Only You

Only You – Chapter 47

Bookmark
Please login to bookmark Close

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Memikirkan kebahagian Nina adalah selalu yang dipikirkan Alex. Tidak pernah terpikir dalam benaknya untuk membuatnya tidak nyaman dan selalu memenuhi kebutuhannya. Namun, Nina tidak seperti wanita lainnya. Dia selalu jujur terhadap keinginannya dan juga perasaannya.

Nina merindukan keluarganya.

Alex menghela nafas kasar setiap kali memikirkannya. Sampai sekarang Nina masih belum mengatakannya. Alex tidak tahu harus bagaimana jika Nina sampai meminta untuk bertemu keluarganya. Dia sudah berjanji akan selalu mengabulkan segala permintaanya. Jika dia menolak, apakah Nina akan membencinya?

Nina wanita yang cerdas. Dia pasti mengetahui betapa sulitnya meminta hal itu. Karena itu, dia tidak pernah membahasnya. Nina terbiasa menutupi masalahnya dengan senyuman sampai Alex mengetahui mana senyum tulus dan kebohongannya. Baginya tidak apa-apa jika dia sendiri yang terluka asal tidak dengan orang lain.

Alex sudah bertekad menjadi orang jahat agar Nina tetap disampingnya. Tetapi melihat Nina yang terus menerus menahan rasa rindu membuat dadanya perih. Disatu sisi dia merasa iba, terlebih dengan kondisinya yang tengah mengandung. Wajar jika Nina sangat berharap untuk bertemu dengan ibunya dan berbagi cerita.

Namun disisi lain, Alex juga tidak mau Nina bertemu dengan keluarganya. Alex tidak mau jika Nina dicemooh karena tiba-tiba menghilang dan datang bersama seorang pria asing dengan kondisi hamil. Alex tahu betul jika mereka kembali sekarang, Nina pasti akan merasakan pukulan yang lebih menyakitkan daripada sebelumnya.

Desahan panjang meluncur saat melihat sebuah map yang berisi perancangan. Baru-baru ini perusahaannya mendapat sebuah proyek baru untuk mendirikan sebuah bangunan. Lokasi pembangunan itu berada di kota tempat kelahiran Nina. Alex bisa saja menolaknya walaupun harus mengalami kerugian. Sudah beberapa kali dia menolak tawaran itu dan proposal yang sama selalu datang.

Darah lebih kental dari air. Sekuat apapun dia mencoba untuk memisahkan Nina dari keluarganya, semakin kuat pula dorongan untuk membawanya kembali. Setelah bertahun-tahun berpisah, sikap mereka mungkin telah berubah. Mereka berhak untuk mengetahui keadaan Nina sekarang. Bagaimanapun juga mereka adalah keluarga Nina dan anak yang dikandungnya merupakan cucunya.

“Aku akan langsung membawamu pergi jika mereka membuatmu menderita. Kau boleh membenciku karena itu dan aku akan tetap mencintamu.”

***

“Sayang, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”

Nina yang sedang mencuci piring, langsung menoleh padanya. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa bertanya. Berikutnya, dia membiarkan Anna mengambil alih pekerjaannya dan mengikuti Alex menuju kamar.

“Sayang, kemari.” Alex menepuk sisi ranjangnya yang kosong. Setelah Nina duduk, Alex mengeluarkan sebuah proposal dan memberikannya pada Nina. “Aku mendapatkan proyek baru. Keuntungan dari pekerjaan ini mencapai ratusan dollar. Bagaimana menurutmu mengenai rencana ini?”

Nina membaca proposal itu sekilas lalu menutupnya. “Aku kurang paham mengenai pembangunan. Tapi menurut pendapatku, jika ingin mendirikan sesuatu harus memperhatikan lokasi dan sengketa tanah.”

“Kau benar, lokasi sangat berpengaruh dalam pembangunan apalagi jika yang dibangun di daerah bisnis. Desain dan interior bangunan harus diperhatikan untuk menarik perhatian konsumen. Akan bermasalah jika ijin dari tanah itu tidak jelas. Selain pengurusan yang panjang, kita juga perlu memberikan uang kompensasi. Proyek seperti itu, sama sekali tidak menguntungkan.”

“Kalau begitu apa proyek ini kurang bagus?” tanya Nina.

Inilah yang Alex sukai dari Nina. Dia wanita yang kritis dan penuh dengan keingintahuan. Hanya penjelasan singkat tidak akan memuaskannya. Nina akan mencari tahu hingga sedalam-dalamnnya dan membuat keputusan yang terbaik.

“Tidak ada masalah dengan proyek ini. Tapi ada satu hal yang membuatku ragu yaitu lokasi proyek ini.”

Nina menaikkan sebelah alisnya kebingungan. Dia lalu membuka proposal itu kembali dan membacanya lebih seksama. Saat membaca lokasi pembangunan itu, tanpa sadar Nina meremas kedua sisinya. Perasaannya berkecamuk sehingga sulit untuk berpikir.

Alex mengambil proposal itu dan menatap mata coklat Nina. “Sayang, aku tahu kau merindukan keluargamu. Kau tidak membohongiku. Aku tidak mau kau menyiksa dirimu sendiri. Kau boleh bertemu mereka, aku tidak akan melarang. Yang aku inginkan adalah kau bahagia.”

Mata Nina berkaca-kaca mendengar penuturan Alex. Pria itu mencintainya dengan tulus dan bersedia melakukan apapun untuknya. Nina tidak ingin membuatnya khawatir dengan rasa rindunya. Alex telah melakukan banyak hal untuknya sehingga dia tidak tahu cara untuk membalas selain mencintainya dengan sepenuh hati dan membuatnya senang.

Nina masih merasa takut untuk bertemu dengan keluarganya setelah sekian lama terpisah. Pertemuan terakhir dengan ibunya yang berujung buruk masih membekas dalam hatinya. Nina takut kalau ibunya akan menolaknya seperti dulu. Jika dia tetap mendapat penampikan seperti dulu, Nina akan kehilangan satu-satunya keluarga terdekatnya. Saat itu, Nina tidak yakin kalau dia tetap sanggup menjadi dirinya sendiri setelah semua yang dialaminya.

“A … aku takut. Aku tidak yakin kalau aku bisa menemui mereka. Hatiku belum siap.”

“Kau tidak perlu takut.” Alex memberikan ciuman ringan di punggung tangan Nina dan menggenggamnya. “Aku bersamamu. Kau tidak perlu menghadapinya seorang diri. Jika kau merasa kalah, aku akan selalu menyemangatimu agar semangatmu kembali.”

Karena motivasi Alex, dada Nina terasa hangat dan membangkitkan keberanian dalam dirinya. Menghindari masalah tidak akan menyelesaikan apapun. Cepat atau lambat, dia harus menghadapinya.

“Terima kasih. Aku akan berusaha mengatasi masa laluku sampai saat itu, kumohon kau tetap berada disisiku.”

“Kita akan terus bersama sampai kapanpun.”

***

Sesampai di hotel, Nina langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perjalanan panjang yang mereka tempuh ditambah dengan perutnya yang terus mual membuat kesehatannya sedikit menurun. Pada fase kehamilan pertama, Nina memang dilarang untuk naik pesawat. Alex meminta kepada developer proyek untuk menunda persetujuan hingga 3 bulan kedepan. Developer itu dengan senang hati menyetujuinya terlebih dia sangat menyukai hasil kerja Alex dan sangat berterima kasih karena dia mau menerima tawarannya. Setelah usia kandungannya cukup, barulah mereka berdua berangkat.

Rasa resah juga selalu melingkupi Nina ketika menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Karena sudah lama tidak disana, banyak perubahan yang terjadi sehingga membuatnya terasa asing. Sejenak ada rasa rindu melanda saat mengingat teman-temannya. Nina juga merindukan ayahnya. Terkadang, Nina menangis ketika suasana hatinya berubah-ubah. Dia perlu belajar menata perasannya kembali agar tetap kuat saat bertemu dengan keluarganya.

“Seharusnya aku mengajak Anna kemari. Aku tidak tega membiarkanmu sendirian disini.”

“Aku tidak apa-apa.” Nina merapikan dasi yang Alex kenakan lalu mengancing kemejanya. “Kalau bosan, aku bisa menonton tv. Aku juga perlu menyegarkan pikiranku soal bahasa. Lama tidak menggunakannya aku jadi lupa.” Nina terkekeh sendiri dengan perkataanya. Selain banyak struktur kota yang berubah, berbagai macam bahasa gaul juga bermunculan. Dia juga lupa bagaimana mengucapkan kalimat umum yang dulu sering diucapkan.

“Jangan terlalu memaksakan dirimu. Jika ada yang kau membutuhkan sesuatu, segera hubungi aku. Ingat, jangan berkeliaran sendiri.”

“Baik, komandan!” Nina memberikan penghormatan ala tentara sebelum mengantar kepergian Alex. Selepas kepergiannya, barulah dia merasa sedikit sepi. Untuk sekarang dia tidak boleh merasa gentar. Dia sudah kembali ke tempat kelahirannya. Yang harus dilakukannya adalah tetap kuat, agar bisa mengalahkan rasa takutnya, baik itu dulu ataupun nanti.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

4 Komentar

  1. Horeeee…. Ada update-an lagi ? Semoga idenya terus mengalir lancar supaya bisa baca tentang Nina dan Alex tiap hari.
    Btw, Nina ga berkunjung ke kafe tempat kerjanya dulu?

    1. why tebakan anda selalu benar? apa anda cenayang???

  2. Urrraaa

  3. Yok nina bikin emakmu menyesalll :pedas