Only You

Only You – Chapter 6

Bookmark
Please login to bookmark Close

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Alex menyalami rekan-rekan bisnisnya setelah menyelesaikan makan siangnya. Dia tidak bisa menolak karena mereka adalah calon investor penting untuk memajukan perusahaan. Beruntung Alex bisa kembali lebih cepat dengan alasan rapat bersama manajer dan supervisor sehingga dia bisa menghindari percakapan yang mulai membahas tentang dirinya.

Alex masuk ke dalam mobil Mobil Maserati Grand Turismo hitamnya dan segera menjalankannya. Dia muak dengan pandangan wanita-wanita yang mencari perhatiannya. Setelah keluar dari parkiran, Alex langsung melaju menuju kantor.

Alex melonggarkan dasinya dan bernafas lega. Hari ini sungguh melelahkan. Sejak pagi, dia telah berkutat dengan dokumen dan calon investor, ditambah siang nanti harus melanjutkan rapat. Meskipun lelah, ketika mengingat senyuman Nina, semua kelelahannya menguap. Membayangkan Nina menyambutnya pulang dan tidur disampingnya, membuat semangatnya kembali.

Alex meraih ponselnya yang sejak tadi berdering. Dia tidak bisa mengangkatnya dan baru memeriksanya sekarang. Beberapa panggilan masuk dari nomor yang sama terlihat di layarnya. Alex mengenali nomor itu. Itu adalah nomor milik Anna.

“Aneh. Tidak biasanya Anna menelepon ke nomor ini,” gumamnya.

Alex memiliki 2 nomor untuk menghindari panggilan-panggilan yang tidak diinginkan. Dia lelah harus menerima panggilan dari wanita-wanita yang tidak dikenalnya dan mendapatkan nomornya entah dari mana. Jika bukan hari kerja, Alex akan mematikan nomor itu dan semua laporan penting di kirim melalui surel.

Dahi Alex berkerut melihat sebuah pesan yang baru masuk. Pesan itu berasal dari Anna. Alex langsung membaca pesan itu dan setelahnya memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Dia terpaksa berhenti ketika rambu-rambu berubah merah. Alex mengumpat, mengutukki rambu dan menatap nanar orang-orang yang menyebrang. Dia mencengkram setir mobil dengan erat tanpa mempedulikan ponsel yang tergeletak di kursi sebelahnya.

Anna :

Nina merindukanmu, jadi aku membawanya ke kantor. Karena kau tidak ada, dia menunggu di ruanganmu. Kau lupa membawa ponsel yang satunya, aku terpaksa mengirim pesan dan menelepon ke nomor ini. Cepatlah kembali setelah urusanmu selesai.

***

Alex memasuki lift pribadinya dengan terburu-buru. Dia tidak peduli dengan sapaan yang diberikan karyawan padanya. Alex memencet tombol lift dengan kasar dan tidak berhenti menghentakkan kakinya. Pandangannya terus beralih pada angka lift dan jam tangan. Begitu bunyi lift berdenting, Alex langsung melesat menuju ruang kerjanya.

Sekretaris yang melihat Alex datang, langsung berdiri dan menyapanya. “Selamat siang, pak.”

Alex berhenti menatap sekretarisnya. Sekretaris itu menjadi gugup ketika ditatap olehnya. Dia merasa senang dan juga khawatir karena tatapan yang diberikan Alex tidak bisa dibaca.

“Kenapa kau tidak menghubungiku kalau ada seseorang yang datang menemuiku?” tanya Alex datar dengan suara datar.

“Maaf pak, mereka…”

“Lain kali jika dia yang datang, segera hubungi aku,” ucap Alex dengan penuh penekanan. Alex juga sengaja menyebut dia agar sekretaris itu menganggap kalau orang yang berada di ruangannya sekarang adalah orang yang penting.

Seketaris itu mengangguk mengerti meskipun sebenarnya tidak.

Alex merapikan bajunya sebelum memasuki ruangan. Begitu masuk, Alex menemukan Nina tertidur di atas sofa. Senyum langsung terukir di wajahnya begitu melihat Nina tidur begitu pulas. Alex mendekat dan menyentuh pipinya. Dia mengernyit menyadari betapa dingin pipinya. Sebelum Alex melepas jasnya untuk menyelimuti Nina, dia terlebih dulu bangun.

“Alex,” panggil Nina dengan wajah khas bangun tidur.

Alex merasa bahagia bisa melihat tatapan yang diberikan Nina hanya padanya. Dan hanya pada Nina, Alex bisa memberikan tatapan lembutnya, tidak pada wanita lain. Alex duduk di samping Nina, memeluknya dan mencium keningnya sekilas.

“Maaf, sayang. Aku membuatmu menunggu lama.”

“Tidak apa-apa. Lagipula aku tidak menunggu lama dan aku tertidur karena sofa ini empuk.”

Alex terkekeh dengan kebohongan kecil Nina. Sudah satu setengah jam yang lalu, Anna mengirim pesan padanya. Tentu saja Nina juga pasti menunggu selama itu.

“Lalu kenapa kau mencariku ke kantor, sayang? Tidak biasanya kau datang kemari. Apa kau merindukanku, hmm?”

Wajah Nina memerah. Dia memang merindukan Alex tapi juga malu mengakuinya. Tiba-tiba Nina teringat dengan spagethi buatannya. Dia ingin memberikannya pada Alex.

“Aku membuat spagethi bersama Anna. Karena kami membuat banyak, aku datang untuk membawakannya untukmu. Tapi sudah dingin, mungkin rasanya…” Nina menatap bekal yang berada dipangkuannya.

Alex mengambil bekal dari pangkuan Nina dan membukanya. “Aku akan memakannya. Istriku sudah membuat makanan favoritku dan membawanya kemari. Tentu saja aku akan memakannya.”

Alex segera menyuapi dirinya sambil menatap Nina. Spagethi itu sudah dingin, tetapi rasanya tetap enak.

Nina tersenyum puas ketika Alex menikmati masakannya. Dia ikut menyantap spagethinya bersama Alex. Makan berdua bersama Alex sangat membuatnya senang. Tidak, Nina sadar kalau hanya dengan berada disampingnya, kebahagiannya terasa lengkap.

***

Setelah jam menunjukkan lima sore, Alex merapikan semua dokumen dan menutup laptopnya. Nina mendekat dengan hati-hati dan melihat dengan kebingungan. Melihat Nina berjalan kearahnya, Alex memberikan isyarat untuk berdiri disampingnya.

“Kau bingung kenapa aku membereskan mejaku?”

Nina mengangguk sekali untuk menjawab.

“Karena sekarang sudah waktunya pulang. Ayo, aku ingin membawamu ke suatu tempat.”

Alex menggenggam tangan Nina sepanjang jalan. Dia tidak perlu khawatir jika ada karyawan yang melihat karena dia sengaja pulang satu jam lebih lama. Alex membukakan dan menutup pintu mobil untuk Nina lalu menuju pintu lainnya. Dengan perhatian, Alex mengatur posisi tempat duduk Nina dan membantu mengenakan seatbeltnya.

“Aku bisa melakukannya sendiri. Jika kau melakukan semuanya, aku seperti tidak bisa melakukan apa-apa,” ucap Nina saat Alex menyalakan mobil.

“Jangan merendahkan dirimu, sayang. Aku sengaja melakukan semua ini karena aku mencintaimu.”

Pipi Nina memerah mendengar pengakuan Alex. Alex tersenyum senang dan menjalankan mobilnya. Nina terpana mengamati pemandangan kota New York saat malam. Semuanya tampak kerlap-kerlip dan bewarna. Nina tidak pernah melihat pemandangan kota saat malam hari dan dia tidak bisa berhenti bedecak kagum mengamati setiap sudut kota tanpa berkedip.

“Indahnya,” puji Nina saat melihat jembatan Brooklyn dari dekat. Nina tidak melepas pandangannya saat melewati jembatan itu.

Selama perjalanan, Nina sudah banyak kali memuji berbagai tempat

Selama perjalanan, Nina sudah banyak kali memuji berbagai tempat. Alex lega karena Nina menikmati perjalanan yang cukup panjang ini. Dia tersenyum ketika Nina tidak berhenti memuji keindahan kota New York. Akhir pekan nanti, dia akan mengajak Nina kembali berkeliling dan mengunjungi berbagai tempat yang menarik perhatiannya.

Alex melajukan mobilnya menuju 770 Hart St, Brooklyn. Jalanan yang tidak begitu macet membuat perjalanan mereka lebih lancar. Nina mendekatkan wajahnya kearah kaca ketika melihat suatu tempat. Ketika Alex memarkirkan mobil di dekat sana, Nina langsung menoleh kearahnya.

“Kita akan pergi ke tempat itu?” tanya Nina dengan mata berbinar.

“Tentu saja. Apa kau tidak mau?” Alex balas bertanya seraya melepaskan seatbeltnya.

“Aku mau! Terima kasih, Alex!” Nina turun dari mobil dengan perasaan gembira. Tingkahnya sekarang seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan permen kesukaanya.

Alex menuntun Nina menyebrang. Ketika memasuki tempat itu, aroma khas buku langsung memenuhi indra penciumannya. Mata Nina berbinar-binar ketika melihat kumpulan rak yang berisi buku di setiap sisi. Didekat rak, terdapat kumpulan gelas dan barang pecah belah lainnya. Semua itu hasil karya tangan yang terbuat dari tanah liat. Nina berjalan mengamati kumpulan gelas dengan berbagai macam warna sebelum menghampiri salah salah satu rak dan mencari buku-buku yang menarik perhatiannya. Alex berdiri disebelahnya dan ikut melihat kumpulan buku sambil merangkulnya.

“Aku tahu kau pasti akan menyukai tempat ini,” bisik Alex.

“Sangat. Aku tidak menduga kau akan membawaku kemari. Terima kasih Alex,” senyum Nina.

Setelah memilih beberapa buku, Alex mengajak Nina duduk di mini bar dan memesan sebuah wine. Saat wine disajikan, Nina sempat keheranan melihat warna merah pada minuman. Alex memberikan penjelasan singkat dan mengatakan tidak apa-apa untuk meminumnya. Nina hanya mengangguk mendengar penjelasan Alex lalu meminumnya dan kembali membaca. Wajahnya yang serius ketika membaca membuat Alex senang sekaligus sedikit kecewa karena telah diabaikan.

“Nona ini sangat serius ketika membaca. Kelihatannya dia sangat menyukai buku,” ucap bartender laki-laki seraya menyerahkan minuman lainnya.

“Ya, dia sangat menggilai buku,” senyum Alex tanpa melepas tatapannya dari Nina lalu melirik sejenak pada jam tangannya.

Nina menutup bukunya ketika pandangannya sedikit mengabur. Dia tidak tahu penyebabnya adalah karena wine yang diminumnya. Toleransinya terhadap minuman berakohol rendah itu tidak terlalu tinggi. Segelas saja cukup membuat Nina mabuk dan Alex sengaja memberikannya.

“Aku membeli semua buku ini. Tolong, bungkuskan,” ucap Alex seraya mengeluarkan beberapa lembar.

“Aku boleh memilikinya?” tanya Nina yang mulai mabuk.

“Tentu saja. Aku tidak ingin kau bosan selagi menungguku dirumah.”

“Terima kasih.”

Alex membantu memapah Nina yang berjalan sempoyongan kedalam mobil. Setelah memakaikan seatbeltnya, lengan Alex ditarik Nina hingga memutuskan jarak diantara wajah mereka.

“Aku bisa melakukannya sendiri,” bisik Nina lalu mencium Alex.

Alex terkejut karena Nina tiba-tiba menciumnya. Belum sempat membalas, ciuman diantara mereka lepas dan Nina tertidur. Alex tidak terlalu kecewa kali ini. Meskipun ini bukan ciuman yang diharapkannya, Nina mau menciumnya walau dalam keadaan mabuk. Alex mengecup bibir Nina sekilas lalu menutup pintu dan kembali pulang.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

3 Komentar

  1. Ratu_meriska menulis:

    so sweet banget…

  2. masih misteri

  3. Indah Narty menulis:

    Hmmm :lovelove