Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Only You – Extra Part
- Only You – Epilog
- Only You – Chapter 56 (End)
- Only You – Chapter 55
- Only You – Chapter 54
- Only You – Chapter 53
- Only You – Chapter 52
- Only You – Chapter 51
- Only You – Chapter 50
- Only You – Chapter 49
- Only You – Chapter 48
- Only You – Chapter 47
- Only You – Chapter 46
- Only You – Chapter 45
- Only You – Chapter 44
- Only You – Chapter 43
- Only You – Chapter 42
- Only You – Chapter 41
- Only You – Chapter 40
- Only You – Chapter 39
- Only You – Chapter 38
- Only You – Chapter 37
- Only You – Chapter 36
- Only You – Chapter 35
- Only You – Chapter 34
- Only You – Chapter 33
- Only You – Chapter 32
- Only You – Chapter 31
- Only You – Chapter 30
- Only You – Chapter 29
- Only You – Chapter 28
- Only You – Chapter 27
- Only You – Chapter 26
- Only You – Chapter 25
- Only You – Chapter 24
- Only You – Chapter 23
- Only You – Chapter 22
- Only You – Chapter 21
- Only You – Chapter 20
- Only You – Chapter 19
- Only You – Chapter 18
- Only You – Chapter 17
- Only You – Chapter 16
- Only You – Chapter 15
- Only You – Chapter 14
- Only You – Chapter 13
- Only You – Chapter 12
- Only You – Chapter 11
- Only You – Chapter 10
- Only You – Chapter 9
- Only You – Chapter 8
- Only You – Chapter 7
- Only You – Chapter 6
- Only You – Chapter 5
- Only You – Chapter 4
- Only You – Chapter 3
- Only You – Chapter 2
- Only You – Chapter 1
- Only You – Prolog
John meletakkan stetoskopnya pada perut Nina dan memeriksa suhu tubuhnya. Nina awalnya menolak karena merasa kondisinya sudah lebih baik. Alex tetap memaksa dan karena John sudah datang, terpaksa Nina menyetujui. Setelah selesai memeriksa, John memberikan jempol pada Alex yang merupakan isyarat yang telah disiapkan.
Alex langsung memeluk Nina erat lalu mencium seluruh wajahnya dan turun ke perut. Dia memberikan ciuman ringan disana dan mengelusnya penuh kasih sayang. Pandangannya lalu beralih ke Nina dan mencium dahinya.
“Terima kasih, Nina. Aku mencintaimu.”
Nina membalas dengan mencubit lengannya dan menatap was-was. Kemudian, Alex terkekeh menyadari wajah Nina yang memerah. Dia pasti mengartikan lain maksudnya karena memanggil namanya langsung.
“Ahem!” Gangguan kecil dari John berhasil menarik perhatian Alex. ” Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” John berjalan meninggalkan kamar meninggalkan mereka berdua.
Alex mencium jemari Nina dan membaringkannya dengan hati-hati. Perlakuannya sangat lembut dan menganggap Nina seolah-olah adalah kaca yang mudah pecah. “Aku akan kembali. Istirahatlah dulu.”
Setelah menyelimuti Nina, Alex menghidupkan lampu tidur dan menemui John diruang kerjanya. Disana, John telah menunggunya dengan dahi berkerut. “Apa ada yang aneh dengan kehamilannya?”
Pertanyaan Alex yang tiba-tiba membuat John terperanjat. Dia mengelus dadanya untuk menenangkan jantungnya dan menatap Alex dengan pandangan menuduh. “Apa kau tidak bisa tidak mengagetkanku seperti itu? Lama-lama kau membuatku jantungan!”
Alex duduk diseberang John dan tidak acuh pada omong kosongnya. “Jadi, apa ada yang aneh dengan kehamilan Nina?” ulangnya lagi.
John menghela nafasnya dan menyandarkannya punggungnya pada sofa. “Untuk mengetahui lebih pasti, sebaiknya kau membawa Nina ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan keseluruhan.”
Alex mengangkat sebelah alisnya menatap John. “Kalau kau bisa memeriksanya, kenapa aku harus membawa Nina kerumah sakit? Mereka berdua baik-baik saja bukan?”
“Kandungan Nina sedikit lemah. Mungkin karena kecelakaannya dulu, daya tahan tubuhnya melemah. Aku bukan orang yang ahli dalam bidang ini dan lebih baik kau langsung berkonsultasi dengan dokter kandungan,” jelas John.
Jantung Alex berdegup cepat mendengar penuturan John. Dia mengira telah menjaga Nina dengan baik selama koma, nyatanya salah. Alex melupakan rahim Nina yang ikut terluka. Perhatiannya terlalu difokuskan pada kesehatan Nina sampai melupakan hal yang penting.
“Baik. Besok, aku akan membawanya ke dokter kandungan. Apa ada hal lain yang perlu kuperhatikan?” Alex tidak akan lengah. Kali ini dia akan memperhatikan semua kebutuhan yang dibutuhkan Nina dan juga calon bayinya.
“Untuk saat ini, jangan biarkan Nina banyak bergerak. Bed rest adalah solusi mudah untuk saat ini dan jangan berhubungan intim sampai anak kalian lahir!” peringat John.
Alex menelan ludahnya mendengar peringatan terakhir John. Setiap malam, Alex selalu melakukannya dengan Nina. Dia tidak bisa menahan gairahnya dan selalu menginginkannya. Untuk kebaikan Nina dan calon bayinya, Alex harus bisa bertahan. Sembilan bulan bukanlah waktu yang lama dibanding dengan penantiannya dulu.
“Aku akan mengusahakannya.”
“Kalau begitu aku kembali dulu. Jika ada apa-apa dengan kondisi Nina, kau bisa menghubungiku.” John melambaikan tangan pada Alex dan menatap genit ketika berpapasan dengan Anna.
Anna hanya mendengus dan berpaling kepada Alex ketika John telah pergi. “Jadi, Nina hamil?”
Alex tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. “Rahasiakan ini dari Nina. Aku ingin menjadikannya sebagai kejutan untuk ulang tahunnya. Besok, jangan biarkan Nina melakukan pekerjaan berat. John berpesan agar membiarkan Nina terus berbaring. Setelah aku kembali, aku akan membawanya ke dokter kandungan.”
Anna membusungkan dadanya dan menatap Alex dengan penuh percaya diri. “Kau bisa menyerahkannya padaku! Aku akan menjaga Nina dengan baik!”
Alex memberikan anggukkan ringan sebelum kembali kekamar. Disana, Nina telah tertidur dengan wajah damainya. Dengan perlahan, Alex naik keranjang dan menarik Nina kedalam pelukannya. Kehatangan tubuhnya membuat Nina merasa nyaman dan melengkungkan kedua lengannya pada lehernya.
“Alex,” gumam Nina dalam mimpinya.
Alex mengelus kepala Nina, sebelum mencium bibirnya sekilas. “Aku mencintaimu, selalu.”
***
Nina menatap langit-langit kamar dengan bosan. Sudah seharian ini dia tidak bisa beranjak dari ranjang. Alex menyuruhnya untuk beristirahat dan tidak perlu membuatkan bekal. Nina juga tidak bisa leluasa turun dari tempat tidurnya. Anna selalu mengawasi gerak geriknya dan bahkan mengikutinya sampai kekamar mandi.
Helaan nafas kasar telah keluar dari mulutnya untuk kesekian kalinya. Tidak ada satupun acara televisi yang menarik dan ada rasa malas membaca novel atau majalah lainnya. Nina ingin sekali memasak dan membuat bekal untuk Alex. Dia sangat merindukannya meskipun hanya beberapa jam berpisah.
Suasana rumah yang hening, lantas membuat Nina keheranan. Dia turun dari ranjang dan mengintip dari balik pintu. Ketika tidak melihat Anna dimanapun, Nina melangkah pelan menuju ruang kerja Alex.
Nina duduk di kursi hitam milik Alex dan memainkannya dengan berputar-putar. Dia membayangkan bagaimana rasanya menjadi Alex yang tengah duduk disini dengan wajah seriusnya. Tanpa sadar, Nina meletakkan pipi kanannya pada permukaan meja.
Senyumnya mengembang ketika mencium aroma parfum Alex yang tertinggal disana. Dia memejamkan matanya sejenak lalu mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja yang kokoh. Saat Nina hendak beranjak dari kursinya, tangannya tidak sengaja menyentuh laci yang tidak terkunci dan membukanya.
Rasa penasaran yang begitu besar, membuatnya mengintip isi laci itu. Didalamnya terdapat sebuah binder clip usang dengan bercak-bercak coklat dipermukaanya. Nina membuka binder itu dan menemukan susunan kalimat yang menurutnya tidak asing.
27 Maret 2012
Hari ini aku bertemu dengan seorang pria bule yang sangat tampan. Aku mengira semua bule itu bermata biru tetapi aku tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang bermata abu-abu. Itu sangat keren!
Aku tidak sengaja bertemu saat mengembalikan dompetnya. Seharusnya dia lebih berhati–hati apalagi berada di negara lain. Bagaimana kalau ada orang jahat yang menemukannya?
Untung saja inggrisku baik. Jadinya aku tidak terlihat memalukan. Tetapi siapa yang peduli? Toh, disini mayoritas berhasa indonesia. Tidak ada yang peduli jika aku lancar atau tidak. Terlebih lagi dengan kondisiku sekarang.
Dada Nina berdenyut nyeri setelah membaca tulisan itu. Dia seolah-olah mengerti bagaimana perasaan orang yang menulisnya. Tidak semua binder itu berisikan harian. Beberapa halaman dibiarkan kosong atau coretan dan gambar acak. Setelah membalikkan beberapa halaman, barulah Nina menemukan catatan lain.
02 April 2012
Aku beberapa kali berpapasan dengan pria bule itu. Entah kenapa, aku merasa dia sedang mengawasiku. Aku harap ini hanya perasaanku saja. Tidak mungkin bule itu mau melakukan macam-macam apalagi disini bukan tempat asalnya.
Jangan terlalu memikirkannya. Cepat atau lambat, bule itu pasti akan kembali dan melupakan semua yang ada disini. Aku juga sebaiknya lebih memikirkan pekerjaanku. Aku membutuhkan uang untuk biaya sekolah adikku.
Sejujurnya aku lelah. Tetapi aku tidak boleh menyerah. Adikku mempunyai masa depan cerah. Dia tidak boleh sepertiku. Walau terkadang menyebalkan, aku menyayanginya.
Nina merasakan kepalanya berdenyut setelah membacanya. Genggamannya pada binder itu terlepas dan jatuh ke lantai. Karena spiral yang menyangga binder itu telah rusak, isi dari binder itu berhamburan keluar.
Nina menatap isi binder yang berserakan dengan cemas. Buru-buru dia mengambil kertas-kertas itu dan menyusunnya secara acak. Gerakannya terhenti ketika melihat beberapa kertas yang ditulis penuh. Nina membaca seluruhnya dan terbelalak pada kertas terakhir.
19 Juli 2014
Hari ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku. Aku hamil! Aku mengandung anaknya!
Setelah kuhitung–hitung, seharusnya usianya sekitar 2 minggu, tepat setelah aku pulang dari New York. Mengingat selama disana, kami telah telah melakukannya. Aku juga tidak sadar dengan bulananku yang datang terlambat dan perubahan moodku yang tiba–tiba. Untung saja aku tidak merasa letih dan hanya sedikit mual jadi tidak ada orang yang curiga.
Aku tidak sabar ingin memberitahunya tentang kehamilanku. Tetapi aku harus bersabar dan memberi kejutan padanya saat datang nanti. Hanya menunggu 2 minggu lagi dan dia akan datang untuk melamarku. Aku justru khawatir kalau mama tidak akan setuju. Tetapi dia bilang semua akan baik–baik saja dan aku tidak perlu menghkawatirkannya.
Ah, aku jadi penasaran bagaimana reaksinya mengetahui kehamilanku nanti. Apa dia akan tertawa atau menangis? Aku jadi ingin bertemu dengannya secepatnya!
Nina mengenali semua tulisan itu. Tulisan itu adalah tulisan tangannya yang ditulis dalam bahasa negaranya. Dia bukan berasal dari New York, seperti yang Alex katakan. Tempat kelahirannya berada jauh dinegara lain bersama dengan keluarganya.
Pandangannya lalu tertuju pada sampul belakang binder yang menggelembung. Dibaliknya terdapat sebuah test pack yang memunculkan dua garis. Mendadak, Nina merasakan sakit yang luar biasa menghantam kepalanya. Rasa sakit yang hebat membuatnya menangis. Nina merintih kesakitan ketika kilatan masa lalu tiba-tiba menghantamnya. Semuanya muncul dalam waktu yang bersamaan dan membuat kepalanya seperti ingin pecah.
Ingatan terakhir tentang apa yang tejadi padanya membuatnya membeku ditempat. Nina mengelus pipinya lalu melihat perutnya yang rata. Tangisnya pecah seiring dengan teriakan memilukan yang memenuhi seluruh ruangan. Setelah itu pandangannya menggelap dan semuanya menjadi hitam.
Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Only You – Extra Part
- Only You – Epilog
- Only You – Chapter 56 (End)
- Only You – Chapter 55
- Only You – Chapter 54
- Only You – Chapter 53
- Only You – Chapter 52
- Only You – Chapter 51
- Only You – Chapter 50
- Only You – Chapter 49
- Only You – Chapter 48
- Only You – Chapter 47
- Only You – Chapter 46
- Only You – Chapter 45
- Only You – Chapter 44
- Only You – Chapter 43
- Only You – Chapter 42
- Only You – Chapter 41
- Only You – Chapter 40
- Only You – Chapter 39
- Only You – Chapter 38
- Only You – Chapter 37
- Only You – Chapter 36
- Only You – Chapter 35
- Only You – Chapter 34
- Only You – Chapter 33
- Only You – Chapter 32
- Only You – Chapter 31
- Only You – Chapter 30
- Only You – Chapter 29
- Only You – Chapter 28
- Only You – Chapter 27
- Only You – Chapter 26
- Only You – Chapter 25
- Only You – Chapter 24
- Only You – Chapter 23
- Only You – Chapter 22
- Only You – Chapter 21
- Only You – Chapter 20
- Only You – Chapter 19
- Only You – Chapter 18
- Only You – Chapter 17
- Only You – Chapter 16
- Only You – Chapter 15
- Only You – Chapter 14
- Only You – Chapter 13
- Only You – Chapter 12
- Only You – Chapter 11
- Only You – Chapter 10
- Only You – Chapter 9
- Only You – Chapter 8
- Only You – Chapter 7
- Only You – Chapter 6
- Only You – Chapter 5
- Only You – Chapter 4
- Only You – Chapter 3
- Only You – Chapter 2
- Only You – Chapter 1
- Only You – Prolog
Oh… Nina ditampar Ibunya karena hamil kah? Dan Alex ga bertanggung jawab? Makin penasaran aja sama masa lalu Alex dan Nina.
Semoga hari ini atau besok ada marathon update lagi. ?
Hahahahaha, saya jahat! atau baik?