Novel AB Azhura’s Bride dapat dibaca gratis sampai tamat hanya di projectsairaakira.com. Novel Romantis Fantasi Romance bagus berkualitas di Project Sairaakira
Baca Parts Lainnya Klik Di sini
- Azhura’s Bride Epilog : Takdir Sang Penuai [ Reaper’s Destiny ]
- Azhura’s Bride Part 45 : Kesempatan Kedua ( End )
- Short Story Azhura’s Bride : Tanda Perlindungan
- Azhura’s Bride Part 44 : Membuka Mata
- Azhura’s Bride Part 43 : Terima Kasih dan Pengorbanan
- Azhura’s Bride Part 42 : Hening Setelah Badai
- Azhura’s Bride Part 41 : Pergolakan Takdir
- Azhura’s Bride Part 40 : Pertanyaan Sang Kematian
- Azhura’s Bride Part 39 : Memaafkan
- Azhura’s Bride Part 38 : Teracuni
- Azhura’s Bride Part 37 : Mengalihkan Diri
- Azhura’s Bride Part 36 : Kesepakatan Gelap
- Azhura’s Bride Part 35 : Menggenggam Takdir
- Azhura’s Bride Part 34 : Bejana Takdir
- Azhura’s Bride Part 33 : Perlindungan Sang Dewa Perang
- Azhura’s Bride Part 32 : Ramalan Masa Depan
- Azhura’s Bride Part 31 : Perlindungan Seorang Ayah
- Azhura’s Bride Part 30 : Rahasia Alam
- 🔏Little Kingdom Series : AB – Hati yang Bertautan ( Buka dengan 20 poin )
- Azhura’s Bride Part 29 : Yang Paling Penting
- Azhura’s Bride Part 28 : Tak Sama Lagi
- Azhura’s Bride Part 27 : Rencana Alam Semesta
- Azhura’s Bride Part 26 : Terpisah
- Azhura’s Bride Part 25 : Ikatan dan Dendam
- Azhura’s Bride Part 24 : Azhura,Armenia,Yazza dan Cemburu
- Azhura’s Bride Part 23 : PERTEMUAN TAKDIR
- Azhura’s Bride Part 22 : Cemburu
- Azhura’s Bride Part 21 : Isteriku, Kau Melengkapiku
- Azhura’s Bride Side Story : Calamara
- Azhura’s Bride Part 20 : Damai Sebelum Badai
- Azhura’s Bride Part 19 : Pilihan Takdir
- Azhura’s Bride Part 18 : Jodoh Atspere, Sang Dewa Pemelihara
- Azhura’s Bride Part 17 : Badai di Ametyst
- Azhura’s Bride Part 16 : Karena Aku Mencintaimu, Isteriku
- Azhura’s Bride Part 15 : Azhura Kahn dan Armenia
- Azhura’s Bride Part 14 : Pengantin Azhura
- Azhura Bride’s Part Bonus : Indeks Para Dewa ( Gods of Ametys )
- Azhura’s Bride Part 13 : Pembalasan Dendam
- Azhura’s Bride Part 12 : Tempatmu Bukan di Kakiku
- Azhura’s Bride Part 11 : “Sang Kematian”
- Azhura’s Bride Part 10 : Tanda Kepemilikan
- Azhura’s Bride Part 9 : Ya atau Tidak, Armenia?
- Azhura’s Bride Part 8 : Zhura Al Gul
- Azhura’s Bride Part 7 : Kau isteriku, dan Aku Tidak Mau Ditolak
- Azhura’s Bride Part 6 : Anugerah atau Kutukan..?
- Azhura’s Bride Part 5 : Armenia…..
- Azhura’s Bride Part 4 : Awal Yang Baru
- Azhura’s Bride Part 3 : Membuang Untuk Melindungi
- Azhura’s Bride Part 2 : Masih Beranikah Kau Mempertanyakan Kehendakku?
- Azhura’s Bride Part 1 : Rendezvous ( Pertemuan )
- Azhura’s Bride Prolog : Azhura Kahn
Ketika Yazza membuka matanya, tubuhnya sudah terbaring di atas ranjang, para pelayannya pasti sudah menemukannya semalam, tergeletak di atas lantai, kehilangan kesadarannya. Yazza menatap jemarinya yang terluka dan berdarah, dia mengernyit, luka-luka di kukunya ini memang bisa cepat menghilang ketika kondisinya semakin pulih, tetapi menatap luka-luka ini, membuat bagian dalam jiwanya merasa marah.
Luka-luka ini mengingatkan bahwa meskipun menyandang nama dewa, dia hanyalah mahluk yang lemah.
Ya, seorang dewa bisa terluka, mahluk yang disebut dewa ini memiliki daging dan darah, sama seperti manusia, mereka juga bisa bercinta dan bereproduksi layaknya manusia, bahkan kadangkala ada beberapa dewa dan dewi, di luar ke empat belas dewa utama, yang memilih menjalin cinta dengan manusia dan memiliki anak setengah dewa dan setengah manusia. Secara fisikpun para dewa hampir sama dengan manusia, hanya saja ada beberapa dewa yang memiliki tampilan fisik yang lebih sempurna,
Beda yang lainnya, kaum dewa biasanya sangat kuat dan memiliki kemampuan menyembuhkan diri dengan cepat sehingga mereka sangat jarang terluka parah. Karena itulah secara keseluruhan kaum dewa jelas-jelas lebih kuat dari manusia, mereka memiliki kekuatan lebih yang diemban masing-masing sesuai dengan tugasnya untuk menjaga keseimbangan di dunia Ametyst.
Para dewa inipun sebenarnya tidak mudah terluka dan tidak mudah mati, jika mereka dilukai senjata biasa, tentu saja mereka bisa menyembuhkan diri dengan mudah. Hanya ada tiga senjata yang mereka takuti di dunia ini, yang pertama Kahn, yaitu pedang merah sang Azhura Kahn yang menyandang nama sama dengan nama Sang Azhura, yang kedua adalah flecha, busur dan anak panah emas Azhura Kahn yang dulunya milik Dewi Perdamaian, dan yang ketika adalah Macuahuiti, senjata mengerikan yang sekarang tersimpan di dalam tubuh Yazza.
Jika saja senjata yang dikutuk berada di dalam dirinya hanyalah senjata biasa, pastilah Yazza akan mudah menyembuhkan dirinya….. tetapi senjata ini adalah milik sang Azhura Kahn, sehingga Yazza harus mendapatkan bantuan dari ramuan Kubikh untuk menyembuhkan dirinya, jika tidak, dia akan terbaring lemah seperti ini dengan seluruh dirinya terasa remuk redam.
Ramuan Kubikh…..
Yazza mengernyit sambil melirik gelas piala yang berisi cairan hitam pekat itu. Cairan itu, yang harus diminumnya untuk menyembuhkan diri, cairan senikmat alkohol terlezat yang membuat para dewa mencandu… cairan yang menyembuhkan sekaligus merusak dirinya dari dalam, karena sekali meminum cairan kubikh, semua elemennya akan mengendap di dalam darah, bercokol di sana dan tak mau pergi……dan lama kelamaan, bisa mengubah dewa setampan apapun menjadi berwujud tengkorak hidup.
Dengan susah payah Yazza berusaha bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di tepi ranjang, diraihnya piala itu, dan ditenggaknya dalam sekali tegukan.
Setelah itu, Yazza memejamkan matanya, merasakan cairan kubikh yang merayapi tubuhnya, menelusup lewat pembuluh darahnya dan mengisi nadi-nadinya dengan kekuatan baru. Reaksi cairan Kubikh sangat cepat. Dalam sekejap, semua luka dalam Yazza karena serangan Macuahuiti tersembuhkan tanpa sisa.
Yazza bangkit berdiri, dan melangkah ke jendela.
Hujan badai telah berhenti……
Dan Kemudian, benaknya melayang jauh, jauh ke masa itu, masa-masa dimana kegelapan belum melingkupinya…masa dimana Atspere yang berarti musim semi, masihlah menjadi nama yang disandangnya….
***
“Kenapa kau begitu perhatian kepada manusia?” Atspere menyingkirkan sehelai rambut perak yang menjuntai di pipinya sambil menatap Calamara, saudara kembarnya itu sedang sibuk menyiapkan anak panahnya, anak panah perdamaian untuk dilesatkan ke dunia manusia, dimana kerumunan pasukan sebuah kerajaan di Ametyst yang sedang siap berperang, dan bergumam lagi,
“Kenapa tidak kau biarkan saja perang itu berlangsung? Mungkin itulah cara alam untuk melakukan seleksi alam, apa kau tidak tahu kalau jumlah manusia sudah begitu banyaknya, mereka beranak pinak tanpa henti dan hampir membuat dunia Ametyst meledak saking penuhnya.”
Calamara, yang begitu cantik dalam pakaian emasnya, mengurungkan niatnya untuk melesatkan anak panahnya dan menatap Atspere dengan sebal,
“Melakukan seleksi alam adalah tugas dewi penyakit dan dewa perusak.” Mata emasnya berkabut penuh kesedihan, “Manusia seharusnya tidak kehilangan nyawanya karena perang. Perang merusak semuanya, mengambil nyawa yang seharusnya tidak tercabut membuat anak-anak menjadi yatim dan isteri-isteri menjadi janda……menyebarkan perdamaian adalah satu-satunya cara yang aku bisa.”
Setelah mengucapkan kata-kata itu. Calamara kembali membidikkan panahnya, membiarkan anak panah itu melesat turun ke dunia manusia, menyebarkan perdamaian di sana.
Sementara itu Atspere hanya menatap saudara kembarnya itu dengan rasa sayang. Calamara selalu seperti itu, dia diciptakan dengan hati yang penuh kasih. Kadangkala Calamara terlalu berlebihan dalam melakukan tugasnya, mungkin karena dia memang benar-benar mencintai manusia. Atspere selalu berdoa dalam hati semoga Calamara selalu bahagia, Calamara adalah mahluk yang baik tanpa ada keburukan sedikitpun tersimpan di hatinya…. dia berhak untuk bahagia.
“Kalau Azhura Kahn selalu bersikap seperti itu, perang tidak akan pernah berhenti.” Atspere mencebik, membayangkan sang Mahadewa, pemimpin mereka yang entah kenapa suka sekali menciptakan perang di dunia manusia, seolah-olah manusia hanyalah bidak bidak catur untuk permainan.
“Jangan berkata begitu tentang pemimpin kita. Azhura Kahn diciptakan untuk menjadi dewa dari segala dewa, apapun yang dia lakukan, kita harus mematuhinya.” Calamara bergumam dengan nada menegur setengah berbisik.
Atspere hanya mengangkat bahunya, “Yah, tapi karena ulahnya kita semua jadi repot, bahkan aku sebagai dewa pemelihara juga kena imbasnya. Perang berkecamuk di mana-mana, apa yang bisa kupelihara? Semuanya rusak dan hancur di mana-mana.”
Calamara terkekeh melihat Atspere yang cemberut, dia meletakkan busur dan anak panahnya, lalu meraih tangan Atspere dengan bersemangat,
“Itulah tugas kita sebagai dewa, dan ngomong-ngomong, tugasku sudah selesai, yuk ikut aku.” Calamara mulai melangkah, setengah menyeret Atspere agar mengikutinya.
“Kemana?”
“Ke tempat sang Penjaga waktu, siapa tahu beliau sedang berbaik hati dan bersedia memberikan ramalannya.”
***
Kediaman Laikas sang penjaga waktu sama misteriusnya dengan penampilannya. Semuanya serba ditutupi kabut berwarna cokelat. Dan pekarangan istananya, dipenuhi dengan pasir coklat serupa dengan pasir di pantai-pantai. Yah, sang penjaga waktu selalu dihubungkan dengan pasir, itu semua karena jam pasir yang selalu dibawa-bawa di tangannya, jam pasir itu mengandung kekuatan yang bisa mengendalikan waktu. Tetapi meskipun terkenal sebagai Dewa yang misterius dan susah ditebak, kadangkala Laikas juga bersedia memberikan ramalannya kalau dia sedang berbaik hati.
“Memangnya kenapa kita kemari?” Atspere mengerutkan keningnya, masih mengikuti Calamara yang melangkah bersemangat di depannya, melalui lorong-lorong menuju ruang utama kediaman Laikas.
“Aku meminta Laikas meramal jodoh kita.” Calamara terkikik dan kemudian mengetuk pintu kayu besar berukiran bulan di depannya,
“Masuklah Calamara.” Suara Laikas terdengar tenang dari dalam sana, sang dewa tanpa bertanyapun sudah tahu siapa yang datang.
Calamara masuk sambil menarik Astpere mengikutinya,
“Selamat siang sang dewa waktu, apakah kau sedang berbaik hati untuk meramal kami?”
Laikas hanya tersenyum simpul, dia sebenarnya bukan peramal, hanya saja kekuatannya sebagai sang penjaga waktu kadangkala memberikan sekelebatan mimpi mimpi yang mengintip dan datang dari masa depan.
“Apa yang ingin kau tanyakan, Calamara?”
Calamara tersenyum lebar, “Bisakah kau meramal jodoh kami, jodohku dan Atspere?” dewi cantik itu sedikit merengut ketika Atspere menyikut lengannya dengan jengkel.
Laikas sendiri tersenyum simpul melihat tinggah kedua dewa kembar itu, Atspere dan Calamara memang tak terpisahkan, mereka dikenal sebagai dewa bersaudara yang memiliki ikatan kuat satu sama lain.
“Aku akan mencoba.” Laikas memejamkan matanya, mencoba melihat ke masa depan Calamara, biasanya dia bisa mengintip dengan mudah, meskipun sesuai dengan aturan, dia tidak akan memberikan semua yang bisa dia lihat kepada siapapun yang bertanya kepadanya. Laikas biasanya hanya akan memberikan isyarat-isyarat dan petunjuk misterius saja.
Masa depan memiliki waktunya sendiri, dan sesungguhnya semua mahluk yang ada di masa kini, dilarang mendahului masa depannya.
Tetapi lama dia mencoba, terus berusaha mengintip dan mencari tahu….sayangnya Laikas tidak bisa melihat apapun….. yang ada di pandangannya…. cuma gelap. Dia mengerutkan keningnya. Lalu membuka matanya dan menatap Calamara tajam,
“Aku tidak melihat apapun, Calamara.” Kecemasan tiba-tiba merayapi hati Laikas. Jika seorang dewa tidak terlihat masa depannya, hanya ada satu kemungkinan…..
“Jadi maksudmu aku akan menjadi lajang selamanya?” Calamara memekik, dan kemudian merengut pada Atspere yang terkekeh menertawakannya,dua saudara itu begitu ceria, sehingga tidak menyadari ekspresi Laikas yang berubah sedih.
“Bagaimana denganku? Apakah kau bisa melihatnya Laikas?” Atspere tiba-tiba tertarik, dan bertanya kepada Laikas.
Dan sekali lagi Laikas memejamkan matanya, kali ini pengelihatannya membuatnya tersenyum.
“Seorang anak manusia akan dilahirkan untukmu….. dia anak manusia cantik berambut hitam dan bermata keemasan…..Kau akan mengetahuinya begitu melihatnya.”
“Manusia?” Atspere tampak tidak puas, “Aku tidak mau dengan manusia.”
Atspere lalu menatap saudarinya yang hanya tersenyum geli dan lalu mengalihkan pandangannya kepada Laikas yang masih terpejam tenggelam dalam dunia mimpinya melintasi waktu. Laikas kadang seperti itu….ketika dia tenggelam dalam penjelajahan waktunya, sang Dewa seolah masuk ke dunianya sendiri, dan itu bisa berlangsung berjam-jam sampai Laikas terbangun dari penjelajahannya.
Atspere kemudian membungkukkan badannya dengan hormat meskipun tahu bahwa Laikas tidak melihat ataupun mendengarnya, dia tetap berpamitan, “Permisi wahai Laikas sang penjaga waktu… kami akan pergi, terimakasih atas kesediaanmu meramal untuk kami.”
Tentu saja tidak ada tanggapan dari Laikas. Sang Dewa penjaga waktu masih memejamkan matanya, seolah tidak mendengarkan salam mereka.
Calamara dan Atspere saling berpandangan, dan kemudian mereka mengangkat bahu, lalu meninggalkan Laikas dan pergi dari kediaman sang Dewa penjaga waktu
……..
Calamara dan Atspere tidak mengetahui apa yang dilihat oleh Laikas setelah mereka pergi. Laikas melihat perang…. melihat kematian… dan anak perempuan itu, yang sedianya menjadi jodoh Atspere…. karena berbagai kejadian yang bertautan penuh dengan kesedihan, kemarahan dan dendam…..Takdir anak perempuan itu pada akhirnya oleh alam semesta diubah menjadi jodoh sang Azhura Kahn….
***
Yazza mengerjapkan matanya, kembali ke masa sekarang. Dia menyentuh keningnya dengan sedih.
Ingatan tentang Calamara selalu membuatnya sedih…
Dan ingatan itu juga membawa kembali ingatan Yazza akan ramalan Laikas dulu. Seorang perempuan manusia akan dilahirkan untuknya, berambut hitam dan bermata emas…
Dan Yazza akan tahu begitu melihatnya….
Seperti ketika melihat sosok kecil Armenia untuk pertama kalinya, anak perempuan berambut hitam dan bermata emas…..
Dan Yazza langsung tahu…
***
Kecupan lembut di punggungnya membuat Armenia menggeliat pelan, dia tertidur dengan posisi tertelungkup di atas ranjang yang nyaman itu, tubuhnya telanjang dan rambutnya terurai menutupi setengah pundaknya.
Kecupan-kecupan panas itu terasa menggoda di pundak Armenia, sebuah tangan kekar menggerakkan jemarinya dengan lembut lalu menyingkirkan rambut Armenia sehingga pundaknya telanjang penuh, menampilkan kulit halus yang berkilauan karena resapan minyak arozhyukure di tubuhnya.
Armenia membuka matanya, setengah sadar dan menatap ke sekeliling, semuanya tampak samar-samar sampai dia menyadari dia berada di mana.
Ruangan yang indah ini…. penuh dengan ukiran emas dan kain kailfah merah berkualitas tinggi yang langka…. dan sprei luar biasa halus di bawah kulitnya, yang memberikan kenyamanan tak tertahankan…
Ini adalah peraduan sang Azhura Kahn, dan sang pemilik ruangan ini sedang berada di atas punggungnya yang telanjang sambil mengecupi pundaknya dengan penuh gairah,
“Apakah kau sudah bangun?” Sang Mahadewa berbisik di telinganya, menimbulkan rasa geli menggelenyar yang merambati tubuh Armenia.
Armenia merona. Semalam mereka berdua begitu intim, penyatuan yang sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh Armenia sebelumnya. Azhura Kahn begitu sabar mengajarinya, membimbingnya yang tidak berpengalaman hingga bisa bersama-sama terhantarkan pada puncak kenikmatan yang luar biasa. Armenia merasa begitu malu, dia menenggelamkan wajahnya di bantal bulu empuk, tidak berani bertatapan langsung dengan Azhura Kahn
“Kau sudah bangun.” Ada senyum di suara Azhura Kahn, sang Mahadewa menelusurkan jemarinya di pundak Armenia, dan kemudian menyentuh dagu pengantinnya, jemari itu bergerak untuk menolehkan wajah Armenia yang merona merah ke arahnya, “Selamat pagi, Armenia.” Bibir sang Azhura Kahn menyentuh bibir Armenia dan melumatnya lembut, sedikit terlalu bergairah pada akhirnya, tetapi sang Mahadewa bisa menahan diri dan menarik kepalanya menjauh.
“Jika kita melanjutkan ini, kau akan berakhir di ranjangku seharian penuh.” Azhura Kahn membalikkan tubuh Armenia dengan lembut, dan lelaki itu membungkuk di atasnya, setengah menindihnya. “Apakah badanmu baik-baik saja?”
Armenia menatap mata merah yang menatapnya begitu tajam dan intens, wajahnya terasa panas. Dan pada akhirnya dia bisa memaksa dirinya untuk menganggukkan kepalanya. Tubuhnya memang terasa aneh, tetapi sepertinya dia baik-baik saja.
“Apakah aku terlalu kasar terhadapmu? Menyakitimu?” Azhura Kahn bertanya lagi.
Kali ini lebih mudah, Tubuhnya tidak sakit dan Azhura Kahn begitu lembut terhadapnya. Armenia menggelengkan kepalanya sekali lagi.
Ada senyum di sudut bibir sang Mahadewa ketika bertanya kembali.
“Apakah kau menikmati yang semalam? Apakah aku memuaskanmu?”
Pertanyaan itu terdengar begitu intim, apalagi diucapkan oleh sang Mahadewa yang sekarang menindih tubuhnya, setengah membungkuk di atasnya dengan tubuh telanjang yang kokoh dan sempurna dari ujung kepala sampai kaki, kepala mereka berdekatan dan bibir mereka hanya sepersekian jaraknya untuk berciuman…..
Armenia merasa panas, panas yang membara dari dalam tubuhnya, tetapi dia harus menjawab pertanyaan itu. Dan jawabannya memang hanya satu.
Armenia menganggukkan kepalanya, malu-malu.
Sang Mahadewa Azhura Kahn terkekeh. Lelaki itu menunduk dan mengecup dahi Armenia, bergeser ke ujung hidungnya dan kemudian mengecup bibirnya lagi dengan kecupan sayang yang lembut,
“Kau benar-benar isteri yang sempurna, Armenia.”
***
Pagi itu, entah kenapa di seluruh dunia Ametyst terasa begitu damai dan indah, badai semalam seolah menghilang tak ada jejaknya. Matahari bersinar begitu cerahnya, udara tercium begitu segar dan bahkan samar-samar tersenyum aroma wangi Arozhyukure pertanda bahwa berkat sang Mahadewa sedang melimpah atas dunia Ametyst. Bunga-bunga bermekaran dengan indahnya, semua terasa indah, semua terasa cerah, dan semua yang ada di alam seolah-olah sedang berbahagia.
Penduduk Ametystpun langsung bersujud syukur di kuil-kuil Mahadewa Azhura Kahn, doa mereka telah dikabulkan, ketakutan mereka telah dimusnahkan. Azhura Kahn telah mengusir badai yang menakutkan itu, dan menggantinya dengan cuaca musim semi yang paling indah dari semua yang pernah mereka rasakan….
Sang Mahadewa Azhura Kahn sedang berbahagia, dan seluruh penduduk dunia Ametyst merasakan berkatnya…..
Baca Parts Lainnya Klik Di sini- Azhura’s Bride Epilog : Takdir Sang Penuai [ Reaper’s Destiny ]
- Azhura’s Bride Part 45 : Kesempatan Kedua ( End )
- Short Story Azhura’s Bride : Tanda Perlindungan
- Azhura’s Bride Part 44 : Membuka Mata
- Azhura’s Bride Part 43 : Terima Kasih dan Pengorbanan
- Azhura’s Bride Part 42 : Hening Setelah Badai
- Azhura’s Bride Part 41 : Pergolakan Takdir
- Azhura’s Bride Part 40 : Pertanyaan Sang Kematian
- Azhura’s Bride Part 39 : Memaafkan
- Azhura’s Bride Part 38 : Teracuni
- Azhura’s Bride Part 37 : Mengalihkan Diri
- Azhura’s Bride Part 36 : Kesepakatan Gelap
- Azhura’s Bride Part 35 : Menggenggam Takdir
- Azhura’s Bride Part 34 : Bejana Takdir
- Azhura’s Bride Part 33 : Perlindungan Sang Dewa Perang
- Azhura’s Bride Part 32 : Ramalan Masa Depan
- Azhura’s Bride Part 31 : Perlindungan Seorang Ayah
- Azhura’s Bride Part 30 : Rahasia Alam
- 🔏Little Kingdom Series : AB – Hati yang Bertautan ( Buka dengan 20 poin )
- Azhura’s Bride Part 29 : Yang Paling Penting
- Azhura’s Bride Part 28 : Tak Sama Lagi
- Azhura’s Bride Part 27 : Rencana Alam Semesta
- Azhura’s Bride Part 26 : Terpisah
- Azhura’s Bride Part 25 : Ikatan dan Dendam
- Azhura’s Bride Part 24 : Azhura,Armenia,Yazza dan Cemburu
- Azhura’s Bride Part 23 : PERTEMUAN TAKDIR
- Azhura’s Bride Part 22 : Cemburu
- Azhura’s Bride Part 21 : Isteriku, Kau Melengkapiku
- Azhura’s Bride Side Story : Calamara
- Azhura’s Bride Part 20 : Damai Sebelum Badai
- Azhura’s Bride Part 19 : Pilihan Takdir
- Azhura’s Bride Part 18 : Jodoh Atspere, Sang Dewa Pemelihara
- Azhura’s Bride Part 17 : Badai di Ametyst
- Azhura’s Bride Part 16 : Karena Aku Mencintaimu, Isteriku
- Azhura’s Bride Part 15 : Azhura Kahn dan Armenia
- Azhura’s Bride Part 14 : Pengantin Azhura
- Azhura Bride’s Part Bonus : Indeks Para Dewa ( Gods of Ametys )
- Azhura’s Bride Part 13 : Pembalasan Dendam
- Azhura’s Bride Part 12 : Tempatmu Bukan di Kakiku
- Azhura’s Bride Part 11 : “Sang Kematian”
- Azhura’s Bride Part 10 : Tanda Kepemilikan
- Azhura’s Bride Part 9 : Ya atau Tidak, Armenia?
- Azhura’s Bride Part 8 : Zhura Al Gul
- Azhura’s Bride Part 7 : Kau isteriku, dan Aku Tidak Mau Ditolak
- Azhura’s Bride Part 6 : Anugerah atau Kutukan..?
- Azhura’s Bride Part 5 : Armenia…..
- Azhura’s Bride Part 4 : Awal Yang Baru
- Azhura’s Bride Part 3 : Membuang Untuk Melindungi
- Azhura’s Bride Part 2 : Masih Beranikah Kau Mempertanyakan Kehendakku?
- Azhura’s Bride Part 1 : Rendezvous ( Pertemuan )
- Azhura’s Bride Prolog : Azhura Kahn
” karena berbagai kejadian yg bertautan dg kesedihan, kemarahan & dendam akhirnya takdir anak perempuan yg menjadi jodoh yazza oleh alam semesta dirubah menjadi jodoh azhura kahn”
Dan yazza sudah langsung mengetahui jodohnya adlah armenia.
Bergetar hatiku baca ini, kasian yazza😥
Udah kehilangan saudara kembar kesayangannya lalu jodohnya pun sudah bukan jodohnya lagi.
Dan yg lebih miris lagi kini dia berkubang dlm api dendam yg mana dulu dia adalah seseorang yg begitu ceria.
Adakah keadilan untuk yazza thor?
Sumpah ngenes banget jd yazza
selamat beraktivitas
selamat pagi