Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Only You – Extra Part
- Only You – Epilog
- Only You – Chapter 56 (End)
- Only You – Chapter 55
- Only You – Chapter 54
- Only You – Chapter 53
- Only You – Chapter 52
- Only You – Chapter 51
- Only You – Chapter 50
- Only You – Chapter 49
- Only You – Chapter 48
- Only You – Chapter 47
- Only You – Chapter 46
- Only You – Chapter 45
- Only You – Chapter 44
- Only You – Chapter 43
- Only You – Chapter 42
- Only You – Chapter 41
- Only You – Chapter 40
- Only You – Chapter 39
- Only You – Chapter 38
- Only You – Chapter 37
- Only You – Chapter 36
- Only You – Chapter 35
- Only You – Chapter 34
- Only You – Chapter 33
- Only You – Chapter 32
- Only You – Chapter 31
- Only You – Chapter 30
- Only You – Chapter 29
- Only You – Chapter 28
- Only You – Chapter 27
- Only You – Chapter 26
- Only You – Chapter 25
- Only You – Chapter 24
- Only You – Chapter 23
- Only You – Chapter 22
- Only You – Chapter 21
- Only You – Chapter 20
- Only You – Chapter 19
- Only You – Chapter 18
- Only You – Chapter 17
- Only You – Chapter 16
- Only You – Chapter 15
- Only You – Chapter 14
- Only You – Chapter 13
- Only You – Chapter 12
- Only You – Chapter 11
- Only You – Chapter 10
- Only You – Chapter 9
- Only You – Chapter 8
- Only You – Chapter 7
- Only You – Chapter 6
- Only You – Chapter 5
- Only You – Chapter 4
- Only You – Chapter 3
- Only You – Chapter 2
- Only You – Chapter 1
- Only You – Prolog
Perasaan Alex terus berbunga-bunga setelah Nina mengungkapkan perasaannya. Nina mencintainya dan itu cukup membuatnya bahagia.
Setelah pernyataan cinta itu, mereka kembali melanjutkan ciuman yang sempat membuat Nina syok. Kali ini, Alex melakukannya dengan lebih hati-hati dan lembut.
Alex membuai Nina dengan ciumannya. Mereka melakukannya berkali-kali hingga Alex ingin bercumbu dengannya.
Alex harus berhati-hati dengan hasratnya yang satu itu. Dia tidak boleh gegabah dan memaksa Nina melakukannya. Jika dia melakukannya secara sepihak, Alex khawatir kalau itu akan membuat Nina takut padanya.
Kesabaran sudah menjadi temannya selama lima tahun. Bersabar sedikit lebih lama tidak akan membuatnya menjadi gila.
“Sayang, aku mau menciummu lagi.” Alex mendekatkan wajahnya, mencari bibir Nina. Tetapi Nina memalingkan wajah dan ciumannya berakhir pada pipinya.
“Kita sudah berciuman delapan kali. Apa kau tidak bosan? Bagaimana kalau nanti ada yang melihat?”
Wajah Nina yang merengut membuat Alex merasa gemas. Tangannya membelai kepala Nina sebelum mendekatkannya.
“Aku tidak pernah bosan dan tidak ada yang melihat kita disini.”
Sebelum Nina ingin memprotes, Alex lebih dulu membungkam bibirnya dan melumatnya. Setelah satu menit mereka berciuman, Alex melepaskannya secara sepihak dan tersenyum melihat wajah Nina yang merona dengan nafas tersenggal-senggal.
“Aku mencintaimu.” Alex mencium punggung tangan Nina dan menggenggamnya.
“Itu yang ke empat belas kali kau mengatakannya.” Nina mengelus rahang Alex dan memberikan tatapan bahagianya.
“Apa kau bosan mendengarnya?”
Nina menggeleng lalu menjawab, “Tidak. Aku senang mendengarnya dan akan selalu mengingatnya.”
Senyuman diwajah Alex semakin lebar. Dia memberikan ciuman singkat pada Nina lalu menatapnya, “Aku mencintaimu.”
“Dan itu yang kelima belas kali.” Nina terkikik pelan sembari melepaskan seatbeltnya dan turun dari mobil.
Alex juga ikut turun dan menggenggam erat tangan Nina setelahnya. Hidupnya sudah lengkap dengan keberadaan Nina dan kali ini Alex berjanji tidak akan melepaskan genggamannya sampai kapanpun.
***
“Ini dia! Pasangan yang ditunggu-tunggu!”
Seruan nyaring milik seorang laki-laki membuat Nina terkejut. Dia langsung bersembunyi di belakang punggung Alex ketika laki-laki dengan setelan jas putih itu berjalan kearahnya.
“Wow! Kau bahkan lebih cantik saat membuka matamu! Beruntung sekali kau memilikinya, buddy!” Laki-laki itu menepuk keras bahu kanan Alex dan membuatnya mengernyit tak suka.
“Berhenti berbuat sesukanya, John. Kau membuat Nina takut,” tegur Alex.
“Ups! Sorry. Aku tidak bermaksud menakutimu.”
John menjulurkan tangannya kearah Nina yang langsung ditepis Alex.
“Jangan menyentuhnya,” ancam Alex dengan geraman.
“Okay.” John mengangkat kedua tangannya ke udara dan mundur beberapa langkah. “Jadi, kapan aku bisa memeriksanya?”
John mengedipkan sebelah matanya pada Nina yang dibalas tatapan tajam Alex.
“Kau boleh memeriksanya setelah makan malam,” jawab Alex lalu menoleh kepada Nina. “Bantulah Anna. Dia pasti sedang kerepotan menyiapkannya dan tambahkan satu porsi untuk tamu kita.”
Nina mengangguk dan meninggalkan Alex berdua dengan John.
“Jadi aku boleh ikut makan bersama kalian? Thanks, buddy.” John mengurungkan niat menepuk bahu Alex ketika diberi tatapan tajam.
Alex memberikan isyarat pada John untuk mengikutinya sampai ke ruang kerja. John duduk pada sofa hitam panjang dan menyilangkan kakinya sedangkan Alex duduk pada sofa single.
“Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, Nina kehilangan ingatannya. Namun samar-samar dia masih bisa mengingat sesuatu. Apa kau bisa melakukan sesuatu agar ingatannya tidak kembali lagi?”
Ekpresi John berubah serius ketika menatap Alex. Sahabatnya ini berubah menjadi sosok yang menyeramkan jika menyangkut tentang miliknya. Jika Alex menginginkan sesuatu, berbagai cara akan digunakan untuk mendapatkannya.
Dari tatapannya, John dapat melihat seberapa besar cintanya terhadap Nina. Beginilah Alex jika sudah jatuh cinta. Dia akan memperlakukan wanitanya sebagai ratu dan menjaganya. Tidak akan mudah untuk lepas jika sudah terjebak dengannya. Sampai kapanpun, Alex tidak akan melepaskan, jika bukan karena wanita-wanita yang bersamanya hanya menginginkan kekayaannya.
Nina berbeda dengan wanita lain yang hanya mengincar harta. Hal itulah yang membuat John yakin bahwa perjalanan cinta Alex kali ini akan berakhir baik. Jika tidak, maka John tidak akan mengetahui bagaimana nasib Nina selanjutnya terlebih dengan keadaannya sekarang.
“Kau sudah cinta mati pada Nina rupanya,” kekeh John untuk mencairkan suasana.
“Jangan mengalihkan pembicaraan. Apa kau punya obat untuk mencegah ingatannya kembali?” tanya Alex lagi.
“Tidak ada obat seperti itu sobat. Jika dia masih bisa mengingat, maka masih ada kemungkinan untuk ingatannya kembali,” terang John.
“Tetapi bukankah ada beberapa kasus hilang ingatan permanen?” Alex masih berharap jika John memilih solusi.
“Memang ada kejadian seperti itu. Kecelakaan yang membuat koma dan hilang ingatan sepenuhnya. Kondisinya memang mirip tapi bukan berarti sama dan jangan lupa kalau ada beberapa kasus yang juga berakhir cacat dan lumpuh. Kau seharusnya bersyukur karena kecelakaan itu tidak membuat wanitamu cacat,” terang John panjang lebar.
Alex memejamkan mata dan menghela nafas panjang. “Aku tidak mau ingatannya kembali. Nina jauh lebih baik tanpa mengingat masa lalunya.”
“Jika aku menjadi Nina, aku merasa tidak adil. Karena dengan kondisinya yang sekarang, secara tak langsung kau sengaja memutuskan ikatan dengan keluarganya,” ucap John yang langsung menutup mulutnya karena telah salah bicara.
Alex mencengkram kuat lengan sofa dan menggeram marah. “Mereka tidak pantas mendapatkan belas kasihan Nina. Keputusanku sudah benar dengan membawanya kemari. Nina tidak membutuhkan keluarga yang menganggapnya seperti sampah!”
“Hei, tenang sobat. Kutarik perkataanku tadi. Tetapi kau tidak bisa menyembunyikan kenyataan selamanya. Kalau ingatan Nina kembali, dia pasti ingin kembali.”
“Karena itu aku ingin kau mencari cara agar ingatannya tidak kembali. Aku tidak mau kehilangannya lagi. Sudah cukup aku kehilangannya sekali dan aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama dua kali.”
Mata Alex memanas. Ingatannya saat menemukan Nina dalam kondisi sekarat masih menghantuinya. Nina terkapar di jalanan dengan bersimbah darah. Tidak ada satupun dari orang yang berkumpul berniat memanggil ambulan. Mereka hanya memperhatikan Nina selayaknya lalat yang mengerumuni daging busuk.
John mendesah panjang melihat Alex yang begitu takut kehilangan Nina. Kecelakaan yang Nina alami sangat fatal. Bisa selamat saja sudah muzijat. Dia memaklumi ketakutan Alex yang tidak ingin kehilangannya.
“Well, ada satu cara. Tetapi itu tidak menjamin ingatan Nina tidak akan kembali. Cara itu hanya mencegah agar ingatannya tidak muncul.”
Wajah Alex menjadi berseri-seri menatap John. “Kalau begitu lakukan sekarang. Aku tidak mau menunda lebih lama lagi.”
“Easy, bro. Aku tidak bisa melakukannya karena bukan bidangku jadi aku akan merekomendasikanmu pada temanku,” balas John.
“Baiklah. Tapi ingat, jika sikap temanmu itu kurang ajar, jangan salahkan aku menghancurkan hidupnya,” ancam Alex. Dia tidak mau kejadian Nina yang hampir dilecehkan oleh dokter sebelumnya terulang kembali.
“Geez, kau ini posesif sekali. Tenang saja, dia wanita jadi kau tidak perlu khawatir. Justru kau yang perlu berhati-hati agar tidak membuat Nina cemburu,” kekeh John.
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Aku berbeda denganmu yang suka mematahkan hati wanita,” jawab Alex seraya beranjak dari sofa.
“Tidak semua. Buktinya sulit menaklukkan maid yang satu itu.” John berdiri mengikuti Alex yang berjalan keluar ruangan.
Alex memutar kepalanya menatap John dan menaikkan sebelah alisnya. “Jangan main-main dengan Anna. Kau tahu sifatnya bagaimana,” peringat Alex.
John hanya memberikan senyum tipis sebagai jawaban dan mengikuti Alex menuju dapur. Sesampainya disana, Alex melingkari lengannya pada pinggang Nina dan mencium pipinya sekilas.
“Aku baru saja akan memanggil kalian. Makan malam sudah siap,” ucap Nina dengan riang.
Anna yang sudah selesai menata piring, melepaskan celemeknya dan bersiap meninggalkan ruang makan. “Maaf, aku sedikit lelah. Aku ingin istirahat dulu.”
Sebelum Anna berbalik, John sudah berdiri dibelakangnya dengan senyumnya yang menyeringai. “Bagaimana kalau aku memeriksamu? Kebetulan aku belum lapar,” tawarnya tersenyum nakal.
Anna mendengus dan memberikan peringatan lewat tatapannya. “Aku hanya lelah dan tidak perlu diperiksa olehmu!” jawabnya ketus.
“Kalau begitu makanlah sedikit sebelum istirahat.” Nina menarik lengan Anna dan menatapnya khawatir. “Aku akan membereskan semuanya nanti jadi kau bisa beristirahat dengan tenang.”
Anna menatap Nina dengan tidak enak dan terpaksa menerima tawaran Nina. Dia tidak ingin membuatnya kecewa. Padahal sebenarnya Anna hanya mengarang alasan agar tidak melihat wajah John.
“Kita duduk bersampingan ya.” Nina menarik lengan Anna dan mengajaknya duduk disampingnya lalu berbisik, “Aku tahu kau tidak menyukai dokter itu. Aku juga sama. Sikapnya aneh.”
Anna berbalik menatap Nina yang peka terhadap situasinya. Mereka berdua lalu bersama-sama terkikik pelan.
Interaksi mereka tidak lepas dari pengawasan Alex. Melihat kebahagiaan diwajah Nina membuat Alex lega karena mengambil keputusan yang tepat. Nina lebih baik tanpa ingatannya dan juga keluarga yang membuangnya.
Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Only You – Extra Part
- Only You – Epilog
- Only You – Chapter 56 (End)
- Only You – Chapter 55
- Only You – Chapter 54
- Only You – Chapter 53
- Only You – Chapter 52
- Only You – Chapter 51
- Only You – Chapter 50
- Only You – Chapter 49
- Only You – Chapter 48
- Only You – Chapter 47
- Only You – Chapter 46
- Only You – Chapter 45
- Only You – Chapter 44
- Only You – Chapter 43
- Only You – Chapter 42
- Only You – Chapter 41
- Only You – Chapter 40
- Only You – Chapter 39
- Only You – Chapter 38
- Only You – Chapter 37
- Only You – Chapter 36
- Only You – Chapter 35
- Only You – Chapter 34
- Only You – Chapter 33
- Only You – Chapter 32
- Only You – Chapter 31
- Only You – Chapter 30
- Only You – Chapter 29
- Only You – Chapter 28
- Only You – Chapter 27
- Only You – Chapter 26
- Only You – Chapter 25
- Only You – Chapter 24
- Only You – Chapter 23
- Only You – Chapter 22
- Only You – Chapter 21
- Only You – Chapter 20
- Only You – Chapter 19
- Only You – Chapter 18
- Only You – Chapter 17
- Only You – Chapter 16
- Only You – Chapter 15
- Only You – Chapter 14
- Only You – Chapter 13
- Only You – Chapter 12
- Only You – Chapter 11
- Only You – Chapter 10
- Only You – Chapter 9
- Only You – Chapter 8
- Only You – Chapter 7
- Only You – Chapter 6
- Only You – Chapter 5
- Only You – Chapter 4
- Only You – Chapter 3
- Only You – Chapter 2
- Only You – Chapter 1
- Only You – Prolog