Asia memejamkan matanya, kakinya berjinjit, bahunya ada dalam pegangan jemari Akira nan kuat, kedua lengannya melingkar di leher kokoh sang Jenderal. Dan bibirnya…. entah keberanian dari mana, bibirnya menempel di bibir Akira yang terkatup rapat dan menciumnya!
Asia mencoba melumat bibir sang Jenderal, belajar dari apa yang pernah dilakukan Akira kepadanya, dan kemudian bibir Akira terbuka sedikit, hanya sedikit hingga bibir Asia bisa menyelip di selanya.
Lekaki itu tidak bergerak sedikitpun, hanya membiarkan Asia melumat bibirnya, tidak tercermin apa yang ada dibenaknya, Akira tidak mencoba membalas ciuman Asia, tetapi tidak juga mendorong Asia.
Jantung Asia berdegup kencang ketika dia menghentikan ciumamannya, napasnya terengah ketika dia menarik bibirnya dari bibir sang Jenderal. Dengan gemetar Asia melepaskan belitan lengannya dari leher Akira, dia berusaha menjauh, tetapi kedua pundak mungilnya masih ada dalam genggaman jemari sang Jenderal.
Asia mengintip dari balik bulu matanya, merasa malu dan menyesal setengah mati karena telah melakukan tindakan impulsif seperti itu.
Apa yang ada di benaknya? Kenapa dia memutuskan mencium sang Jenderal tiba-tiba? Apa yang dipikirkan Akira tentang dirinya sekarang?
Mata Akira yang tajam berkilat ketika menyambar tatapan mata Asia.
“Kenapa kau menciumku?”
Pertanyaan itu lebih seperti ungkapan keterkejutan daripada ejekan. Akira benar-benar tampak terkejut karena Asia menciumnya tanpa peringatan.
Kenapa suaminya begitu terkejut ketika Asia menciumnya?
Pipi Asia memerah, terasa panas, dia hendak menjauh tetapi jemari sang Jenderal menahannya, lelaki itu menjaganya tetap dekat, tetap intim. Matanya menyipit dan wajahnya makin mendekat,
“Biar kutunjukkan seperti apa aku ingin kau menciumku.” Suara Akira serak, lelaki itu makin menunduk hingga napasnya terasa panas di bibir Asia. Lalu bibir itu melumatnya, tanpa permisi, tanpa permintaan izin.
Akira melumat bibir Asia seolah memang Asia miliknya sejak lama, dia mencecap, melahap, menikmati tanpa pembatas apapun, membuat Asia tergeragap, tidak bisa melakukan apa-apa selain membuka bibirnya yang meranum, pasrah akan lumatan hangat sang jenderal.
Lidah sang Jenderal menggodanya dengan sabar, mengajarinya, memberinya kelembutan yang sebelumnya tidak pernah diberikannya seutuhnya kepada Asia.
Dan tiba-tiba saja tubuh Asia terangkat, Akira mendorongnya ke tembok, memposisikan Asia terdesak dengan kaki membuka, lalu menempatkan pinggul kokohnya di antara kedua kaki Asia, sebelah tangan Akira memposisikan kaki Asia supaya terangkat, membuat tungkainya melingkari pinggul sang Jenderal.
Akira masih melumat bibir Asia, menyatukan napas panas mereka dan sensasi manis menggoda dari gairah yang mulai meletup, memaksa untuk dipuaskan.
Lelaki itu dengan vulgar menekan pinggulnya di antara kedua paha Asia, membuat Asia terkesiap, merasakan kekerasan di sana.
Ada senyum di mata Akira ketika melepaskan ciuman panas mereka, lelaki itu mengusapkan ibu jarinya di bibir Asia yang bengkak dan membara karena dilumat habis-habisan, sentuhannya meninggalkan jejak panas di sana, begitupun dengan tatapannya yang membara.
“Bagaimana..” Akira menghadiahkan kecupan-kecupan kecil di bibir Asia yang mendamba, “Kalau…” diberikannya kecupan lagi di sela ucapannya, seolah-olah sang Jenderal kesulitan memilih antara mencium Asia ataukah meneruskan kalimatnya, “Kita lanjutkan…..”
Suara ketukan pintu menghentikan keintiman mereka. Tubuh Akira berubah kaku, ekspresi dingin dan keras langsung melingkupi wajahnya. Lelaki itu menurunkan kaki Asia yang melingkar di pinggulnya, dan menopang tubuh Asia yang lemas dan terengah-engah. Tetapi tubuhnya menjauh, keintiman yang tercipta di antara mereka musnah begitu saja.
“Bisa berdiri?” Akira menyipitkan matanya, menatap tajam ke arah Asia yang masih begitu lemas, seolah seluruh tenaganya terkuras begitu saja oleh satu ciuman.
Asia memalingkan wajahnya dengan pipi membara jengah, mencoba mengumpulkan suaranya, meskipun pada akhirnya yang keluar adalah suara mencicit pelan,
“Bisa.”
Akira langsung melepaskan pegangannya.
“Jikalau ada yang berani mengetuk pintuku, berarti itu adalah sesuatu yang penting.” Lelaki itu mengedikkan bahunya ke pintu. “Aku akan menyelesaikan urusan apapun itu, lalu aku akan kembali kemari, oke?”
Pipi Asia mememerah, memahami maksud yang tersirat di sana. Akira akan kembali bukan hanya untuk tidur.
“Oke.” Jawabnya lemah.
“Bagus, beristirahatlah.” Jemari Akira menyapu pipi Asia lembut, lalu lelaki itu membalikkan tubuhnya, dan tanpa menoleh lagi membuka pintu, berbicara dengan seseorang di sana, lalu menutup pintu di belakangnya, meninggalkan Asia sendirian di kamar.”
***
“Aku harap ini penting, Paris.” Akira menyipitkan matanya dengan ekspresi muram, menatap Paris yang memberi hormat kepadanya.
“Maafkan Jenderal, pasukan elite pengawal pribadi nona Asia sudah tiba.”
“Berapa orang?”
“Sepuluh orang terbaik yang sudah saya seleksi. Mereka akan mengawasi rumah ini untuk menopang pasukan pengawal rumah ini, mereka akan selalu berada di sekitar nona Asia dan melindungi nona Asia. Yang pasti perimeter keamanan nona Asia tidak akan tertembus lagi.”
“Bagus.” Akira sedikit menipiskan bibirnya, “Apakah Athena ada di antara mereka?”
Paris berdehem, sedikit serba salah, “Ya Jenderal. Anda bilang jika nona Athena kompeten maka saya bisa memasukkannya. Dia lolos seluruh tes dengan nilai tinggi.”
“Oke. Di mana mereka?”
Paris menganggukkan kepalanya. “Mereka ada di lobby, menunggu instruksi anda.”
“Kamar mereka sudah disiapkan?”
“Sudah siap semuanya.” Jawab Paris cepat.
Rumah Jenderal Akira memang terdiri dari dua bangunan besar utama. Bangunan yang pertama adalah rumah sang Jenderal, tempat Jenderal Akira melakukan kegiatan harian dan beristirahat jika malam telah tiba. Sedangkan bangunan kedua lebih mirip asrama, seluruh tentara yang bertugas menjaga rumah ini tinggal di sana. Dan untuk pasukan pengawal elite yang biasanya bertugas menjaga sang Jenderal dari perimeter terdekat, mereka tinggal di asrama khusus di sayap terdekat dengan rumah sang Jenderal dengan pintu penghubung yang membuat mereka bisa selalu ada dan selalu siap dalam tugasnya melindungi Jenderal Akira berikut keluarganya.
“Aku akan menemui mereka.”
Akira melangkah, melalui lorong rumahnya dan membuka pintu utama yang membatasi lorong kamar dengan bagian lobby utama.
Seluruh tentara yang berdiri di sana langsung berdiri tegak dan memberi hormat ketika Akira memasuki ruangan. Akira membalas sikap hormat itu, lalu menatap tanpa ekspresi ke sepuluh tentara elit yang telah melalui tahap seleksi tersulit sebagai pengawal pribadi.
“Selamat. Kalian berada di sini, berarti kalian kompeten.” Mata Akira menelusuri satu-persatu tentara yang ada di sana, berhenti beberapa detik di wajah Athena. “Sekarang beristirahatlah, besok banyak tugas menanti.” Mata Akira menyipit penuh ancaman, “Kalian bertugas untuk menjaga rumah ini, terutama menjaga isteriku. Tentu kalian sudah tahu bukan hukuman apa yang kuberikan kepada pasukan pengawal rumah terdahulu yang gagal menjaga isteriku hingga dia hampir diculik?”
Pertanyaan itu mengambang di udara, melemparkan nada mengerikan yang membuat siapapun merasa terancam.
“Aku tidak pernah menerima kegagalan.” Akira mendesis, “Jika terjadi sesuatu lagi pada isteriku dan anak yang dikandungnya, aku sendiri yang akan menghabisi kalian dengan tanganku.”
Dan kalimat penuh ancaman itu menutup pembicaraan mereka, mengantarkan seluruh pasukan pengawal elite itu untuk beristirahat dalam suasana penuh intimidasi.
***
“Bangun.” Sentuhan lembut nan kuat membangunkan Asia dari lelapnya, entah sejak kapan Asia tertidur, mungkin sejak tadi ketika dia menanti dalam keheningan menunggu Akira kembali.
Asia mengerjap-ngerjapkan matanya, dan terkesiap ketika menerima kecupan di sisi lehernya.
“Dasar tukang tidur. Bangun.” Bisikan maskulin yang diiringi dengan napas panas di sisi leher dan telinganya membuat Asia tersadar, membuka matanya lebar dan menemukan bahwa dirinya ada di bawah tindihan tubuh keras Akira yang setengah telanjang.
Lelaki itu hanya mengenakan celana piyama sutera gelap yang sedikit melorot di pinggulnya.
“Akira?” Asia bergumam, sedikit parau sisa dari lelapnya yang dibangunkan paksa. Jantungnya berdesir pelan, napasnya mulai terengah merasakan betapa dekatnya tubuh mereka.
Panas tubuh Akira seolah menembus gaun tidurnya yang tipis, mengalirkan bara yang membuat tubuh Asia terasa terbakar, entah kenapa.
“Ya. Aku Akira, aku suamimu.” Akira mendesis, lalu melumat bibir Asia, membawanya ke dalam pusaran gairah, dengan ledakan penuh kenikmatan di ujungnya.
***
Akira mengancingkan kancing teratas mantel hitam tentaranya lalu mengerutkan keningnya merasakan udara dingin menelusup melalui sela ventilasi udara di dinding teratas kamar. Musim dingin sudah hampir habis di penghujung tahun, tetapi kekuatannya sedang berada di puncaknya, hingga bahkan pemanas ruangan terbaikpun terkalahkan oleh dinginnya udara.
Langkah-langkah sepatu boot Akira teredam oleh tebalnya karpet ruangan, ketika dia membuka tirai jendela, memastikan sinar matahari pagi yang menembus malu-malu, terkalahkan oleh buliran salju yang makin merapat seolah ingin menutup udara yang dilaluinya.
Setelah itu tatapan sang Jenderal berhenti, ke arah ranjang, ke arah punggung telanjang pucat di sana. Selimut yang menutupi tubuh Asia yang sedang tertidur pulas melorot sampai ke pinggangnya, menampakkan punggung dengan kulit halus dan mengundang.
Akira melangkah ke pinggir ranjang, sejenak bergeming di sana. Lalu jemarinya bergerak, menyentuh permukaan kulit itu dengan elusan seringan bulu, menelusuri sepanjang garis tulang belakang Asia yang rapuh. Sentuhannya itu membuat tubuh Asia bergerak, menggumam pelan masih dalam tidur lelapnya, lalu beralih posisi dan memiringkan tubuhnya meringkuk sambil memeluk lutut serupa posisi janin di dalam kandungan, perempuan itu sedikit menggigil kedinginan.
Akira mengernyit, lalu tanpa kata menarik selimut tebal berwarna cokelat tua untuk menutupi tubuh Asia sampai ke pundaknya, menciptakan pemandangan kontras antara selimut yang gelap dengan kulit Asia nan pucat.
Akira melemparkan tatapan tak terbaca lalu membalikkan badannya ke arah pintu.
Ketika dia membuka pintu, Akira langsung berhadapan dengan Athena yang berdiri tegak di sana dengan seragam tentara lengkap seolah menantinya.
Akira mengerutkan keningnya,
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Athena memberi hormat, meskipun tidak bisa mencegah matanya mencuri pandang ke arah pintu yang masih terbuka di belakang punggung Akira, menampilkan pemandangan Asia yang sedang tertidur lelap di atas ranjang. Rupanya Asia bergerak lagi hingga selimutnya sedikit melorot ke atas payudaranya, menampakkan pundaknya yang telanjang.
Akira menatap arah pandangan Athena, lalu tanpa kata menutup pintu di belakangnya sehingga Athena tidak bisa melihat lebih lama lagi.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Akira mengulangi perkataannya dengan nada tidak suka. Sang Jenderal tidak terbiasa mengulangi lagi pertanyaannya kepada orang yang dianggapnya lebih rendah di bawahnya. Dan sayangnya, di After Earth ini, semua orang berkedudukan lebih rendah di bawahnya.
“Saya ditugaskan khusus untuk menjaga nyonya Asia.” Athena menjawab singkat, masih berdiri tegak dalam penghormatan militer.
Akira mengangkat alisnya, “Dia masih belum bangun, dan aku akan memerintahkan kepada semuanya supaya dia tidak diganggu. Kau bisa kembali ke kamar atau menunggu di sini sampai dia bangun, terserah padamu, Athena.”
Akira tidak menunggu reaksi Athena, lelaki itu melangkah pergi menelusuri lorong, meninggalkan Athena yang masih berdiri di sana dengan tatapan kosong ke arah pintu.
“Isteri anda tampak begitu mungil dan rapuh.” Athena tiba-tiba bergumam, membuat Akira memperlambat langkahnya dan membalikkan badannya.
“Apa maksudmu?” Tanya Akira tanpa ekspresi.
Athena mendongakkan matanya, “Maksud saya…. mengingat … mengingat percintaan kita dulu….” Athena berdehem, seolah kepercayaan diri yang selalu melekat di dirinya runtuh begitu saja. Di kilauan matanya yang indah, terlihat jelas kenangannya dengan sang Jenderal, percintaan penuh hasrat muda di masa lampau yang pernah mereka lalui bersama, “Saya tidak yakin … isteri anda bisa memuaskan anda.”
Mata Akira menyipit, “Dan apa urusanmu menanyakan itu, Athena? Apakah kau sedang menawarkan diri menjadi pemuas hasratku?”
Pertanyaan itu membuat pipi Athena memucat, “Bukan. Bukan begitu maksud saya…. saya hanya…”
“Tugasmu adalah menjaga nyonyaku yang ada di dalam kamar itu beserta bayi di dalam kandungannya. Tidak ada yang lain. Aku tidak akan pandang bulu, Athena. Jika kau gagal, kau akan menerima akibatnya.”
Tanpa perasaan Akira membalikkan badan, hendak melangkah pergi, tetapi sang Jenderal lalu menolehkan kepalanya dan melirik Athena lewat bahunya,
“Dan mengenai tawaranmu tadi. Tidak, terimakasih Athena. Kau pasti tahu aku telah menghamili Asia, dan kehamilan itu hanya bisa terjadi jika aku puas.”
Akira melangkah, dan meninggalkan Athena terpaku di sana, menatap setiap langkahnya sampai menghilang di ujung lorong.
***
“Lihat!”
Anak-anak panti itu berteriak dengan bersemangat sambil menunjuk-nunjuk ke arah kerumunan orang di sepanjang jalan. Mereka berlima, Asia dan empat anak panti dengan usia yang bervariasi antara sepuluh sampai lima belas tahun. Ibu panti meminta Asia mengajak anak-anak ke pasar untuk mengajari mereka berbelanja.
Mereka sedang dalam perjalanan ke arah pasar di pusat kota ketika kerumunan orang di sepanjang jalan menghentikan langkah mereka.
Asia menggandeng salah seorang anak panti yang berada paling dekat dengannya, dan memberi isyarat kepada ketiga anak panti yang lain supaya mereka menjaga untuk tetap saling bergandengan dan tidak melepaskan pegangan apapun yang terjadi.
Hal yang paling sulit bagi Asia ketika membawa anak-anak ke kota adalah menjaga supaya Asia tidak kehilangan mereka. Anak-anak panti ini belum pernah ke kota sebelumnya, sehingga kadang mereka tidak menyadari bahwa rasa ingin tahu dan semangat mereka bisa membahayakan.
“Ada apa?”Asia bertanya kepada seorang perempuan setengah baya yang sedang berdiri di depannya, ikut dalam kerumunan.
Perempuan itu hanya melirik sedikit dari ekor matanya, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke ujung jalan, seolah-olah menanti sesuatu muncul di sana.
“Rombongan utama Sang Jenderal Besar akan lewat.” Jawab perempuan itu acuh tak acuh, bahkan untuk menatap Asia ketika berbicarapun, dia merasa tak butuh.
“Jenderal Besar… Yang Mulia Jenderal Akira?” Salah seorang anak panti dalam gandengannya berbisik di telinga Asia.
Asia memberikan jawaban dengan menganggukkan kepalanya, tiba-tiba saja merasa tertarik untuk menunggu iring-iringan sang Jenderal besar datang.
Sejak kematian Jenderal Besar Moroko, ayahanda Jenderal Akira, seluruh rakyat After Earth memang belum pernah mendapat kesempatan untuk melihat secara jelas wajah Jenderal Akira. Sang Jenderal memang tidak pernah muncul, sedikit sekali orang yang pernah melihat wajahnya, hanya reputasinya yang berhamburan di mana-mana, dan itu adalah reputasi mengerikan sebagai tentara dengan kemampuan membunuh paling menakutkan.
Dan kemudian, apa yang ditunggu-tunggu oleh semua orang muncul. Panji-panji bendera hitam dengan bintang emas di tengahnya tampak di ujung jalan. Asia sedikit berjinjit dan melongokkan lehernya untuk lebih jelas melihat menembus kerumunan. Kemudian Asia merasakan genggaman di tangannya dipererat, dia menoleh dan tersenyum melihat anak panti di sebelahnya tampak menahan napas penuh antisipasi.
Yah, pengalaman melihat iring-iringan sang Jenderal Besar, pemimpin tertinggi mereka tentu adalah pengalaman langka yang bisa membuat siapapun menahan napas.
“Banyak sekali tentara!” Seru salah seorang anak panti, “Mereka seperti paman Cesar!!”
…………
Seperti paman Cesar?
***
Asia tergeragap, terbangun dari tidurnya. Matanya menatap nyalang ke arah pintu, lalu mengerutkan kening ketika merasakan nyeri yang berdenyut di kepalanya. Dia mengerang pelan sambil memijit sisi dahinya.
Ingatan masa lalu lagi….
Sekarang Asia tahu kalau setiap kenangan yang terlupakan itu datang menyapanya, kepalanya pasti akan terasa nyeri.
Paman Cesar? Apa……
“Anda tidak apa-apa nyonya?”
Sebuah suara yang tiba-tiba muncul di sebelahnya membuat Asia terperanjat kaget, dia menoleh dan langsung bertatapan mata dengan pemilik wajah yang sangat cantik dan mempesona.
Perempuan itu, yang berdiri di samping ranjangnya, bertubuh tinggi, mengenakan seragam tentara yang melekat pas di tubuhnya dan menambah pesonanya. Rambut berkilauan perempuan itu disisir rapi ke belakang dan dicepol sempurna di atas tengkuknya. Wajahnya yang merupakan perpaduan kulit nan indah, mata, hidung, bibir, dan tulang pipi yang seolah diletakkan dengan sempurna di sana, nampak cemas menatapnya
“Mohon maaf saya masuk tanpa izin, anda mengigau keras hingga terdengar ke luar ruangan, saya pikir terjadi sesuatu kepada anda.” Perempuan cantik itu menuangkan botol air di samping ranjang ke gelas kristal yang tersedia. Lalu membuka tube pil obat milik Asia, dan kemudian mengangsurkannya ke hadapan Asia.
“Mohon maaf…. selimut anda… saya takut anda kedinginan.” Gumam perempuan itu sambil melirik ke bagian bawah Asia. Membuat Asia menundukkan kepalanya dan sedikit memekik ketika melihat selimutnya yang melorot sampai pinggang, menampilkan perut hamil dan kulit telanjangnya yang penuh dengan…. penuh dengan tanda-tanda merah bekas kecupan menggelora sang Jenderal di permukaan kulitnya semalam!
Dengan jemari bergetar karena malu, Asia menarik selimut itu sampai ke bawah dagunya,
“Maafkan aku.” Gumamnya dengan pipi membara.
Tentara perempuan cantik di depannya itu tersenyum maklum,
“Tidak apa-apa.” Gumamnya tenang, “Ini silahkan diminum obatnya, nyonya Asia. Dokter Frederick mengatakan kepada saya bahwa anda harus meminum obat itu jika anda merasa sakit kepala….. Anda tadi memegang kepala anda dan mengerang kesakitan. Saya berasumsi bahwa anda mendapat serangan sakit kepala.” Perempuan itu mengangsurkan kedua benda di tangannya, “Pil ini silahkan dimasukkan ke mulut anda, untuk meredakan sakit kepala anda.”
Asia menatap pil dengan teknologi khusus yang bisa langsung terserap tanpa rasa oleh tubuhnya hanya dengan kontak dengan air liur itu, itu adalah pil yang sama yang diberikan oleh Jenderal Asia kepadanya sebelumnya….
Perempuan itu melanjutkan lagi, “Dan air ini…. sepertinya anda membutuhkannya, napas anda terengah, anda seperti habis bermimpi buruk.”
Asia menganggukkan kepalanya, menerima pil kecil itu di telapak tangan kanannya dan gelas air di tangan kirinya bingung apa yang harus dilakukannya duluan, minum airkah? Atau menelan pilnya?
Asia tidak perlu waktu lama untuk memutuskan. Nyeri di kepalanya semakin menjadi. Dia harus meminum pil itu dulu.
Asia hendak memasukkan pil itu ke mulutnya, tetapi gerakannya berhenti di udara.
Dia tidak tahu siapa perempuan ini.
Meskipun mengenakan pakaian tentara dan tampak begitu familiar dengan situasi rumah ini, bahkan menyebut nama dokter Frederick seolah sudah mengenalnya sejak lama…. tetapi Asia harus tetap berhati-hati bukan? Bukankah penculiknya yang bernasib naas terdahulu juga mengenakan pakaian tentara? Meskipun sikap penculiknya dulu tampak cemas dan mencurigakan, berbeda jauh dengan perempuan di depannya ini yang tampak begitu nyaman dan tidak bersalah.
“Kau siapa?” Asia akhirnya mengutarakan pertanyaan itu, tiba-tiba mengalami deja vu. Dia pernah melihat wajah perempuan di depannya ini, wajah cantik seperti ini tidak mudah dilupakan….. apakah…. apakah….
Perempuan itu tersenyum lebar, lalu memberi sikap hormat ala militer kepada Asia.
“Mohon maaf saya lupa memperkenalkan diri saya kepada anda, Nyonya Asia.” Gumamnya dalam sikap tegas dan resmi, “Saya Letnan Athena, bertugas di pasukan pelindung Jenderal Besar. Mulai hari ini saya bertugas sebagai pengawal pribadi anda.”
- The General’s Daughter : Istar Part 2 (Bonus Part The General’s Wife) [25 PSA Points]
- The General’s Daughter : Istar part 1 (Bonus Part The General’s Wife) [25 PSA Points]
- The General’s Son : Skylar (Bonus Part The General’s Wife) [25 PSA Points]
- The General’s Wife Epilog : Masa Lalu dan Masa Depan Part 2
- The General’s Wife Epilog : Masa Lalu dan Masa Depan ( Bagian 1 )
- The General’s Wife Part 45 : Kompromi Terakhir ( Bagian 2 )
- The General’s Wife Part 44 : Kompromi Terakhir ( bagian 1 )
- The General’s Wife Part 43 : Kesempatan Kedua
- The General’s Wife Part 42 : Memilih
- The General’s Wife Part 41 : Tempatmu Bersamaku
- The General’s Wife Part 40 : Mencoba Meluruskan
- The General’s Wife Part 39 : Ruang Hampa
- The General’s Wife Part 38 : Melembutkan Hati
- The General’s Wife Part BONUS ( Asia – Akira ) : Mengingat Kembali ( 20 psa points )
- The General’s Wife Part 37 : Pertemuan Kembali
- The General’s Wife Part 36 : Siapa Yang Akan Kau Pilih?
- The General’s Wife Part 35 : Langit dan Bintang
- The General’s Wife Part 34 : Perasaan
- The General’s Wife Part 33 : Pengakuan
- The General’s Wife Part 32 : Tempat yang Seharusnya
- Repost TGW : Kepercayaan & Pengkhianatan ( Jenderal Akira )
- The General’s Wife Part 31 : Penyesalan & Pengampunan
- The General’s Wife Part 30 : Anak Kembar
- Little Kingdom Series : TGW – Menemukanmu ( Cesar )
- Little Kingdom Series : TGW – Yang Terpilih ( Asia )
- Insight Kingdom Series : TGW – Kepercayaan dan Pengkhianatan Part 2
- Little Kingdom Series : TGW – Kepercayaan & Pengkhianatan Part 1
- The General’s Wife Part 29 : Demi Kehidupan
- The General’s Wife Part 28 : Bagaimana Jika?
- The General’s Wife Part 27 : Bimbang
- The General’s Wife Part 26 : Kesadaran
- The General’s Wife Part 25 : Berubah
- The General’s Wife Part 24 : Muslihat Dua Sisi
- The General’s Wife Part 23 : Siapa yang Menang?
- The General’s Wife Part 22 : Penyelamatan
- The General’s Wife Part 21 : Terpedaya
- The General’s Wife Part 20 : Pengorbanan
- The General’s Wife Part 19 : Menyerah untuk Menang
- The General’s Wife Part 18 : Kompromi
- The Generals Wife Part 17-3 : [ Flashback 3] : Asia, Akira dan Percikan 3
- The General’s Wife Part 17-2 : [ Flashback 2 ] : Asia, Akira dan Percikan Bagian 2
- The General’s Wife Part 17-1 : [ Flashback 2 ] Asia, Akira dan Percikan bagian 1
- The General’s Wife Part 16 : Rencana Asia
- The General’s Wife Part 15 : ( FLASHBACK 1 ) : Kembali Ke Awal
- The General’s Wife Part 14 : Darah dan Cinta
- The General’s Wife Part 13 : Chocolate Memory
- The General’s Wife Part 12 : Malaikat Yang Mana?
- The General’s Wife Part 11 : Ironi
- The General’s Wife Part 10 : Percikan
- The General’s Wife Part 9 : Masa Lalu
- The General’s Wife Part 8 : Timbal Balik
- The General’s Wife Part 7 : Apa Yang Kau Lakukan Pada Diriku?
- The General’s Wife Part 6 : Ingkar Janji
- The General’s Wife Part 5 : Siapakah Cesar?
- The General’s Wife Part 4 : Pengkhianatan Palsu
- The General’s Wife Part 3 : Awal Mula
- The General’s Wife Part 2 : Jenderal Akira
- The General’s Wife Part 1 : After Earth
- Prolog : Suami Tak Dikenal
- Sinopsis General’s Wife
Percikan minyak panasss huhu
Air &apiiii