Only You

Only You – Chapter 12

Bookmark
Please login to bookmark Close

1 vote, average: 1.00 out of 1 (1 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Sinar matahari yang menyusup berhasil membangunkan Alex dari tidurnya. Senyumnya mengembang ketika mendapati Nina yang tidur diatas dadanya. Dia merapikan rambut Nina dan memperlihatkan wajahnya yang tertidur dengan damai. Percintaan mereka semalam pasti membuat Nina kelelahan sehingga membuatnya tidak terbangun dengan gerakan kecilnya.

Alex mengelus leher dan punggung Nina yang telah dipenuhi dengan tanda merah. Bukan hanya disana, dada dan perut Nina juga dipenuhi dengan tanda buatannya. Alex yakin, jika Nina bangun nanti dia akan memakai pakaian tertutup selama beberapa hari sampai bekas itu hilang.

Mengingat kejadian semalam mampu membuat gairahnya kembali memuncak. Dia melakukannya berkali-kali dengan Nina dan memperlakukannya dengan lembut seperti pertama kali. Meskipun sempat membuat Nina sedikit trauma, Alex tidak menyesal dan semakin mencintainya.

Elusan Alex berhasil membangunkan Nina dari tidurnya. Dengan perlahan Nina membuka kelopak matanya dan mengerjap beberapa kali sebelum terbuka seutuhnya. Nina mendongakkan wajahnya menatap Alex dan kembali membaringkan wajahnya. Belaian Alex membuatnya nyaman dan enggan beranjak dari tempatnya.

“Kau tidak mau sarapan, sayang?”

Nina menggelengkan kepalanya sehingga rambutnya menggesek dada bidang Alex. “Aku masih ingin tidur seperti ini.” Nina mengeratkan pelukannya dan kembali memejamkan mata.

Sudut bibir Alex terangkat ketika sebuah ide jahil melintas dibenaknya. Dia melakukan gerakan tiba-tiba dengan membalikkan tubuh Nina sehingga kini berada dibawah. Sontak, Nina menutupi dadanya ketika Alex menatapnya dengan nakal. “Kenapa menutupinya? Aku sudah melihat semuanya. Kau juga sudah melihat milikku seluruhnya.”

Pipi Nina langsung memerah mengingat kejadian semalam. Dia melihat semuanya, termasuk milik Alex begitu besar dan memenuhi dirinya. Tubuhnya terasa panas ketika Alex mengingatkannya. Tanpa dipungkiri, Nina menikmati gelora cinta yang mereka lakukan semalam.

“Sikapmu membuatku kembali bergairah,” bisik Alex ditelinga Nina. “Aku mau melakukannya lagi. Aku menginginkanmu, Nina.” Alex menggigit pelan telinga Nina dan menggesekkan miliknya diperut Nina.

Desahan terlepas dari mulut Nina, membuat Alex semakin bernafsu. Alex menciumi Nina dengan penuh gairah. Tangannya gencar meraba dada Nina dan memainkannya dengan ahli. Tubuh Nina mengeliat ketika Alex meraba bagian sensitifnya. Ketika Alex ingin memasukkan miliknya, bunyi dering telepon mengganggu aksinya.

Alex tidak menggubris telepon itu dan tetap melakukan kegiatannya. Keinginannya untuk mencumbu Nina lebih kuat dari pada mengangkat telepon itu. Persetan dengan siapa yang mencarinya. Dia tidak peduli jika nanti akan mengalami kerugian. Yang pasti, Alex tidak akan beranjak dari posisinya sampai menyelesaikan urusannya dengan Nina. Gerakannya terhenti ketika telepon kembali berbunyi dan membuatnya mengumpat.

“Mungkin itu telepon penting. Angkatlah, kita bisa melakukannya lain kali.”

Belain lembut dari Nina mampu meredakan kekesalan Alex. Dia menciumi punggung tangan Nina dalam lalu menatapnya penuh cinta. “Kalau begitu aku menginginkannya nanti malam. Aku tidak menerima penolakan.”

Nina memberikan senyuman sebagai jawaban dan mencium rahang Alex sekilas sebelum beranjak menuju kamar mandi.

Alex mengangkat telepon yang berasal dari pimpinan perusahaan yang mengelola cabang di Italia. Pimpinan itu mengingatkannya untuk datang lebih awal sebelum rapat dimulai. Dari nada bicaranya, pimpinan itu khawatir kalau dia tidak datang seperti kemarin. Alasan Alex tidak mau datang karena ingin mengajak Nina jalan-jalan. Menurutnya rapat itu tidak wajib dihadirinya dan dia bisa mengatasi semuanya dengan baik.

Alex tidak fokus mendengar teleponnya. Tatapannya terkunci pada Nina yang sedang menggosok gigi dengan mengenakan kemejanya. Gairahnya kembali memuncak membayangkan tubuh Nina yang lebih kecil dari kemejanya. Kaki jenjang milik Nina dan gerakannya saat mengikat rambut, sukses membuat Alex menelan ludahnya. Sebuah seringaian muncul saat mengingat Nina mengajaknya mandi bersama dulu. Saat itu, dia harus mati-matian menahannya dan sekarang dia tidak perlu menahannya lagi.

Setelah mematikan telepon, Alex mendekati Nina dengan perlahan dan menciumi lehernya. Perbuatannya berhasil membuat Nina terlonjak kaget dan menoleh kearahnya.

“Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat.”

***

Perjalanan kembali dari Venice ke New York berlangsung dengan lancar. Setelah malam panas yang mereka lewati, Alex selalu bercumbu dengan Nina setiap malam. Dia tidak pernah melewatkan kesempatan dan kerap menciumnya sepanjang waktu. Dalam penerbangan kembalipun, gairah Alex tidak kunjung surut. Dia begitu mencintai Nina dan tidak ingin kebersamaan itu berakhir begitu saja.

“Nina,” bisik Alex serak ditelinganya.

Nina membalas dengan memukul pelan paha Alex. “Kita baru selesai melakukannya 3 jam yang lalu. Aku bahkan masih pusing karena tidak cukup tidur,” keluh Nina. Setiap kali Alex memanggil namanya, hanya satu hal yang dia inginkan yaitu bercumbu. Meskipun berusaha menolak, tubuhnya selalu berkata lain dan menikmati setiap sentuhan yang diberikan.

Alex menyeringai dan membaringkan wajahnya di ceruk leher Nina. Dengan rakus, dia menghirup aroma shampoo yang masih tertinggal dan melingkarkan lengannya keseluruh perut. Aksinya tidak berhenti disitu. Dia menggigit pelan leher Nina lalu meninggalkan bekas baru disana. Alex juga sengaja berhembus disekitar telinga Nina dan membuat wajahnya memerah.

“Berhenti berbuat nakal!” Nina mencubit lengan Alex dan membuatnya terlepas. Perbutannya membuat Alex tertawa dan kembali memeluknya.

“Baik, aku tidak akan mengganggumu lagi, sayang. Tetapi aku ingin memelukmu seperti ini sampai kita dirumah,” ucap Alex dengan senyuman terbaiknya.

Nina tidak bisa menolak permintaan Alex. Senyumannya yang menawan selalu membuat hatinya luluh. Dengan senyum itu juga, Alex kerap berhasil merayu dan membuatnya tidak bisa membantah.

Setelah memakirkan mobil di apartement, Alex langsung menuntun Nina masuk ke dalam lift. Seperti sudah yang diperkirakan sebelumnya, Nina hendak membantu bodyguardnya untuk menurunkan koper. Sifat Nina yang ringan tangan terkadang menyulitkan dirinya sendiri. Alex ingin agar Nina lebih memikirkan dirinya sendiri dan bergantung padanya.

“Anna!” Nina langsung berhambur ke pelukannya yang disambut baik.

“Oh, akhirnya kau pulang! Aku sudah bosan menunggu dan sangat merindukanmu.”

Nina menguraikan pelukannya lalu menggenggam kedua tangan Anna. “Seharusnya kau ikut dengan kami. Kau tidak tahu seberapa indahnya Venice. Kota itu benar-benar luar biasa.”

“Tidak, Nina. Mana mungkin aku mengganggu waktumu dengan Alex. Aku tidak mau menjadi pengganggu diantara kalian.” Anna mengedipkan sebelah matanya, memberikan tatapan penuh arti.

Tentu saja yang dimaksudkan Anna adalah waktu kebersamaan mereka berdua. Anna tidak mau melihat mereka berdua bermesra-mesra sedangkan dia sendiri belum memiliki pasangan. Tanpa perlu menebak, Anna yakin kalau Alex akan memperlakukan Nina berlebihan yang membuat pasangan lain merasa iri.

Sejenak, Nina tidak mengerti apa yang dimaksudnya. Pikirannya melayang pada setiap malam yang dilakukannya bersama Alex. Wajahnya langsung terasa panas dan memerah. Dia tidak menduga kalau Anna bisa mengetahuinya.

Ketika bodyguard datang dengan koper, Nina langsung merebutnya dan menundukkan wajahnya. “Aku akan membawanya ke kamar. Tidak perlu membantu! Aku bisa melakukannya sendiri.” Nina langsung melesat masuk ketika Anna hendak membantu.

Anna memincingkan matanya menatap Alex yang berjalan menyusul Nina dengan senyum simpul. “Kami akan telat makan malam. Kami mau istirahat dan tidak ingin diganggu.” Alex memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya sebelum menutup pintu.

Anna hanya bisa menggeleng dan melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda.

Di kamar, Alex mendapati Nina yang tengah berdiri memunggunginya sambil membereskan beberapa pakaian. Berbahasa imajinasi liar langsung muncul ketika Nina setengah membungkuk. Alex langsung memeluk Nina dari belakang dan berbisik ditelinganya.

“Aku menginginkanmu.” Ciuman Alex langsung membungkam bibir Nina dan membawanya hanyut dalam percintaan selanjutnya.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

3 Komentar

  1. Kendali diri Alex langsung lepas setelah Nina bilang cinta ckckckck kejar setoran setelah 5 tahun ya Lex? ?

    1. Juniar Vina menulis:

      Joss terus!

  2. Indah Narty menulis:

    Wew :lovelove :lovelove :lovelove :backstab