Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Only You – Extra Part
- Only You – Epilog
- Only You – Chapter 56 (End)
- Only You – Chapter 55
- Only You – Chapter 54
- Only You – Chapter 53
- Only You – Chapter 52
- Only You – Chapter 51
- Only You – Chapter 50
- Only You – Chapter 49
- Only You – Chapter 48
- Only You – Chapter 47
- Only You – Chapter 46
- Only You – Chapter 45
- Only You – Chapter 44
- Only You – Chapter 43
- Only You – Chapter 42
- Only You – Chapter 41
- Only You – Chapter 40
- Only You – Chapter 39
- Only You – Chapter 38
- Only You – Chapter 37
- Only You – Chapter 36
- Only You – Chapter 35
- Only You – Chapter 34
- Only You – Chapter 33
- Only You – Chapter 32
- Only You – Chapter 31
- Only You – Chapter 30
- Only You – Chapter 29
- Only You – Chapter 28
- Only You – Chapter 27
- Only You – Chapter 26
- Only You – Chapter 25
- Only You – Chapter 24
- Only You – Chapter 23
- Only You – Chapter 22
- Only You – Chapter 21
- Only You – Chapter 20
- Only You – Chapter 19
- Only You – Chapter 18
- Only You – Chapter 17
- Only You – Chapter 16
- Only You – Chapter 15
- Only You – Chapter 14
- Only You – Chapter 13
- Only You – Chapter 12
- Only You – Chapter 11
- Only You – Chapter 10
- Only You – Chapter 9
- Only You – Chapter 8
- Only You – Chapter 7
- Only You – Chapter 6
- Only You – Chapter 5
- Only You – Chapter 4
- Only You – Chapter 3
- Only You – Chapter 2
- Only You – Chapter 1
- Only You – Prolog
Akhir pekan ini, Alex ingin mengajak Nina jalan-jalan. Semenjak kondisinya dinyatakan baik, Nina tidak sabar menunggu hari ini. Hari dimana dia bisa melihat dunia luar setelah lama tertidur.
Setiap hari, Nina datang ke kantor mengantarkan bekal tetapi tidak bisa melihat-lihat kota karena tidak mengingat jalan. Alex juga sengaja tidak memberikan ponsel padanya sampai detik ini. Dia akan memberikan ponsel setelah Nina menjalankan pengobatan yang disarankan John.
Senyum terus menghiasi wajah Alex. Pikirannya menerawang mengingat dulu saat pertama kali mengajak Nina berjalan-jalan. Ekpresi yang ditunjukkan masih sama. Nina melihat setiap sudut kota dengan mata berbinar-binar layaknya seorang anak kecil dan tidak berhenti menanyakan tempat-tempat yang menarik perhatiannya.
“Jadi, kita akan kemana?” tanya Nina dengan antusias.
“Kemanapun kau mau, sayang. Tapi sebelum itu kita mengunjungi suatu tempat. Apa tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa. Aku senang karena bisa berjalan-jalan denganmu,” jawab Nina tersenyum lebar lalu kembali menatap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.
Alex memakirkan mobilnya pada suatu gedung dan mengajak Nina masuk kedalamnya. Nina menurut dan tidak bertanya apapun selama Alex menuntunnya. Mereka naik menuju lantai delapan dan berhenti pada pintu yang bertuliskan sebuah nama.
“Dr. Lia Steward. Kita akan menemui dokter?” tanya Nina.
Alex memberikan senyum tipis lalu mengetuk pintu. Tidak perlu menunggu lama, sebuah sahutan terdengar dibaliknya dan pintu terbuka, memunculkan seorang wanita berjas putih.
“Selamat siang. Kalian Mr dan Mrs Testa? Silahkan masuk.”
Alex mengajak Nina masuk dan mengamati seluruh ruangan. Cahaya matahari masuk melalui kaca jendela yang transparan, memberikan kesan terang tanpa menggunakan lampu. Suhu ruangan dibuat hangat untuk kenyaman dan hanya beberapa perabot minimalis yang mengisinya.
“Silahkan duduk dimanapun kalian suka. Perkenalkan, namaku Lia Steward. Kalian bisa memanggilku Lia. Kalian ingin kopi atau teh?” tawarnya.
“Air mineral saja,” balas Alex.
Wanita berjas putih itu lalu memberikan dua gelas yang berisi air putih dan duduk berhadapan dengan mereka. “Aku sudah mendengarnya dari John. Jadi kalian kemari untuk memulihkan ingatan Mrs Testa?”
Nina langsung tersentak mendengarnya dan menatap Alex tidak percaya. “Ingatanku bisa pulih?”
Alex mengangguk sekali sebagai jawaban. “Aku ingin kau mengingat kembali masa-masa yang kita lalui dulu. Karena itu aku membawamu kemari.”
Alex menghapus air mata Nina yang menggenang di sudut mata dan memberikan ciuman di dahinya. Perhatian mereka kembali ke depan ketika mendengar suara batuk yang disengaja.
“Hipnoterapi memang bisa membantu untuk mengembalikan ingatan anda tetapi bisa juga gagal. Aku tidak bisa berjanji setelah melakukan hipnoterapi ingatan anda akan kembali,” terang Lia.
Raut wajah kekecewaan muncul di wajah Nina. Dia takut ingatannya tidak akan kembali dan mengecewakan Alex.
“Tidak ada salahnya mencoba lebih dulu. Tidak ada efek samping setelah menggunakannya dan anda tidak perlu khawatir,” lanjut Lia meyakinkan.
“Cobalah, sayang. Aku yakin kau pasti berhasil mengingatnya,” ucap Alex menyemangati Nina.
Nina menatap Alex sesaat lalu mengangguk. Benar, tidak ada salahnya mencoba. Dia mengikuti instruksi Lia untuk berbaring pada kursi lain dan memejamkan matanya. Saat Nina telah sepenuhnya dalam kondisi terhipnotis, Lia memastikan sekali lagi keinginan Alex.
“Apa kau yakin membuat ingatannya lamanya terkubur dan hanya memunculkan semua tentangmu?”
“Ya. Hanya tentangku dan selebihnya tidak perlu.” Alex menatap wajah Nina yang terpejam dan memberikan ciuman singkat dibibirnya. “Ikuti semua instruksi yang kuberikan sebelumnya padamu,” lanjutnya.
Lia menghela nafas dan mengikuti perintah Alex. Pertama-tama dia memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan ringan lalu memberikan sugesti untuk tidak lagi mengingat masa lalunya. Lalu sugesti lain ditambahkan yaitu membisikkan semua kenangan yang pernah dilaluinya bersama Alex. Setelah selesai, Lia menjetikkan jari dan membangunkan Nina dari tidurnya.
“Ngg… Apa sudah selesai?” tanya Nina sambil mengusap matanya. Dia menutup mulut dengan tangan dan menguap.
“Sudah selesai. Apa kau mengingat sesuatu?'” tanya Lia.
Nina termenung sebentar dan menggeleng, “Tidak. Aku tidak mengingat apapun,” jawabnya lesu.
“Tidak apa-apa. Seiring berjalanannya waktu, ingatanmu juga bisa kembali. Anda belum tentu gagal,” senyum Lia menyemangati.
“Benar. Kita bisa memulainya perlahan-lahan. Sekarang tersenyumlah, aku suka melihat senyumanmu,” pinta Alex.
Nina tersenyum sesuai keinginan Alex dan memeluknya. Setelah melakukan proses hipnoterapi, Alex menepati janjinya dengan membawa Nina berjalan-jalan.
***
Nina sangat antusias ketika melihat kumpulan buku masakan yang tertata. Dia mengambil buku yang dianggapnya menarik, membacanya sekilas dan memasukkannya pada tas keranjang.
Alex senang melihat Nina yang begitu bersemangat mencari beberapa buku masakannya lainnya. Sudah tidak terhitung perasaan bahagianya semenjak Nina terbangun. Tubuhnya menjadi ringan dan dunianya kembali berwarna.
“Apa aku boleh membeli semua ini?” tanya Nina seraya menunjukkan beberapa buku.
“Tentu. Tapi apa kau yakin hanya membeli buku masakan? Kau tidak ingin membeli novel atau majalah lainnya?”
Nina melihat semua buku yang berada di dalam genggamannya dan menyadari semua yang diambilnya adalah buku masakan. Dia mengamati buku-buku itu bergantian dan mengembalikannya kedalam rak.
“Kenapa dikembalikan, sayang?”
“Aku terlalu banyak mengambilnya. Lagi pula aku masih ingin mencari buku lainnya. Aku tidak boleh boros.”
Jawaban Nina membuat Alex mengernyit tak suka. Namun dengan ahli dia menyembunyikannya dan mengambil kembali buku-buku itu. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan soal uang. Ambilah buku apapun yang kau mau. Aku tidak mau kau merasa bosan selama menungguku.”
Nina berpura-pura berpikir sejenak lalu mengambil semua buku dari genggaman Alex. “Baiklah. Kalau begitu kau harus siap-siap mencicipi semua masakanku.”
Alex melingkarkan lengannya pada pinggang Nina dan mendekatkan wajahnya, “Tentu saja. Aku akan memakan semua masakanmu, istriku tersayang.”
Alex mencium bibir Nina tanpa mempedulikannya yang akan memprotes. Beberapa orang menatap iri karena kemesraan mereka. Seperti yang John katakan, Alex sudah cinta mati pada Nina dan sampai kapanpun tidak akan melepaskannya.
“Kacamatamu mengganggu. Untuk apa mengenakan kacamata hitam didalam ruangan?” tanya Nina seraya menggosok hidungnya.
“Kau akan mengetahuinya nanti, sayang.” Alex mengecup pipi Nina dan mengajaknya mengitari rak yang lain.
Pertama, mereka menjelajahi bagian novel dan mengambil buku-buku yang dirasa menarik. Setelah mengitari bagian novel, mereka menuju bagian majalah.
Saat melihat beberapa majalah, Nina terkejut melihat foto wajah Alex yang berada disampul. Bukan hanya satu, melainkan beberapa majalah. Nina menoleh pada Alex dan menatapnya tidak percaya.
“Karena itu aku mengenakan kacamata hitam.” Alex tersenyum bangga sambil membetulkan letak Kacamata nya.
“Aku mau membelinya. Aku mau membaca apa yang mereka tulis tentangmu,” ucap Nina malu-malu.
Alex mengambil majalah-majalah yang dimaksud Nina dan memasukannya kedalam tas. “Aku tahu kau pasti menginginkannya. Apa ada yang kau inginkan lagi?”
“Tidak ada. Ini sudah cukup. Kita bisa membelinya lagi setelah aku selesai membaca semuanya,” jawab Nina.
Alex meraih tas keranjang Nina dan membawanya ke kasir. Nina mengikuti dari samping dan mengamati semua proses pembayaran yang dilakukannya.
Dahi Nina berkerut ketika melihat jumlah angka yamgb tertera dan Alex yang hanya mengeluarkan sebuah kartu. Berbeda dengan pengunjung lain yang membayar menggunakan uang kertas. Nina tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya setelah mereka keluar dari toko buku.
“Apakah lima ratus dollar itu murah atau mahal? Kenapa kau membayar dengan menggunakan kartu?” tanya Nina bertubi-tubi.
“Bagi sebagian orang, lima ratus dollar adalah mahal tetapi tidak bagiku. Lalu aku membayarnya menggunakan kartu debit karena lebih praktis daripada menyimpan uang banyak didalam dompet,” terang Alex.
Nina mengangguk-ngangguk mendengar penjelasan Alex. Dia berpikir sejenak sambil menggandeng lengan Alex. “Kurasa aku perlu mempejalari soal uang dan pengetahuan umum lainnya. Setidaknya aku mengetahui harga buku yang aku beli.”
Alex mengusap rambut Nina dan menatapnya lembut. “Aku akan mengajarimu. Kau pasti akan mengerti dengan cepat.”
“Terima kasih, Alex.”
“Nah, sekarang kita membeli pakaian untukmu. Baju-baju yang kau miliki sudah model lama. Karena kau sudah bangun, aku ingin kau tampil lebih cantik.”
Belum sempat Nina memprotes, Alex telah menariknya. Nina hanya bisa mengikuti dan menikmati waktu yang dihabiskan hari ini.
Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Only You – Extra Part
- Only You – Epilog
- Only You – Chapter 56 (End)
- Only You – Chapter 55
- Only You – Chapter 54
- Only You – Chapter 53
- Only You – Chapter 52
- Only You – Chapter 51
- Only You – Chapter 50
- Only You – Chapter 49
- Only You – Chapter 48
- Only You – Chapter 47
- Only You – Chapter 46
- Only You – Chapter 45
- Only You – Chapter 44
- Only You – Chapter 43
- Only You – Chapter 42
- Only You – Chapter 41
- Only You – Chapter 40
- Only You – Chapter 39
- Only You – Chapter 38
- Only You – Chapter 37
- Only You – Chapter 36
- Only You – Chapter 35
- Only You – Chapter 34
- Only You – Chapter 33
- Only You – Chapter 32
- Only You – Chapter 31
- Only You – Chapter 30
- Only You – Chapter 29
- Only You – Chapter 28
- Only You – Chapter 27
- Only You – Chapter 26
- Only You – Chapter 25
- Only You – Chapter 24
- Only You – Chapter 23
- Only You – Chapter 22
- Only You – Chapter 21
- Only You – Chapter 20
- Only You – Chapter 19
- Only You – Chapter 18
- Only You – Chapter 17
- Only You – Chapter 16
- Only You – Chapter 15
- Only You – Chapter 14
- Only You – Chapter 13
- Only You – Chapter 12
- Only You – Chapter 11
- Only You – Chapter 10
- Only You – Chapter 9
- Only You – Chapter 8
- Only You – Chapter 7
- Only You – Chapter 6
- Only You – Chapter 5
- Only You – Chapter 4
- Only You – Chapter 3
- Only You – Chapter 2
- Only You – Chapter 1
- Only You – Prolog
Hipnoterapi sepertinya sedang populer sekarang ini ? Jadi teringat Tante Hughes dengan Slimming Hypnotherapy-nya.
Memangnya masa lalu Nina yang berkaitan dengan keluarganya sedemikian buruk ya sampai harus dihilangkan? Kirain Alex dulunya selingkuh trus Nina kecelakaan ?
Sebenarnya aku tau hypnoterapi dari eggnoid juga, tapi jauh sebelum itu banyak cerita yang sudah pake tapi cuma bilang hipnotis gak ke spesifiknya,
Untuk pertanyaan selanjutnya gak kujawab ya, ntar spoiler hihihi
kasihan ingatan aslinya dak di hapus.