah petak yang menghadap kejalan juga telah berubah menjadi kios seperti Betamart dulu.

Nina memperhatikan gang menuju rumahnya. Jalannya yang dulu kasar dan berbatu, sekarang telah diperbaiki. Gang itu buntu dan hanya terdapat 10 rumah yang ditempati. Dari sela-sela gang, Nina dapat melihat rumah yang dulu ditempatinya. Rumah itu masih sama seperti dulu, tidak banyak yang berubah begitu juga dengan sekitarnya.

Alex memberikan isyarat agar supir membawa mobil masuk kedalam gang. Setelah memarkir mobil, Alex membimbing Nina turun dan membawa bingkisan yang telah disiapkan. Tangannya terus menggenggam lengan Nina erat. Nina membalas genggamannya dan bersama-sama mereka menuju tempat tinggalnya.

Berdiri di depan pagar rumahnya membuat jantung Nina berdebar kencang. Samar-samar dia melihat bayangan seorang pria yang tengah memperhatikan mereka dari dalam. Perlahan-lahan pria itu membuka pintu dan menampakkan wajahnya lebih jelas. Randy, adiknya itu telah tumbuh dewasa.

Randy tampak lebih tinggi dari pada yang terakhir di ingatnya. Penampilannya sedikit acak-acakkan karena baru pulang bekerja. Tidak ada lagi pipi yang chubby, melainkan wajah yang tirus. Di bawah matanya, terdapat kantong hitam yang menggantung dan tubuhnya yang dulu atletis, kini telah mengurus.

“Kakak,” panggilnya tidak percaya. Melihat senyum kakaknya yang masih sama dengan ingatannya, tangis Randy pun tumpah. Dia berhambur ke pelukan Nina dan memeluknya erat. “Kak, aku merindukanmu. Selama ini, kau kemana saja?”

Melihat Randy yang begitu terluka membuat hatinya ikut merasa pilu. “Aku minta maaf. Aku sudah membuatmu khawatir.”

“Yang penting, kakak sudah kembali. Kakak sudah kembali … ” isaknya.

“Nina?”

Panggilan seorang wanita paruh baya membuat Nina menoleh ke asal suara. Diseberang, ibunya Dian, mematung melihat dirinya. Perlahan-lahan, Dian mendekati dan melihat wajah putrinya lekat-lekat. Matanya berkaca-kaca melihat anaknya yang dulu telah tiada kini tengah berdiri dihadapannya.

“Ini bukan mimpi kan? Kamu benar-benar Nina?”

“Ini bukan mimpi.” Nina meraih tangan kurus ibunya dan menggenggamnya. “Aku pulang, Mama.”

***

***

Pertemuan mengharukan mereka harus ditunda sebentar akibat tetangga yang penasaran mulai berdatangan. Dian dan Randy juga tidak menyadari keberadaan Alex sampai dia menyela untuk meminta masuk. Yang membuat mereka lebih terkejut adalah saat melihat perut Nina yang membesar. Menyadari hal itu, Dian langsung Nina masuk dan beristirahat.

“Kak, mau kubuatkan jus? Pasti kakak capek tadi berdiri terus atau kakak mau berbaring?” tawar Randy.

“Tidak perlu repot-repot. Aku minum air hangat saja. Kalau boleh, tolong bawakan 2 untuk Alex juga.”

Randy melirik ke arah Alex sekilas dengan wajah datar lalu melengos begitu saja. Nina sedikit bingung dengan sikap Randy yang berubah tidak ramah terhadap orang asing. Biasanya, dia tidak akan seperti itu. Randy akan selalu bersikap sopan kepada siapa saja dan akan bersikap cuek jika lawannya tidak menghormatinya. Setahu Nina, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Mustahil jika ada sesuatu diantara mereka sedangkan Alex tidak pernah berjumpa dengannya.

“Jadi, bisa ceritakan apa yang terjadi selama 5 tahun ini? Kenapa kamu tiba-tiba menghilang dan siapa pria disamping kamu?” Dian lah yang pertama kali membuka suara ketika duduk dihadapan mereka. Pandangannya tidak lepas dari Alex yang berpakaian mewah dan seorang bule. Dari cincin yang mereka kenakan, Dian mengambil kesimpulan jika mereka telah menikah dan Nina tengah mengandung anaknya.

Ditatap seperti itu oleh Dian tidak membuat Alex gentar. Sebagai ibu mertua, sudah seharusnya dia menghormatinya. Tetapi rasa hormat itu telah runtuh semenjak kecelakaan Nina 5 tahun lalu. Sekarang, Alex berusaha bersikap sebaiknya karena Dian merupakan ibu Nina. Jika Nina tidak merindukan keluarganya, Alex tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah ini.

“Saya yang bertanggung jawab atas Nina selama 5 tahun ini. Kecelakaan yang dialaminya sangat parah sehingga dokter menyerah untuk mengobatinya. Saya membawanya ke New York untuk mendapatkan pengobatan lebih baik. Nina mengalami koma panjang dan amnesia. Baru-baru ini ingatannya kembali dan saya memutuskan untuk membawanya kembali.”

Penjelasan Alex sedikit berbeda dengan apa yang mereka sepakati sebelumnya. Sebelumnya, Nina akan mengatakan alasan yang sebenarnya kalau dia merindukan mereka. Tetapi Alex mengatakan seolah-olah, dialah yang membuat keputusan. Caranya mengatakan seperti itu, seolah-olah dialah yang berperan sebagai penjahat.

“Jadi kamu langsung membawanya begitu saja tanpa mengatakan apapun pada saya? Boleh ku katakan kalau sekarang anda sedang berperan sebagai suami Nina?” Kali ini pertanyaan Dian lebih menohok daripada sebelumnya. Nina sampai meremas ujung gaun dressnya karena takut ibunya akan kembali mengusirnya seperti dulu.

“Ya, aku suaminya. Namaku Alexander Black Testa, aku adalah suami sah Nina Setiawan dan ayah dari anak yang dikandungnya. Alasan saya membawa Nina tanpa memberi kabar karena saya tidak mau memberikan harapan palsu. Saat itu, keadaan Nina sangat parah hingga tingkat kesembuhannya kecil. Saya tidak ingin membuat kalian bersedih untuk kedua kalinya karena itu saya membawanya diam-diam.”

Jawaban tegas Alex membuat Dian menahan nafas. Dia berusaha untuk tetap tenang setelah mendengar jawaban yang begitu menusuk. “Terima kasih atas perhatiannya dan terima kasih karena sudah merawat Nina dan bersedia menjadi suaminya. Bagaimana kalau kalian bermalam disini? Ibu masih mau bercerita banyak hal dengan Nina dan ingin mengetahui kondisi cucu.”

Setelah Nina kecelakaan dan menghilang, ada rasa menyesal dalam hati Dian karena telah mengusirnya. Sikapnya selama ini terhadap Nina juga tidak pernah baik dan selalu dingin. Sebelumnya dia selalu membuat Nina kecewa, namun kali ini dia akan berubah, terlebih sekarang dia akan menjadi seorang nenek.

Nina menatap Alex penuh harap. Seumur hidupnya, dia sangat menantikan hal ini, berbicara bersama ibunya dan mendapatkan perhatian darinya. Ibunya sudah berubah. Nina dapat merasakan tatapan lembut dari ibunya dan perhatian yang tulus. Sungguh, Nina tidak mengira kalau hari ini akan tiba.

“Baik, kami akan bermalam disini. Saya juga ingin belajar dari anda tentang apa yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan Nina. Karena anda adalah ibu Nina, itu membuat anda juga menjadi ibu saya sendiri.”

Dian tersentuh dengan ucapan Alex. Menantunya ini selain tampan tetapi juga sopan. Nina beruntung mendapatkan pria yang akan memenuhi semua keinginannya seumur hidup. Kali ini, dia akan berperan sebagai ibu yang baik untuk menarik hati keduanya.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

4 Komentar

  1. Fransiscalavoie menulis:

    bau2 mau ending ?. tp kapan mereka nikah ya? wkwkkw aku gk ingat

    1. hehehe iya, sudah masuk plot terakhir

  2. Indah Narty menulis:

    :berikamiadegankiss!