Pemberitahuan Update Cerita
15 April 2016 in Vitamins Blog
PRIVAT POST FOR VITAMINS
Dear All Readers yang kami cintai,
Kalau barusan pemberitahuan dari Admin mengenai pemeliharaan server. Sekarang ada pemberitahuan dari Author mengenai update cerita.
Dalam pertimbangan mengenai pembagian beban server, maka Team PSA memutuskan mulai sekarang dan insyaAllah ke depan, Authors akan update cerita pada weekdays selasa s.d kamis. Kalau weekend kita waktunya main disini atau bahas cerita yang posting weekdays dengan fitur-fitur yang tersedia.
Demikian pemberitahuan ini disampaikan, kalau ada perubahan akan diinfokan kembali.
Terima kasih atas perhatiannya. We love you all. :heart:
Salam
Team PSA
Pemberitahuan Pemeliharaan Server
14 April 2016 in Vitamins Blog
Premium Content
Login to buy access to this content.
Azhura’s Bride Part 25: Ikatan dan Dendam
3 April 2016 in Azhuras Bride
Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira
Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- 🔏[COMING SOON] SIRELIS & MOSES (BONUS PART Reaper’s Destiny)
- Azhura’s Bride Epilog: Takdir Sang Penuai [Reaper’s Destiny]
- Azhura’s Bride Part 45: Kesempatan Kedua (End)
- Short Story Azhura’s Bride: Tanda Perlindungan
- Azhura’s Bride Part 44: Membuka Mata
- Azhura’s Bride Part 43: Terima Kasih dan Pengorbanan
- Azhura’s Bride Part 42: Hening Setelah Badai
- Azhura’s Bride Part 41: Pergolakan Takdir
- Azhura’s Bride Part 40: Pertanyaan Sang Kematian
- Azhura’s Bride Part 39: Memaafkan
- Azhura’s Bride Part 38: Teracuni
- Azhura’s Bride Part 37: Mengalihkan Diri
- Azhura’s Bride Part 36: Kesepakatan Gelap
- Azhura’s Bride Part 35: Menggenggam Takdir
- Azhura’s Bride Part 34: Bejana Takdir
- Azhura’s Bride Part 33: Perlindungan Sang Dewa Perang
- Azhura’s Bride Part 32: Ramalan Masa Depan
- Azhura’s Bride Part 31: Perlindungan Seorang Ayah
- Azhura’s Bride Part 30: Rahasia Alam
- 🔏Little Kingdom Series: AB – Hati yang Bertautan ( Buka dengan 20 poin )
- Azhura’s Bride Part 29: Yang Paling Penting
- Azhura’s Bride Part 28: Tak Sama Lagi
- Azhura’s Bride Part 27: Rencana Alam Semesta
- Azhura’s Bride Part 26: Terpisah
- Azhura’s Bride Part 25: Ikatan dan Dendam
- Azhura’s Bride Part 24: Azhura,Armenia,Yazza dan Cemburu
- Azhura’s Bride Part 23: PERTEMUAN TAKDIR
- Azhura’s Bride Part 22: Cemburu
- Azhura’s Bride Part 21: Isteriku, Kau Melengkapiku
- Azhura’s Bride Side Story: Calamara
- Azhura’s Bride Part 20: Damai Sebelum Badai
- Azhura’s Bride Part 19: Pilihan Takdir
- Azhura’s Bride Part 18: Jodoh Atspere, Sang Dewa Pemelihara
- Azhura’s Bride Part 17: Badai di Ametyst
- Azhura’s Bride Part 16: Karena Aku Mencintaimu, Isteriku
- Azhura’s Bride Part 15: Azhura Kahn dan Armenia
- Azhura’s Bride Part 14: Pengantin Azhura
- Azhura Bride’s Part Bonus: Indeks Para Dewa (Gods of Ametys)
- Azhura’s Bride Part 13: Pembalasan Dendam
- Azhura’s Bride Part 12: Tempatmu Bukan di Kakiku
- Azhura’s Bride Part 11: “Sang Kematian”
- Azhura’s Bride Part 10: Tanda Kepemilikan
- Azhura’s Bride Part 9: Ya atau Tidak, Armenia?
- Azhura’s Bride Part 8: Zhura Al Gul
- Azhura’s Bride Part 7: Kau isteriku, dan Aku Tidak Mau Ditolak
- Azhura’s Bride Part 6: Anugerah atau Kutukan..?
- Azhura’s Bride Part 5: Armenia…..
- Azhura’s Bride Part 4: Awal Yang Baru
- Azhura’s Bride Part 3: Membuang Untuk Melindungi
- Azhura’s Bride Part 2: Masih Beranikah Kau Mempertanyakan Kehendakku?
- Azhura’s Bride Part 1: Rendezvous (Pertemuan)
- Azhura’s Bride Prolog: Azhura Kahn
PART INI DI PRIVAT HANYA UNTUK MEMBER STATUS VITAMINS
Mata Armenia membuka, terkesiap dalam kejut setengah sadar. Pandangannya langsung terpaku pada langit-langit kamar mewah berukir emas yang dikenalinya. Dikerjapkannya mata berkali-kali, merasa bingung atas mimpi yang seolah nyata.
Mimpi… itu semua tadi hanyalah mimpi.
Sebelum kesadaran Armenia kembali sepenuhnya, sebuah lengan kuat merengkuh perutnya, menariknya mundur ke belakang supaya semakin merapat ke dada kokoh nan keras di sana. Armenia terperangkap dalam tubuh hangat dan aroma harum surgawi yang sudah sangat akrab dengannya. Aroma tubuh sang suami, Mahadewa Azhura Kahn.
“Ada apa? Apakah kau bermimpi buruk?”
Suara Azhura Kahn terdengar lembut berbisik di telinga, membuat Armenia refleks memalingkan muka ke belakang. Matanya langsung bertemu dengan mata merah yang khas itu, mata yang sekarang menatapnya dengan lembut.
Ingatan Armenia langsung kembali lagi kepada perlakuan kasar Azhura Kahn kepadanya, kembali kepada ingatan bagaimana Sang Mahadewa merobek bajunya dan melemparkannya ke dalam kolam mandi seolah dirinya ini hanyalah barang yang tak berharga.
Apakah karena dia manusia biasa? Apakah karena dia rakyat jelata hingga suaminya merasa berhak memperlakukannya seenaknya? Bukankah ketika seorang lelaki mencintai perempuannya, dia akan memperlakukan perempuan ini dengan lembut?
Armenia jadi bertanya-tanya apa yang dirasakan oleh Mahadewa Azhura Kahn ini kepadanya. Cintakah? Nafsukah? Atau hanya berupa keinginan menguasai dan mendominasi?
Segala dugaan itu membuat rasa marah dan kecewa menyusup kembali ke dalam perasaan Armenia, membuat Armenia memalingkan wajah, tidak mau lagi bertatapan dengan Sang Mahadewa.
“Hei.” Azhura Kahn mengecup pelan sisi pelipis Armenia, berusaha membujuk isterinya yang merajuk, “Jangan begitu, aku sudah minta maaf bukan?”
Armenia menghela napas panjang, benaknya berteriak menolak permohonan maaf itu. Tidak begitu seharusnya bukan? Dia tahu Azhura Kahn sudah meminta maaf, tetapi tetap saja rasanya tidak rela untuk semudah itu untuk memberikan maafnya. Saat ini hatinya masih terasa sakit, hingga bahkan untuk tersenyum kepada suaminyapun dia tidak mampu.
“Maukah kau meninggalkan aku sendiri?” Armenia berusaha bersuara lembut, membujuk Sang Mahadewa untuk memberinya waktu.
Azhura Kahn sendiri tertegun, tidak menyangka bahwa Armenia akan begitu sulit memaafkannya. Dia memang kasar tadi, dan itu karena dirinya tidak suka menyadari kenyataan bahwa Yazza berhasil bertemu muka dengan Armenia. Kata-kata Yazza dulu masih terngiang di benaknya, bahwa sebagian hati Armenia masih menjadi milik Yazza.
Bukankah seorang kekasih diperbolehkan untuk cemburu? Bukankah seorang kekasih diperbolehkan menuntut seluruh hati pasangannya untuk menjadi miliknya?
Dirinya adalah Mahadewa, mahluk sempurna yang memiliki kedudukan tertinggi di dunia ini, kenapa dirinya harus mengalami hukuman ini? Kekasih yang paling didambakannya, yang paling ingin diberikan seluruhnya miliknya, ternyata tidak bisa dimiliki seutuhnya?
Azhura Kahn menggertakkan gerahamnya menahan rasa geram sekaligus frustrasi yang bercampur aduk di dalam benaknya. Sang Mahadewa lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Armenia, dan bangkit dari ranjang.
“Kau ingin sendiri, aku mengerti.” Balasnya dengan suara dingin, lalu dalam sekejap tanpa suara, menghilang dari ruangan itu.
Armenia menunggu, menunggu sampai dia benar-benar tidak merasakan kehadiran Azhura Kahn di dalam kamarnya. Setelah yakin, dia bangun dan duduk di atas ranjang sambil mengusap sudut matanya yang terasa panas, ada air mata di sana yang mendesak ingin keluar. Benaknya bingung, tidak tahu apa yang dirasakannya.
Dipejamkannya mata, tetapi yang muncul adalah bayangan sosok itu, sosok gelap dan rapuh dengan kulit pucat yang diselubungi rambut berwarna keperakan.
Kenapa rasanya dia mengenal sosok itu? Rasanya seperti bertemu dengan teman lama yang tak pernah bersua.
Dan juga perempuan itu, perempuan yang menatap dirinya dengan penuh cinta, perempuan yang begitu mirip dengannya. Siapakah dia? Kenapa rasa rindu yang tidak dimengertinya ini meluap-luap dan mendesak di dalam dada?
Ada apa ini? Kenapa dia merasa seperti ini?
***
Yazza membuka mata, merasa kelelahan. Kondisi tubuhnya memang belum sepenuhnya sempurna, tetapi dia memutuskan untuk mencoba mantranya, dan masuk ke dalam mimpi Armenia.
Sekarang dirinya berada di dalam pondok di tepi hutan, rumah dimana dia menempatkan Ruth, bibi Armenia yang jahat selama ini. Tadi dia mencoba masuk ke dalam mimpi Armenia sambil membawa bayangan jiwa Azpasya. Dari reaksi Armenia, sepertinya perempuan itu masih mengenali ibundanya meskipun ingatannya telah disegel oleh Sang Mahadewa Azhura Kahn.
Dia sudah berhasil memasuki mimpi Armenia, meskipun yang ini hanyalah sebuah mimpi singkat dan tak jelas.
Lain kali dia akan mencoba lagi. Pelan-pelan akan dibawanya pikiran Armenia kedalam kegelapan, begitu gelap hingga benak Armenia tersesat dan tidak akan bisa menemukan kembali cintanya kepada Azhura Kahn. Tapi kesempatannya tentu saja akan semakin sulit. Ketika dia menggunakan kekuatan mantra untuk memasuki mimpi Armenia tadi, Azhura Kahn pasti sudah menyadarinya.
Kekuatan Azhura Kahn sebagai Mahadewa memang membuatnya bisa menyadari mantra apapun yang ada di sekelilingnya, dan begitu Yazza ketahuan, akan sulit baginya untuk memasuki mimpi Armenia kembali.
Azhura Kahn memang tidak bisa mencabut mantra yang ditanamkannya kepada Armenia. Kekuatan menanam mantra mimpi adalah hak istimewa yang diberikan oleh Sang Alam Semesta kepada Dewa Kematian. Tetapi dengan tidak bisa mencabut mantra Yazza, bukan berarti Azhura Kahn tidak bisa mencegah Yazza datang ke alam mimpi Armenia. Mimpi membutuhkan tidur, itu berarti Azhura Kahn akan berusaha mencegah Armenia supaya jatuh tertidur.
Kalau itu terjadi, Yazza akan membutuhkan penyusup baru untuk bisa membuat Armenia jatuh ke dalam tidurnya.
Mata Yazza berpaling kepada perempuan cantik dengan penampilan fisik yang sangat mirip dengan Armenia. Ibunda Armenia, Azpasya, sedang duduk di lantai dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Perempuan itu telah berhasil dibangkitkannya, pada awalnya dengan kondisi tidak tahu apa-apa, jadi Yazza harus menanamkan ingatan masa kini ke dalam benak Azpasya.
Karena itulah dia membutuhkan Ruth dan bersedia menyia-nyiakan waktu untuk membiarkan perempuan rendahan itu tetap hidup. Dia membutuhkan Ruth untuk menghantarkan kembali ingatan Azpasya yang hilang karena tenggelam dalam kematian, sekaligus menghantarkan kebencian dan dendam yang akan menelan sedikit jiwa putih Azpasya yang tersisa hingga hanya tinggal jiwa hitam jahat yang bersemayam di sana.
Setelah berhasil membangkitkan Azpasya dan memutuskan bahwa perempuan itu sudah siap, Yazza membawa ibunda Armenia itu ke pondok tempat dia menyimpan Ruth. Ruth sangat terkejut tentu saja ketika melihat Azpasya, wajahnya pucat pasi, penuh rasa takut dan teror. Matanya menatap Yazza tidak mengerti, memohon penjelasan dan bantuan.
Tentu saja Ruth sangat ketakutan, kakaknya yang dulu sudah mati dan dikuburkannya kini berdiri di depannya, tidak bertambah tua sedikitpun dan dalam kondisi sehat layaknya manusia hidup pada umumnya.
Ruth meminta tolong, tetapi Yazza tidak punya belas kasih, apalagi kepada manusia hina yang tanpa arti. Dengan kejam, direnggutnya seluruh kenangan Ruth. Kenangan jahat ketika dia membuat Khaeva anak gadisnya mengambil tempat yang seharusnya menjadi milik Armenia. Ditanamkannya kenangan itu ke dalam ingatan Azpasya, dan dibangunkannya jiwa marah serta penuh dendam yang belum bangkit dari Azpasya.
Yazza berhasil. Kemarahan alami seorang ibu kepada manusia yang merenggut kebahagiaan anaknya telah berhasil menelan sedikit jiwa putih yang tertinggal di rongga dada Azpasya.
Azpasya yang ini jiwanya sudah dikuasai kegelapan. Tubuhnya hanyalah cangkang, cangkang sempurna berwujud ibunda Armenia yang penuh kasih, tetapi di dalamnya adalah jiwa iblis yang tunduk kepada kemauan Yazza.
“Apakah kau sudah kenyang?”
Yazza menatap datar, ke arah Azpasya yang sedang berlutut di samping mayat Ruth yang terbujur kaku. Mata Ruth masih melotot, mati dalam ketakutan ketika Azpasya mengulurkan jemarinya yang tiba-tiba berkuku tajam, merobek rongga dada Ruth dan mengambil jantung adiknya sendiri yang masih berdetak dan mengucurkan darah segar, lalu memakannya dengan lahap tanpa belas kasihan.
Azpasya sedang asyik mengunyah, suara berdecak nikmat keluar dari bibirnya ketika dia menggigit dan menelan potongan demi potongan jantung segar itu, menjilati jemarinya yang berlumuran darah. Sama sekali tidak ada belas kasih tersisa terhadap mayat adik kandungnya sendiri yang terbaring mengenaskan dengan rongga dada terbuka lebar, kehilangan jantung.
Di sisi lain, nampak Borth yang buruk rupa sedang mengamati jiwa Ruth yang sudah direnggut paksa dari tubuhnya. Jiwa itu berbentuk bola yang sekarang ada di dalam genggaman tangannya. Dengan hati-hati dan penuh rasa lapar tertahan, dimasukkannya jiwa itu ke dalam kantong khusus dan dia simpan di balik bajunya. Jiwa Ruth tidak akan dihantarkan dalam ketenangan seperti jiwa-jiwa lainnya. Jiwa yang ini akan dilahapnya sebagai hidangan lezat di malam nanti, sebagai hadiah dari Tuannya Yazza atas kesetiannya. Bagi iblis sepertinya, jiwa manusia yang jahat dan dengki memang terasa lebih lezat daripada jiwa manusia yang suci. Dan bagi manusia yang jiwanya dimakan iblis, kesakitan akan menghantui jiwa itu dalam detik-detik terakhir ketika sang iblis menelannya.
Azpasya menelan gigitan terakhir jantung itu, lalu memutuskan menjawab pertanyaan Yazza dengan anggukkan kepala puas, mengiyakan bahwa dirinya telah kenyang. Jantung yang nikmat dan masih berdetak itu telah berhasil memuaskan rasa laparnya, untuk sementara. Tangan, bibir dan pakaiannya penuh dengan darah Ruth yang mengucur dan masih tampak segar, tetapi tidak ada rasa jijik sama sekali, hanya ada rasa kenyang yang gelap menguasai hatinya.
Yazza tersenyum samar, “Nanti akan ada banyak makanan untukmu, aku akan memberikan jantung-jantung manusia segar untuk mengenyangkanmu. Kau hanya harus pandai bersandiwara, kau harus bisa membantuku membawa hati Armenia kepada kegelapan.”
***
Azhura Kahn berjalan dengan langkah gusar menelusuri lorong megah Istana Dievas Rumai. Ada rasa mengganggu yang terus menyayat hatinya hari ini. Semalaman dia menunggu Armenia yang sedang tertidur pulas.
Semalam dia tidak bisa menyentuh Armenia sebab perempuan itu menolaknya, karena itulah kekuatan dewa yang diberikannya kepada Armenia terserap dan kemudian habis. Hal itulah yang membuat Armenia jatuh tertidur semalaman, layaknya manusia biasa.
Suasana langit Dievas Rumai kali ini mendung, langit menggelap pekat, dan kabut merah samar menyelubungi udara, mewakili suasana hati Sang Mahadewa yang suram. Keriuhan hewan-hewan yang ceria tidak nampak terdengar, seolah mereka semua dipaksa bungkam dan tidak berani mengusik Azhura Kahn, sang pemilik tertinggi wilayah ini.
Kesunyian yang menyesakkan, hanya diisi desau angin yang kebingungan berbisik pelan, membuat suasana hati seluruh Dievas Rumai tenggelam dalam kemuraman tak berujung.
Kalau memang firasatnya benar, dia tidak bisa membiarkan Armenia jatuh tertidur lagi. Sebagai isterinya, Armenia bisa menyerap seluruh berkat dewa dari tubuhnya, dan ketika seluruh berkat dan kekuatannya terserap ke dalam diri Armenia, Armenia tidak akan pernah tidur seperti dirinya.
Tetapi sekarang Armenia belum cukup menyerap berkatnya dan perempuan itu masih bisa jatuh dalam tidur. Tidur akan membahayakan jiwa Armenia dalam kondisi seperti ini.
Tadi pagi Armenia terbangun karena terkejut. Azhura Kahn tentu merasakannya. Dia melihat Armenia tenggelam dalam bayang kegelapan ketika isterinya itu tidur.
Yazza, makhluk sialan itu telah menanamkan mantra ke dalam diri Armenia, mantra yang bisa menguasai jiwa dan pikiran Armenia ketika isterinya itu jatuh ke dalam tidur lelap.
Seandainya Azhura Kahn bisa mencabut mantra itu… sayangnya dia tidak bisa melakukannya.
Kekuatan menanamkan mantra mimpi adalah hak mutlak yang diberikan Sang Alam Semesta kepada Dewa Kematian, dan tidak ada yang bisa mencabutnya, bahkan untuk Mahadewa Azhura Kahn sekalipun. Yazza pasti tahu itu, karena itulah dia memancing Armenia supaya keluar dari Dievas Rumai dan menanamkan mantra lewat tatapan mata.
Azhura Kahn dipenuhi rasa cemburu karena tidak bisa membaca mimpi apa yang dikirimkan oleh Yazza kepada Armenia, dia sudah berusaha masuk ke dalam sana dan melihat, tetapi Armenia terbangun dengan cepat, membuat usahanya gagal.
Sekarang yang bisa dilakukannya adalah membuat Armenia tidak jatuh ke dalam tidurnya supaya Yazza tidak bisa menghampiri Armenia di alam mimpi. Dan satu-satunya jalan untuk mencegah Armenia tidak jatuh ke dalam tidurnya adalah dengan memberinya berkat sang dewa.
Berkat sang dewa itu hanya bisa diberikan kepada Armenia ketika mereka bercinta.
Azhura Kahn mengerutkan kening dengan miris.
Bagaimana dia bisa bercinta dengan Armenia kalau isterinya itu sekarang sedang merajuk dan tidak mau disentuh? Azhura Kahn tidak mungkin memaksa Armenia, itu akan membuat perempuan itu semakin marah dan membencinya. Dia harus menemukan cara untuk membuat hati Armenia melembut dan memaafkannya.
Sebuah gerakan di pintu membuat Azhura Kahn menolehkan kepala, dan mendapati Pozuda sang dewi kesuburan datang bersama Zadza suaminya, sang dewa nafsu. Kedua dewa itu berpakaian khas dengan warna jingga pekat yang melambangkan nafsu manusia, jubah mereka panjang menjuntai menyapu lantai dan tubuh mereka berdua diselubungi aura jingga yang sama. Posuda dan Zadza adalah sepasang dewa dan dewi yang mempesona, wajah mereka sangat mirip seakan mereka berdua memang diciptakan untuk berjodoh bahkan sebelum eksistensi mereka diciptakan di dunia Ametyst ini.
Dan mereka adalah salah satu dewa utama yang setia kepada Azhura Kahn, karena itulah Azhura Kahn mengizinkan mereka memasuki Dievas Rumai dan meminta mereka memberikan bantuan kekuatan untuk Armenia.
Sepasang dewa dan dewi itu langsung berlutut begitu mata mereka bertatapan dengan mata merah sang Maha Dewa Azhura Kahn yang agung, memberi hormat dengan kepala tertunduk kepada Azhura Kahn yang berdiri menunggu.
“Kalian pasti sudah tahu apa yang akan aku minta.” Azhura Kahn tidak perlu menjelaskan apapun, dia bisa menyampaikan maunya bahkan sebelum mereka bersua.
Pozuda yang cantik saling melempar pandang dengan suaminya, lalu keduanya menganggukkan kepala bersamaan.
“Seorang anak akan melembutkan hati perempuan manapun dan mengikatnya bersama anda. Hamba sudah meniupkan berkat kesuburan ke tubuh Armenia, dia akan mengandung anak yang sehat, kuat dan rupawan.”
Mata Zadza yang berwarna ungu pekat nampak berbinar ketika menyambung kalimat isterinya, “Dan hamba sudah meniupkan nafas berkat kepada isteri anda. Hatinya akan dilembutkan dan dia akan siap menerima anda.”
Azhura Kahn menganggukkan kepala, lalu memberi isyarat agar dirinya ditinggalkan sendiri. Sepasang dewa dewi itupun memberi hormat kembali, lalu meninggalkan ruangan. Meninggalkan Azhura Kahn yang berdiri termenung, merasa malu kepada dirinya sendiri. Ini memang perbuatan curang, mempengaruhi Armenia seperti ini demi bisa menundukkan hati isterinya yang keras kepala.
Tetapi seorang anak adalah jalan terbaik. Dengan hadirnya anak mereka, Armenia akan semakin terikat kepadanya dan tidak bisa meninggalkannya, tidak peduli seberapa besar godaan Yazza yang akan dikerahkan untuk mengganggunya.
Seorang anak dewa, di dunia Ametyst bagaikan segel ikatan antara kedua orang tuanya. Jika Armenia melahirkan anaknya, maka ikatan diantara keduanya tidak akan bisa diputuskan, menyatu kuat selamanya.
Anak itu adalah kekuatan untuk melawan Yazza. Ketika anak itu terlahir, Yazza tidak akan mempunyai daya lagi karena ikatan antara Armenia dan Azhura Kahn tidak akan bisa diputuskan.
***
Armenia tiba-tiba merasa rindu.
Hatinya dilembutkan dan dia merindukan suaminya. Tentu saja dia tidak menyadari bahwa pengaruh Dewi Posuda dan Dewa Zadza sudah terserap ke dalam tubuhnya.
Dia merindukan suaminya, ingin memeluk suaminya.
Tubuhnya gelisah antara keinginan untuk menghambur dan memberi maaf kepada suaminya dengan keinginann untuk tetap marah dan merajuk.
Dalam pikirannya yang berkecamuk itu, tiba-tiba dirinya menyadari kehadiran suaminya di dalam kamar. Harum aroma minya arozyukure yang khas itu semerbak memenuhi ruangan, menandakan kehadiran Sang Mahadewa yang Agung di dalam kamar ini.
Jantung Armenia berdebar, dan dia membalikkan badan, menyadari bahwa suaminya sudah berdiri di belakangnya, menjaga jarak dan menatapnya dengan hati-hati.
“Kau meminta waktu dan aku sudah memberikannya. Apakah sekarang aku sudah dimaafkan?” Azhura Kahn bergumam, tidak bisa menyembunyikan nada arogan dalam suaranya. Dia adalah Mahadewa tertinggi yang biasa dihormati, jadi memintaa maaf bukanlah kebiasaannya. Tetapi demi isterinya dia rela melakukannya, setidaknya dia sudah mencoba bukan?
Armenia menatap mata merah itu, mencoba bersikap kuat, “Kau memang seorang Mahadewa yang Agung dan rasa hormatku kepadamu tidak akan lekang oleh waktu. Selama ini aku selalu mencoba bersikap hormat karena aku adalah manusia biasa dan kau adalah seorang dewa. Tetapi itu bukan berarti kau bisa merendahkanku dengan sikap kasar seperti kemarin.”
Azhura Kahn bergeming, penyesalan nampak muncul di bola matanya, “Aku tidak bermaksud bersikap kasar kepadamu, aku hanya cemburu.”
Armenia menyilangkan kedua lengannya untuk memeluk tubuhnya sendiri, “Jika aku seorang dewi yang sederajat denganmu, apakah kau akan tetap memperlakukan aku sekasar itu? Apakah karena aku manusia maka kau merasa berhak merendahkanku?”
“Armenia.” Azhura Kahn mengerang, mulai merasa frustrasi, “Aku tidak peduli kau manusia atau bukan. Kau adalah takdirku dan aku menyerahkan hatiku kepadamu. Apakah kau tidak mau memaafkan rasa cemburu suamimu ini? Tidak pernah terlintas di benakku untuk merendahkanmu. Aku memang seorang dewa, tetapi aku tetap bisa merasa cemburu. Dan rasa sakit ini sama seperti rasa sakitmu.” Azhura Kahn menyentuh dadanya, mencoba menjelaskan rasa sakit asing yang selalu muncul ketika membayangkan bahwa sebagian hati Armenia tidak bisa dimiliki seutuhnya olehnya, bahwa sebagian hati itu masih menjadi milik laki-laki lain.
“Kalau memang ini bisa menyenangkanmu, aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi.” Azhura Kahn menyambung, berucap sungguh-sungguh untuk meyakinkan Armenia, “Aku mencintaimu Armenia, hatiku memilih dan tunduk padamu sejak napas pertamamu dihembuskan ke dunia ini.”
Tanpa disadari oleh Armenia, Azhura Kahn yang tidak bisa menunggu lagi, bergerak mendekat tanpa suara, lalu memeluk tubuh Armenia kedalam dekapan lengannya, memeluknya erat-erat seolah takut kehilangan.
Armenia terpaku merasa ragu, tetapi pelukan hangat suaminya ini terasa tulus dan membuat hatinya melembut lalu menyerah, rasa cintalah yang menang. Pada akhirnya kedua lengannya bergerak dengan tulus melingkari di punggung Azhura Kahn, membalsa pelukan penuh cinta itu dan memberikan permaafan tanpa kata.
Dua mahluk itu berpelukan, diam dan hening. Tidak perlu kata-kata lagi, hanya hati mereka yang saling bertautan dalam cinta.
Lama kemudian, Azhura Kahn merenggangkan pelukannya dan mengangkat dagu Armenia dengan sebelah tanganya, mendongakkan wajah Armenia hingga menghadap kepada dirinya. Ditatapnya bibir lembut Armenia yang ranum sebelum kemudian bibirnya sendiri melumat bibir itu, tidak bisa menahan diri untuk tidak mencecap kelembutan yang dirindukannya.
Rasanya sudah lama sekali meskipun mungkin baru satu hari berlalu. Rasanya sudah lama sekali sejak mereka berciuman seperti ini.
Azhura Kahn tersenyum setelah melepaskan pertautan bibir mereka, menatap wajah Armenia yang kini merona malu akibat ciuman penuh keriduan itu.
“Bagaimana aku tidak jatuh cinta kepadamu lagi dan lagi? Kau begitu mudah dicintai, pipimu yang tetap merona merah bahkan setelah berkali-kali penyatuan kita membuatku ingin terus dan terus mencintaimu.” Azhura Kahn mengecup lembut bibir Armenia, “Kita akan membuat bayi malam ini.”
Mata Armenia melebar, rona merah makin jelas di pipinya mendengar perkataan Azhura Kahn itu.
“Bayi?”
Azhura Kahn menganggukkan kepala, “Ya, bayi, buah penyatuan kita. Seorang anak yang dialiri darah kita berdua. Kau akan menjadi seorang ibu dari anak yang rupawan, ibu dari anakku.” Dengan lembut Azhura Kahn mengangkat tubuh Armenia kedalam gendongannya. Tidak bisa menahan diri untuk mengecup isterinya lagi dan lagi sebelum membawanya ke atas ranjang
***
Yazza menatap hujan deras yang mengguyur seluruh Dunia Ametyst hingga sampai ke Moarte, istana kematian hitamnya itu. Tatapannya dipenuhi kemurkaan.
Hujan ini begitu derasnya mengalir laksana badai.
Dan hujan badai di Ametys ini hanya berarti satu hal, bahwa Azhura Kahn kehilangan kendali ketika memeluk isterinya, Armenia.
Rasa sakit yang menghujam langsung menyakiti rongga dadanya, menyiksanya demgan kejam dan berkali-kali lebih sakit dari rasa perih ketika machuahuiti menusuk-nusuk dirinya. Rasa sakit ini lebih karena cemburu, kehilangan dan penyesalan yang bercampur aduk menjadi satu.
Yazza tahu bahwa Mahadewa licik itu telah memanfaatkan kekuatan dewa- dewi yang loyal kepadanya untuk memperngaruhi pikiran Armenia. Azhura Kahn telah menggunakan kekuatan dewi kesuburan dan dewa nafsu.
Dan jika dewi kesuburan sudah turun tangan, sudah pasti akan terlahir seorang anak. Seorang anak akan mempersulit segalanya. Di dunia Ametyst ini, anak seorang dewa akan menjadi pengikat kuat kasih kedua orang tuanya. Jika ikatan antara Azhura Kahn dan Armenia sekarang sudah cukup kuat, maka hal itu akan bertambah berkali-kali lipat ketika Armenia mengandung dan melahirkan seorang anak dari Azhura Kahn.
Tidak boleh ada seorang anak.
Jika nanti Armenia mengandung, Yazza akan menggunakan segala cara untuk membunuh anak itu. Anak itu tidak boleh sampai terlahir ke dunia karena jika anak itu lahir, kekuatan pengikat antara Azhura Kahn dengan Armenia akan sangat sulit diputuskan.
Yazza berpikir keras sampai kepalanya terasa sakit. Jika malam ini Azhura Kahn sedang bercinta dengan isterinya, maka masih ada kesempatan untuknya merasuki alam bawah sadar Armenia meskipun hanya sekejap.
Seorang perempuan yang dipuaskan akan kehilangan kesadarannya selama beberapa detik, dan jika waktunya cukup, Yazza akan mempengaruhi Armenia sekuat tenaga supaya dia melukai Azhura Kahn lalu mencegah sang dewa membuahi dirinya.
Anak itu tidak boleh terbentuk. Azhura Kahn tidak boleh sampai membuahi Armenia. Yazza harus menghentikan proses ini, meskipun hal ini akan membahayakan nyawanya sendiri.
Ya, jika dirinya memaksakan diri untuk mengerahkan seluruh kekuatan gelapnya untuk mempengaruhi pikiran Armenia, hal itu akan menguras tenaganya. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang masih terluka, nyawanya akan terancam.
Dia bisa saja mati, tetapi dia harus mencoba. Karena jika anak itu sampai terbentuk, seluruh rencana Yazza akan digagalkan.
Tidak ada jalan lain, bibir Yazza yang pucat langsung merapal mantra, suaranya berbisik terdengar mengerikan menggaung di area Istana Hitam Moarte yang mencekam. Mantra itu menciptakan bayangan hitam keabu-abuan yang langsung menyelubungi seluruh tubuh Yazza, melingkupinya hingga sisi keperakan dirinya tenggelam.
Yazza menunggu, menunggu sampai Armenia mencapai puncaknya. Dan dalam beberapa detik kehilangan kesadaran Armenia, dia akan merasukinya, menyelubungi jiwa Armenia dalam kegelapan dan membuat perempuan itu melukai Azhura Kahn.
***
Tubuh Azhura Kahn masih bergerak di atasnya, memujanya. Armenia memejamkan mata dengan kedua lengannya memeluk punggung telanjang milik Azhura Kahn. Dia membiarkan dirinya dibawa kedalam arus kenikmatan yang tak berujung, bentuk cinta kasih Sang Mahadewa kepada dirinya.
Lalu dia tiba di ujung penantiannya, melemparkan tubuhnya dalam kenikmatan tertinggi, hingga sebuah erangan keluar dari bibirnya yang langsung dilumat penuh cinta oleh suaminya.
Kesadarannya terbang, tinggi, melalui lorong putih yang menerbangkan tubuhnya hingga terasa ringan. Armenia tersenyum dalam puncak kenikmatannya, merasa bahagia.
Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba lorong putih itu berselubung asap hitam, mendesak, mencekik dan membuatnya panik karena tidak bisa bernapas. Armenia mencoba meronta tetapi asap itu begitu kuat, menyelubungi kepalanya, menyelubungi pikirannya dan menelannya ke dalam kegelapan.
Dan dia tidak bisa lari lagi, kesadarannya hilang, ditelan pekat yang tidak berujung.
***
Ketika mata Armenia membuka, bola mata emasnya berganti dengan warna hitam yang kelam. Mata itu kosong, membiarkan tubuh Azhura Kahn yang masih berada di atasnya masih bergerak mencintainya.
Azhura Kahn yang sedang larut dalam kenikmatannya sendiri, lengah. Tidak menyadari bahwa sebelah lengan Armenia tidak lagi memeluk punggungnya. Lengan itu menggapai, ke arah meja kecil di sebelah ranjang. Menggapai terus dan berhenti ketika jemari lentiknya menyentuh pisau mungil yang terletak di atas keranjang buah kulsu segar yang selalu tersedia di dalam kamar, pisau itu sedianya digunakan sebagai pisau buah, tetapi sekarang berubah menjadi senjata yang mematikan.
Benda apapun yang dipengang oleh Armenia, jika digunakan untuk melukai Sang Mahadewa Azhura Kahn maka akan berakibat fatal. Armenia adalah titik kelemahan Azhura Kahn, karena Armenia adalah satu-satunya mahkluk yang bisa membunuh Azhura Kahn, tetapi tidak bisa dibunuh oleh Azhura Kahn.
Mata Armenia masih gelap ketika lengannya bergerak tanpa ragu dan menancapkan pisau itu kepunggung Azhura Kahn. Menancapkannya begitu dalam hingga hanya gagang pisau yang tersisa diluar.
Azhura Kahn tertegun. Berhenti seketika dan menyadari bahwa dirinya telah lengah. Dia menunduk dan menatap bola mata Armenia yang berwarna hitam legam.
Darah berwarna merah segar bercampur keemasan memancar dari luka di punggung Sang Mahadewa Azhura Kahn. Inilah pertama kali Azhura Kahn terluka, inilah pertama kali Azhura Kahn merasakan sakit karena dilukai lawan, dan inilah pertama kali Azhura Kahn mengerti apa arti dari kutukan itu.
Bahwa hanya Armenialah yang bisa melukai dirinya. Melukai tubuh sekaligus hatinya…
***
Yazza terbatuk ketika pada akhirnya dia tidak bisa mempertahankan kekuatannya untuk mencengkeramkan kegelapan ke jiwa Armenia. Jiwa Armenia yang suci ini telah memaksanya untuk mengeluarkan kekuatan berkali lipat dari yang seharusnya ketika mencoba untuk menguasainya.
Darah segar berwarna hitam menyembur dari mulutnya, membuat tubuhnya terhuyung mundur dan lemah. Pada akhirnya Yazza menyerah dan melepaskan jiwa Armenia dari kungkungannya, dan sekali lagi Yazza memuntahkan darah hitam dari mulutnya sebelum tubuhnya terjatuh, kehilangan kesadaran.
Bersambung ke Part berikutnya.
Baca Parts Lainnya Klik Di siniKONTEN PREMIUM PSA
Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.
Download dan install PSA App terbaru di Google PlayFolow instagram PSA di @projectsairaakira
Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira
Bagian dari Mystical Kingdom Universe