Only You

Only You – Chapter 29

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Ini bukan mimpi! Ini bukan mimpi!’

Nina terus berteriak dalam hatinya ketika Alex duduk dihadapannya. Wajah pria itu tidak berubah, masih sama dengan terakhir dilihatnya begitu tampan dan gagah. Tetapi ada yang aneh dengan wajahnya. Kantong mata yang menggelap dan bulu-bulu halus di sekitar rahang yang tidak dicukur membuatnya tampak lelah dan berantakan.

Nina mengusap wajah Alex yang membuatnya menutup mata karena menikmati sentuhannya. Jari-jarinya dengan hati-hati menelusuri setiap lekuk wajah Alex. Ada rasa geli ketika menyentuh rahang Alex yang kasar. Alex tampak lebih tua dari yang seharusnya dia ingat.

“Ahem!”

Deheman Anggi berhasil mengalihkan perhatian Nina dari Alex. Anggi menatapnya dan Alex secara bergantian dan memandang tidak suka padanya. “Kalian saling kenal?” tanyanya penuh selidik.

“Kami teman lama.” Jawaban Alex membuat Nina dan Anggi menoleh padanya secara bersamaan. Mereka tidak menduga kalau dia bisa berbahasa indonesia dengan lancar.

‘Alex mengucapkan bahasa indonesia!’ teriak Nina dalam hati.

Alex mengetahui apa yang Nina pikirkan dan tersenyum ke arahnya. “Aku mempelajari bahasamu. Apa kau terkejut?” Setelah kembali ke New York, Alex sengaja mempelajari bahasa indonesia. Sempat terbesit dipikirannya untuk menemui Nina kembali dan menyembunyikan keahliannya ini. Alex ingin mengetahui bagaimana perkataan orang-orang terhadap Nina seperti insiden jajanan pasar waktu lalu. Karena itu, Alex rela menghabiskan waktu untuk mempelajarinya.

Nina mengangguk sebagai jawaban lalu memandang Alex dengan tangan yang melipat di dada. “Kau kelihatan tua. Tampang bule memang boros ya,” ucap Nina dalam bahasa indonesia untuk menguji sejauh mana pengetahuan Alex.

“Aku seperti ini karenamu. Aku merindukanmu,” balas Alex jujur tanpa menyadari jika ucapannya membuat wajah Nina memerah.

“Ok, stop! Jadi tuan bule, apa anda juga datang untuk mencari perhatian Nina?” Nina langsung menutup mulut Anggi dan membawanya menjauh. Namun, Anggi yang lebih gesit dengan mudah melepaskan diri dan kembali berhadapan dengan Alex.

Alex menaikkan sebelah alisnya dan menatap tidak mengerti. “Apa maksudmu?”

“Maksudku sudah jelas! Apa kau sengaja datang jauh-jauh dari luar negri untuk menggoda Nina? Jika ya, silahkan bersaing dengan kelompok pemuja Nina!” jawab Anggi menggebu-gebu.

“Kelompok pemuja Nina?” ulang Alex.

“Anggi!” Nina berteriak malu sembari membawanya menjauh.

Alex memperhatikan wajah Nina yang memerah malu. Karena tidak bisa bertanya pada Anggi, dia lalu bertanya pada pegawai wanita yang kebetulan lewat. “Nona, apa maksudnya kelompok pemuja Nina?”

Pegawai wanita itu langsung terpesona melihat ketampanan Alex. “Mereka adalah sekelompok pria yang menyukai Nina. Disana berkumpul juga orang-orang yang gagal mendapatkan nomor Nina dan orang-orang yang ditolak,” jawabnya malu-malu.

“Terima kasih, nona.” Setelahnya Alex memberikan senyuman khasnya dan membuat hati pegawai wanita itu berbunga-bunga. Alex kembali menatap Nina dan mendapatinya yang tengah tertunduk malu. “Kumpulan yang orang gagal yang mendapatkan nomor dan yang ditolak ya?” Alex jadi mengenang masa lalunya yang gagal mendapatkan nomornya. Ternyata Nina masih sama seperti dulu, tidak sembarangan memberikan kontaknya.

Wajah Nina kembali memerah dan setelahnya dia berlari menuju dapur. Alex masih setia duduk ditempatnya dan terkekeh melihat sikap Nina yang mudah terbaca.

Kali ini, giliran Anggi yang duduk berhadapan dengan Alex dan menatapnya penuh selidik. “Jadi, sudah berapa lama kau mengenal Nina?” Anggi sengaja menggunakan bahasa inggris agar karyawan lain tidak menguping. Selain dirinya dan Nina, semua karyawan lain tidak ada yang bisa berhasa inggris selancar mereka.

“Satu bulan? Kami berpisah dua tahun yang lalu,” jawab Alex.

Kerutan di dahi Anggi semakin bertambah. Dia lalu melipat kedua tangannya didada dan menatap Alex serius. “Om Suryo pernah mengatakan kalau ada seorang bule yang memintanya untuk menjaga Nina. Aku tebak pasti kau orangnya kan?”

Alex mengangguk membenarkan pertanyaan Anggi. Setelah insiden Nina dibentak oleh istri bos, dia menemui pak Suryo dan memintanya untuk memperlakukan dengan baik. Alex tidak mau jika Nina juga mendapatkan perlakuan kasar selama bekerja di betamart. Pak Suryo selaku atasan Nina mengerti keresahannya dan berjanji akan mejaga Nina dengan baik.

“Rahasiakan dari Nina. Aku tidak mau dia merasa terbebani. Dia selalu menyimpan semua masalahnya sendiri dan berpura-pura kuat.”

“Ho, jadi kau mengetahui sifat Nina yang satu itu. Kalau begitu kenapa kau meninggalkannya?” Anggi ingin sekali meneriakkan pertanyaan terakhirnya. Tetapi jika dia melakukannya, Nina pasti akan kembali untuk melihat apa yang terjadi. Karena itu, Anggi sengaja menggeram untuk menunjukkan kemarahannya.

“Aku akui, aku membuat kesalahan. Seharusnya aku tidak meninggalkannya dulu. Aku mencintainya.” Cinta Alex begitu kuat hingga membuatnya kacau dalam beberapa tahun ini. Tujuannya kembali kali ini adalah membuat Nina menjadi kekasihnya, miliknya seutuhnya. Dengan cara apapun, Alex akan mendapatkan Nina.

“Hmph! Kau sama saja dengan laki-laki lain yang mengerjanya. Kau bahkan tidak tahu apa-apa mengenai keluarganya. Jadi jangan mengira kau mengenal Nina seluruhnya!” Anggi lalu mendengkus kasar dan meninggalkan Alex ditempatnya.

Alex baru menyadari jika dia tidak pernah mendengar Nina membahas mengenai keluarganya. Yang Alex tahu, Nina tinggal bersama adik laki-laki dan ibunya. Setelah ayahnya meninggal, Nina berhenti sekolah dan bekerja untuk membantu menyekolahkan adiknya.

Alis Alex bertaut setelah menyadari adanya kejanggalan. Sistem pendidikan di Indonesia mewajibkan muridnya untuk wajib belajar 12 tahun. Jika bersekolah di sekolah negri, biaya sekolah akan lebih murah dan mendapatkan bantuan hingga pendidikan selesai.

Nina tergolong murid yang cerdas. Dengan kemampuannya, seharusnya dia bisa bersekolah di sekolah negri favorit. Seandainya Nina tetap melanjutkan pendidikan, biayanya pasti tidak mahal. Tetapi kenapa hanya adiknya yang bersekolah sedangkan dia tidak?

Alex menghubungi detektif swasta yang sebelumnya dipekerjakan Anna untuk mencari Nina. Dia memintanya untuk mencari tahu segala tentang Nina dan apa yang terjadi selama 2 tahun ini. Alex bisa-bisa saja menanyai Anggi untuk mengetahuinya. Tetapi melihat reaksi Anggi yang ketus, rasanya tidak akan mudah.

Alex kemudian menyeruput kopi yang dibuat Nina sebelumnya dan tersenyum tipis. Pantas cafe cinta selalu ramai. Kopi buatan Nina memang enak. Alex teringat kegiatannya dulu yang mengantar jemput Nina. Menurut penjelasan Anggi, banyak laki-laki yang menyukai Nina dan berusaha mendekatinya. Untung saja tidak ada dari mereka yang melalukan tindakan bodoh seperti menculiknya atau memperkosanya. Jika itu terjadi, Alex akan menghancurkan mereka dengan tangannya sendiri.

Untuk melindungi Nina, Alex ingin mengulangi kegiatan dulunya lagi. Selain untuk mengusir para lelaki yang mengejarnya, dia juga inign mempererat hubungannya dengan Nina. Masih banyak yang belum diketahuinya tentang Nina. Karena itu, Alex akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengetahui lebih banyak tentangnya. Alex juga ingin lebih terbuka kepada Nina. Setelah waktunya tiba, Alex berjanji akan mengikat Nina menjadi miliknya.

.

.

.

.

.

Note: Program wajib belajar 12 tahun dimulai Juni 2015. Dalam cerita ini, program wajib belajarnya saya mundur 1 tahun dari kenyataan. Harap ingat, cerita ini fiksi dan saya bebas memanipulasi peraturan selama dalam cerita saya. Lalu karena saya baik (dan rajin, hehehe)  saya akan 2 chapter dalam beberapa hari kedepan. Terima kasih sudah mengikuti sampai sejauh ini!

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

1 Komentar

  1. Fiksii