Only You

Only You – Chapter 14

Bookmark
Please login to bookmark Close

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Ketika membuka mata, samar-samar Nina mendengar suara makian yang menggema. Dia ingin membalas tetapi tidak ada suara yang keluar. Meskipun makian itu tidak jelas, dia merasa marah dan juga sedih. Dadanya terasa sakit dan air mata telah membasahi pipinya.

Sebuah tamparan melayang ke pipinya. Tamparan itu terasa begitu nyata. Rasa sakit di pipi, membuat air matanya jatuh semakin deras. Di sela-sela rasa sakit itu, sebuah hinaan membuat kemarahannya meluap.

“Anak tidak berguna!”

Nina langsung bangun dari tidurnya dan berteriak histeris. Dia menolak pelukan Alex dan memilih menyembunyikan wajahnya. Nafasnya terengah-engah dan keringat bercucuran disekitar dahinya.

Tangannya menyentuh pipi yang berdenyut. Tamparan dalam mimpinya mirip dengan tamparan yang Luisa layangkan. Rasanya begitu sakit dan perih. Tanpa sadar, air matanya jatuh mengingat kalimat terakhir dalam mimpinya.

“Alex, ada apa didalam? Kenapa Nina berteriak?”

Dari luar, Anna mengetuk pintu dengan keras. Dia langsung menghampiri Nina ketika melihatnya menangis. “Nina, ada apa? Kenapa – !” Ketika ingin menyentuh pundak Nina, tangannya ditepis kasar. Nina juga menatapnya ketakutan dan terus gemetar.

Anna berbalik menatap Alex keheranan. Dia merasa iba dengan kondisi Nina yang sekarang.

Alex duduk disamping Nina dan mengelus kepalanya. Tidak ada penolakan dari Nina dan dia masih tidak bergerak dari tempatnya. “Keluarlah dulu dan bawakan air hangat.”

Anna mengangguk sebagai jawaban dan meninggalkan mereka berdua.

Setelah kepergian Anna, Alex mengangkat wajah Nina perlahan. Dengan jemarinya, Alex menghapus sisa jejak air mata yang tersisa lalu membenamkan wajah Nina pada bidangnya dan memeluknya. Alex tahu kalau Nina tidak bermaksud kasar kepada Anna. Dia hanya merasa syok dan butuh waktu untuk memenangkan diri.

Setelah Nina lebih tenang, Alex mengelus sebelah pipi Nina dan menatapnya lembut. “Apa yang kau mimpikan, sayang?”

Nina menggigit bibir bawahnya dan menjauhkan tubuhnya dari dada Alex. “Aku tidak tahu. Mimpi itu samar tetapi rasanya sangat nyata. Seseorang mencaciku dan mengatakan kalau aku anak durhaka.” Nina kembali terisak setelah mengatakannya.

Jantung Alex berdegup kencang mendengarnya. Itu bukanlah mimpi, melainkan kepingan masa lalu Nina. Lengannya kembali merangkul Nina untuk bersandar padanya dan memeluknya erat. “Itu hanya mimpi. Kau akan segera melupakannya.”

Nina tidak menjawab. Pikirannya masih dipenuhi dengan kalimat terakhir dalam mimpi. Belaian Alex mampu membuatnya tenang. Nina kemudian memejamkan matanya sampai kantuk menguasai dirinya.

***

“Aku minta maaf. Semalam, tindakanku kasar padamu. Aku benar-benar menyesal.” Nina menundukkan kepalanya berkali-kali didepan Anna.

Anna buru-buru menghampiri Nina dan menepuk pelan pipinya dengan kedua tangannya. “Sudah, Nina! Kau tidak salah apapun. Semalam kau hanya mimpi buruk, tidak lebih.”

“Tapi aku – “

Anna menempelkan telunjuknya dibibirnya untuk memotong. “Tidak apa-apa. Aku tidak marah padamu. Dari pada itu, bagaimana kondismu hari ini?”

Mata Nina berkaca-kaca karena terharu dengan kebaikan Anna. Cepat-cepat Nina mengucek matanya dan memasang senyum terbaiknya. “Aku tidak apa-apa.”

“Bagus! Aku sudah menyiapkan sarapan. Kalian berdua, makanlah sebelum dingin!”

Nina mengangguk, mematuhi perintah Anna dan berjalan menuju meja makan bersama Alex. Ketika mencium aroma toast yang baru dipanggang, seketika Nina berhenti dan merasa mual.

“Ada apa, sayang?” tanya Alex ketika melihat raut wajah Nina yang berubah.

“Aku rasanya ingin muntah. Maaf, aku ingin ke toilet terlebih dahulu.” Nina berlari meninggalkan Alex menuju kamar. Sesampai di toilet, rasa mual yang dirasakannya tadi menghilang.

Alex mengejar Nina hingga ke kamar. Dia memijat pelan leher Nina untuk membuatnya merasa nyaman.

“Aku sudah tidak apa-apa.”Nina beranjak dari posisinya dan mengelap wajahnya dengan handuk.

Alex mengangkat sebelah alisnya dan memandang Nina dengan cemas. “Kau yakin? Bagaimana kalau kita menemui John sekarang?”

“Aku yakin. Sudah, ayo kita sarapan. Aku tidak mau kau terlambat karena mengurusi ku.”

Nina menarik lengan Alex dan mengajaknya keruang makan. Setiba disana, rasa mual kembali menyerangnya. Ketika duduk pun, rasa mual itu semakin menjadi. Nina pun memaksakan diri untuk memakan sarapannya agar Alex tidak khawatir.

***

Pikiran Alex bercabang, menyusun rangkaian kejadian yang terjadi disekitar Nina. Pertama, Luisa datang menganggu dan mengingatkan Nina dengan masa lalunya. Kedua, gejala mual setelah mencium aroma makanan. Alex mengacak rambutnya setelah memikirkan apa yang mungkin terjadi. Pertama, adalah ingatan Nina mulai kembali. Kedua, yaitu Nina tengah hamil.

Untuk memastikan kehamilan Nina, Alex telah meminta John untuk datang malam ini. John bersedia untuk datang dan memeriksanya. Jika Nina hamil, Alex akan lebih berhati-hati menjaganya dan memberikan yang tebaik untuk buah hatinya. Tanpa sadar, senyum Alex mengembang memikirkan dirinya yang akan menjadi seorang ayah. Dia bersyukur diberi kesempatan untuk menebus kesalahan masa lalunya dan akan menjaga keluarganya dengan baik.

Namun senyumnya luntur ketika mengingat satu hal yang menjadi pengganggunya, yaitu ingatan Nina. Alex tidak ingin Nina mengingat masa lalunya dan menghancurkan hubungan mereka sekarang. Dia tidak bisa membayangkan, bagaimana reaksi Nina jika mengetahui hal yang sebenarnya. Nina pasti merasa sedih dan melimpahkan semua kesalahan pada dirinya sendiri.

Lamunan Alex buyar ketika pintunya diketuk dari luar. Tanpa perlu menebak, dia sudah mengetahui siapa yang mengetuknya. Dengan langkah lebar, Alex berjalan menuju pintu untuk membukanya. Wajah cerianya menjadi keheranan ketika melihat Anna, bukan Nina.

“Kecewa melihatku?” tebak Anna kemudian menyerahkan bekal dalam genggamannya. “Nina merasa pusing jadi aku menggantikannya untuk mengantarkan makan siangmu. Dia sudah memasaknya susah payah jadi jangan berani-berani kau membuangnya!” ancam Anna.

Alex hanya tersenyum mendengar ancaman Anna. Meskipun terdengar main-main, Anna serius dengan perkataannya dan tidak akan memaafkan siapapun yang membuang hasil jerih payah orang lain. “Aku akan menghabiskannya. Katakan pada Nina kalau aku mencintainya.”

I will. Oh ya, Nina juga menuliskan surat untukmu. Seharusnya kau memberikannya ponsel agar mudah berkomunikasi,” omel Anna.

Alex hanya memberi lambaian singkat sebelum menutup pintu. Dia mencari surat yang dimaksud Anna dan membacanya.

‘Maaf, aku tidak bisa mengantarkannya langsung. Aku ingin sekali menemuimu tetapi Anna melarangku ketika mengetahui aku pusing. Jangan lupa beristirahat. Aku menunggumu pulang.’

Alex menghirup aroma Nina yang masih tertinggal disurat itu dan menciumnya. Dia menyimpan surat itu baik-baik sebelum menyantap makan siangnya. Setelah waktunya tiba, Alex akan pulang dan melepas rindu pada Nina.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

3 Komentar

  1. Apa sih kesalahan yang dilakukan Alex di masa lalu? Selingkuh dari saudarinya Nina dan memilih Nina jadi kekasihnya?

    1. Juniar Vina menulis:

      Saudari? anda akan terkejut!

  2. Duhhh si piranggg :pedas :pedas