Perang nuklir itu menghancurkan segalanya, pun dengan keputusan bodoh pihak yang berkuasa untuk meluncurkan senjata biologis yang benar-benar menjadi pemusnah massal….
Banyak sekali penduduk yang tidak bisa bertahan dari amukan kehancuran yang diakibatkannya. Sebagian yang bertahan hidup menderita kelainan fisik akibat radiasi dan cacat fisik, hilang kesempatan untuk menjadi manusia murni lalu memilih mati dan sebagian yang lain jiwanya tak utuh lagi, rusak parah dan tak tersembuhkan dan kemudian mati juga.
Seolah perang nuklir belum cukup menghancurkan, kehausan umat manusia untuk semakin membunuh dipuaskan dengan diluncurkannya senjata biologis yang merusak tubuh manusia, membuat jaringan daging hancur sedikit demi sedikit menjadi debu, prosesnya menyakitkan dan serangannya tak pandang bulu, manusia usia tua, dewasa, anak-anak, bahkan bayi sekalipun semua menjadi korbannya, pun dengan hewan ataupun tumbuhan yang sudah mulai musnah, tak sanggup lagi menahan beban.
Penyebaran virus yang disebarkan dari senjata biologis itu merusak seluruhnya sampai tumpas, membunuh tanpa pandang bulu, melibas musuh berikut penciptanya sendiri, dan pada akhirnya – thanks God – malahan menyelesaikan perang.
Karena untuk apa perang dilakukan jika seluruh penduduk bumi sudah musnah hampir 80 persen banyaknya?
Mereka yang bertahan adalah kaum terselamatkan, yang memiliki kekebalan genetika terhadap virus tersebut, dan cukup beruntung untuk mencapai sebuah daratan yang tidak terkontaminasi perang. Daratan itu tersisa menjadi satu dataran luas tanpa kepulauan, yang dikelilingi oleh samudera tak terbatas. Semua orang yang ada di sana sudah mencoba mencari tahu, tetapi memang hanya daratan itulah satu-satunya yang tersisa.
Maka berkumpulah semua orang yang terselamatkan dan cukup beruntung untuk bisa mencapai daratan itu, mereka melupakan peperangan, melupakan perbedaan, dan berkumpul dalam satu tempat. Mereka disatukan oleh seorang pemimpin militer yang tegas dan keras, seorang pemimpin militer yang membenci perbedaan, karena perbedaan bisa memicu perang.
Pada akhirnya terbentuklah After Earth, sebuah negara baru yang muncul dari koloni manusia yang datang dari berbagai belahan dunia, manusia-manusia yang bertahan hidup dari kehancuran perang, manusia-manusia yang memiliki kekebalan genetika terhadap virus yang mengerikan. Di dalam After Earth, kesamaan adalah kewajiban dan perbedaan adalah hal yang tabu.
Di dalam After Earth, mereka hidup dalam satu bahasa, satu rasa, satu kewajiban, satu tujuan. Saling bahu-membahu untuk bangkit kembali dari pahitnya perang di masa lalu.
Dan disinilah kisah ini dimulai, di sebuah kota yang megah, pusat dari seluruh After Earth, pusat dari pemerintahan, dimana jenderal-jenderal yang paling ditakuti memimpin dengan tangan besi.
……….dan kota itu bernama Marakesh City.
***
“Beliau kehilangan ingatannya, Yang Mulia.”
Suara dokter di ujung ruangan itu samar-samar terdengar sampai ke telinga Asia yang ingin tahu.
Yah, bagaimana dia tidak ingin tahu? Setelah dokter itu memeriksanya, lelaki asing yang mengaku sebagai suaminya itu langsung mengajak sang dokter menjauh dan mereka berbicara berbisik-bisik di ujung sana seolah sedang berahasia.
Apa katanya tadi? Hilang Ingatan? Apakah mereka sedang membicarakan dirinya?
Asia spontan menggerakkan jemarinya ke kepalanya, karena yang namanya ingatan selalu berhubungan dengan kepala. Dan barulah dia sadar bahwa di kepalanya terbalut perban yang tebal, melingkupi di sana. Seketika itulah dia merasakan nyeri yang berdentam.
Tubuh manusia sungguh aneh, ketika kau tidak menyadari bahwa kau terluka, kau tidak merasa sakit. Tetapi begitu kau menyadari bahwa luka itu ada, sakitnya langsung menelusup, bercokol di sana dan tak mau pergi.
Asia mengerutkan keningnya dan berusaha meredakan rasa nyeri di kepalanya, dia mencoba mencuri dengar percakapan lelaki asing itu dengan sang dokter, tetapi mereka berdua berbicara dengan suara rendah yang bahkan tak mampu sampai ke ujung pendengaran Asia.
Beberapa saat kemudian, dokter itu membungkuk hormat kepada si lelaki asing, lalu mengangguk sedikit kepada Asia, dan melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.
Meninggalkan Asia kembali, hanya berdua dengan lelaki asing bernama Akira itu… Lelaki yang mengaku sebagai suaminya…. lelaki yang sekarang menatapnya dengan matanya yang tajam dan kemudian melangkah mendekatinya.
Reflek Asia beringsut dan menarik selimutnya sampai ke leher. Lelaki ini membuatnya takut, seolah dia mangsa buruan yang tak punya pertahanan diri.
Apakah mungkin lelaki ini suaminya? Kalau benar kenapa Asia merasa takut? Dan dia tidak mau disentuh lagi oleh lelaki itu, karena sentuhannya menimbulkan rasa aneh seperti tersengat listrik, rasa aneh yang asing dan tak mau dirasakannya lagi.
Akira telah berdiri di samping ranjang, menatap mata Asia seolah mencari sesuatu di kedalaman hatinya, dan kemudian kalimat itu terlontar, tanpa emosi.
“Kau mengalami amnesia.”
Asia mengerutkan kening, “Maksud anda apa? Saya ingat sekali siapa saya, dan semua masa lalu saya, saya bisa mengingatnya dengan jelas…… bahkan panti asuhan tempat saya tinggal masih terpatri jelas di sini.” Asia menyentuh kepalanya untuk menegaskan, “Apakah saya bisa memberi kabar kepada ibu panti asuhan? Beliau pasti cemas mengetahui saya di sini.”
Akira bergeming. Hanya menatap Asia tajam, menelisik dalam-dalam. Suasana ruangan menjadi hening yang tak mengenakkan, menyesakkan dada.
“Panti asuhan tempatmu tinggal sudah terbakar habis dua tahun yang lalu.” Akira kemudian berucap memecahkan keheningan, masih tanpa emosi, “Semua yang kau kenal di sana sudah mati terbakar, tidak ada yang selamat.”
Asia terkesiap dan pucat pasi, mengira bahwa lelaki di depannya ini bercanda, tetapi ekspresi dingin di sana dan bibir yang menipis kejam itu sudah pasti bukanlah ekspresi orang yang sedang bercanda.
Lelaki ini bilang apa? Dua tahun yang lalu? Bukankah kemarin dia masih tinggal di panti asuhan itu? Asia masih ingat semuanya dengan jelas!! Bagaimana bisa panti asuhan tempatnya tinggal bisa terbakar dua tahun lalu? Dua tahun lalu??
Lagipula kenapa lelaki itu mengucapkan kata-kata mengerikan tanpa empati sedikitpun? Seolah-olah jiwanya begitu dingin hingga membicarakan kematian tidak bisa menyentuhnya.
Asia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dengan panik mencari petunjuk, petunjuk apa saja yang bisa memberinya pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi, tetapi yang dilihatnya di ruangan ini hanyalah dinding putih yang steril dan tak bersahabat, pada akhirnya dia kembali menatap lelaki itu,
“Anda pasti berbohong kepada saya! Tolong jelaskan apa yang terjadi!”
Pandangan Akira menyala ketika mendengar nada suara Asia yang meninggi, seakan tidak pernah ada seorangpun yang berani meninggikan nada suaranya kepadanya, dan kemudian, dengan mata menyipit kejam, Akira membungkukkan badannya sehingga kepalanya begitu dekat dengan kepala Asia, menantang mata Asia sejajar dengan matanya,
“Yang terjadi adalah…” suaranya berupa desisan pelan, menahan kemarahan, “Kau kehilangan semua ingatanmu selama dua tahun terakhir ini. Dan ingatanmu seolah-oleh melompat langsung dari usiamu yang ke enam belas tahun langsung ke titik ini.” Akira mengulurkan jemarinya, menekan belakang kepala Asia dengan kasar hingga wajah Asia merapat ke wajahnya, hingga napas hangat mereka menyatu, “Kau sekarang berusia delapan belas tahun, isteriku. Dan anakku sedang bertumbuh di kandunganmu. Jadi segeralah memahami situasi ini dan jangan bertingkah bodoh yang memancing kemarahanku.”
Dengan kasar Akira melepaskan kepala Asia sehingga kepala Asia terjengat ke belakang, lelaki itu lalu menegakkan tubuhnya dan menatap ke bawah, ke arah Asia yang ketakutan mendengar ancamannya,
“Beristirahatlah dan pulihkan kondisi tubuhmu. Aku akan mengurus kepulanganmu ke rumah kita. Di sini terlalu berbahaya, di rumah kita kau akan aman.”
Dan kemudian tanpa mengucapkan permisi, Akira membalikkan badan, membawa dirinya keluar dari ruangan kamar rumah sakit itu, sambil membanting pintu di belakangnya, meninggalkan Asia yang termangu bingung, shock dengan apa yang barusan didengarnya.
***
Ketika ditinggalkan sendirian di ruangan yang hening dan steril itu, barulah Asia menyadari bahwa di sebelah ranjangnya ada jendela, jendela itu tertutup gorden putih, sebuah jendela yang entah kenapa ada di sana, karena ditutup oleh lapisan kaca tebal tanpa jeda dan teralis-teralis besi yang merapat.
Entah apa fungsi teralis dan kaca yang tebal itu, mungkin untuk mencegah orang jahat masuk… tetapi mungkin juga untuk mencegah penghuni kamar ini keluar…. layaknya penjara.
Asia melongokkan kepalanya. Jendela itu memang berada tepat di samping ranjangnya yang bersandar di dinding sehingga hanya dengan melongokkan kepalanya dia bisa melihat ke luar. Disingkirkannya tirai putih yang menutup di sana, tirai putih yang tadi membuatnya tidak menyadari keberadaan jendela itu.
Matanya sedikit mengernyit melihat cahaya yang menerobos dari luar, masih tak terbiasa dengan cahaya terang yang bukan berasal dari lampu. Dipejamkannya matanya untuk menyesuaikan diri lalu dibukanya lagi dengan penuh rasa ingin tahu.
DI luar langit mendung menggelap, meski matahari masih berusaha sedikit melongok dari balik awan. Dan buliran-buliran salju meluncur turun, bagaikan tirai-tirai putih yang berkejaran dan berlomba untuk mencapai bumi terlebih dahulu. Butiran-butiran itu telah menumpuk begitu tebal, hingga seluruh benda yang disentuhnya menjadi putih. Pucuk-pucuk pepohonan yang kering, seluruhnya dihuni oleh butiran salju yang memberati dahan-dahannya, pun dengan setiap jengkal tanah yang ada di bawah, semuanya berwarna putih.
Asia mengukur jarak pandangnya ke bayangan tanah di bawah sana. Posisi kamarnya sepertinya berada di lantai yang tinggi, paling tidak lima lantai dari permukaan tanah.
Dan saat ini sedang musim salju di After Earth.
Musim di After Earth berubah menjadi ekstrim sejak bencana ledakan nuklir di belahan dunia yang lain. Ketika semua kepulauan dan unsur hidup di sekeliling After Earth hancur, ketika itu pulalah semua pengaturan yang ada di bumi pada masa dahulu kala berubah menjadi tak terkenali lagi.
Dan untunglah, manusia-manusia yang ada di After Earth adalah manusia tangguh yang bisa bertahan dan menyesuaikan diri dengan cuaca apapun.
Ada tiga musim di After Earth dan kesemuanya berlangsung sepanjang tahun tanpa jeda.
Yang pertama adalah musim Kemarau yang berlangsung setahun penuh, ditandai dengan cuaca ala gurun di masa lampau, panas menghujam di siang hari dan dingin mencekam di malam hari. Titik hujan sangat rendah, bahkan hujan hampir tidak ada di musim ini. Manusia di koloni bertahan dengan air yang ditampung dari musim sebelumnya dalam sebuah dam raksasa dan pengairan yang terinstalasi secara modern, memberikan jatah air yang sama dan adil kepada seluruh penduduk sepanjang tahun tanpa kecuali. Badai gurun kadang terjadi di siang hari sehingga rumah-rumah yang ada memasang perlindungan anti pasir di musim ini.
Yang kedua adalah musim hujan, yang berlangsung setahun penuh juga. Ditandai dengan hujan yang turun tanpa henti sepanjang hari, sepanjang malam, setiap detiknya tanpa kecuali. Semuanya basah dari titik dedaunan yang menghijau sampai debu di ujung jalan, tidak ada yang luput dari curahan air hujan yang mengujam. Pada musim inilah air melimpah, dam-dam terisi penuh dan manusia tidak kekurangan air pun dengan tanah-tanah yang semakin subur.
Dan yang ketiga. Yang juga berlangsung setahun penuh, adalah musim dingin. Di musim ini salju turun sepanjang hari, tumbuhan-tumbuhan meranggas dan semuanya membeku, seluruh titik pandang dipenuhi warna putih akibat tumpukan salju yang menggunung. Musim salju di After Earth adalah musim paling dingin sepanjang sejarah ingatan manusia.
Asia merasakan jantungnya berdetak pelan ketika menyadari kenyataan itu….. Ingatan terakhirnya di panti asuhan adalah ketika musim kemarau sedang berlangsung…. setelah itu dia terbangun di sini, di musim dingin yang memutihkan seluruh dataran After Earth……
Jadi lelaki bernama Akira itu tidak berbohong…. Sudah dua tahun berlalu sejak ingatan terakhir yang ada di benak Asia.
Kalau begitu…. benarkah? Benarkah panti asuhan tempatnya tinggal terbakar… ibu-ibu perawat di panti asuhan, anak-anak yatim piatu yang tinggal bersamanya… benarkah bahwa mereka semua tidak terselamatkan?
Perasaan sakit yang menggelayut berdenyut di jantung Asia, dia tiba-tiba merasakan sedih yang luar biasa, perasaan sedih yang menyesakkan, perasaan kehilangan…
Jauh dalam hatinya, dia tahu bahwa Akira tidak berbohong, bahwa Asia sebatang kara di dunia ini, dan orang-orang terdekat di dalam hidupnya telah hilang tertelan musibah.
***
Tidak disadari oleh Asia bahwa dia sedang diamati, melalui kamera cctv yang terus memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Akira duduk di sana, mengamati layar monitor yang terhubung langsung ke ruang kerja resminya di Benteng Besar Marakesh City. Dia sedikit terkesiap ketika Asia mencondongkan tubuhnya ke jendela, seolah ingin melarikan diri. Tetapi kemudian tersadarkan bahwa kamar perawatan Asia merupakan kamar rumah sakit khusus dengan keamanan tertinggi, jendela-jendelanya berteralis baja dan seluruh bagiannya ditutup oleh kaca anti peluru yang tidak bisa dihancurkan.
Asia tidak akan melarikan diri.
Bukan hanya karena perempuan itu sedang kehilangan ingatannya, tetapi juga karena Akira tidak akan membiarkan Asia melarikan diri lagi. Tidak dengan calon anaknya yang sedang dikandung di perut Asia.
- The General’s Daughter : Istar Part 2 (Bonus Part The General’s Wife) [25 PSA Points]
- The General’s Daughter : Istar part 1 (Bonus Part The General’s Wife) [25 PSA Points]
- The General’s Son : Skylar (Bonus Part The General’s Wife) [25 PSA Points]
- The General’s Wife Epilog : Masa Lalu dan Masa Depan Part 2
- The General’s Wife Epilog : Masa Lalu dan Masa Depan ( Bagian 1 )
- The General’s Wife Part 45 : Kompromi Terakhir ( Bagian 2 )
- The General’s Wife Part 44 : Kompromi Terakhir ( bagian 1 )
- The General’s Wife Part 43 : Kesempatan Kedua
- The General’s Wife Part 42 : Memilih
- The General’s Wife Part 41 : Tempatmu Bersamaku
- The General’s Wife Part 40 : Mencoba Meluruskan
- The General’s Wife Part 39 : Ruang Hampa
- The General’s Wife Part 38 : Melembutkan Hati
- The General’s Wife Part BONUS ( Asia – Akira ) : Mengingat Kembali ( 20 psa points )
- The General’s Wife Part 37 : Pertemuan Kembali
- The General’s Wife Part 36 : Siapa Yang Akan Kau Pilih?
- The General’s Wife Part 35 : Langit dan Bintang
- The General’s Wife Part 34 : Perasaan
- The General’s Wife Part 33 : Pengakuan
- The General’s Wife Part 32 : Tempat yang Seharusnya
- Repost TGW : Kepercayaan & Pengkhianatan ( Jenderal Akira )
- The General’s Wife Part 31 : Penyesalan & Pengampunan
- The General’s Wife Part 30 : Anak Kembar
- Little Kingdom Series : TGW – Menemukanmu ( Cesar )
- Little Kingdom Series : TGW – Yang Terpilih ( Asia )
- Insight Kingdom Series : TGW – Kepercayaan dan Pengkhianatan Part 2
- Little Kingdom Series : TGW – Kepercayaan & Pengkhianatan Part 1
- The General’s Wife Part 29 : Demi Kehidupan
- The General’s Wife Part 28 : Bagaimana Jika?
- The General’s Wife Part 27 : Bimbang
- The General’s Wife Part 26 : Kesadaran
- The General’s Wife Part 25 : Berubah
- The General’s Wife Part 24 : Muslihat Dua Sisi
- The General’s Wife Part 23 : Siapa yang Menang?
- The General’s Wife Part 22 : Penyelamatan
- The General’s Wife Part 21 : Terpedaya
- The General’s Wife Part 20 : Pengorbanan
- The General’s Wife Part 19 : Menyerah untuk Menang
- The General’s Wife Part 18 : Kompromi
- The Generals Wife Part 17-3 : [ Flashback 3] : Asia, Akira dan Percikan 3
- The General’s Wife Part 17-2 : [ Flashback 2 ] : Asia, Akira dan Percikan Bagian 2
- The General’s Wife Part 17-1 : [ Flashback 2 ] Asia, Akira dan Percikan bagian 1
- The General’s Wife Part 16 : Rencana Asia
- The General’s Wife Part 15 : ( FLASHBACK 1 ) : Kembali Ke Awal
- The General’s Wife Part 14 : Darah dan Cinta
- The General’s Wife Part 13 : Chocolate Memory
- The General’s Wife Part 12 : Malaikat Yang Mana?
- The General’s Wife Part 11 : Ironi
- The General’s Wife Part 10 : Percikan
- The General’s Wife Part 9 : Masa Lalu
- The General’s Wife Part 8 : Timbal Balik
- The General’s Wife Part 7 : Apa Yang Kau Lakukan Pada Diriku?
- The General’s Wife Part 6 : Ingkar Janji
- The General’s Wife Part 5 : Siapakah Cesar?
- The General’s Wife Part 4 : Pengkhianatan Palsu
- The General’s Wife Part 3 : Awal Mula
- The General’s Wife Part 2 : Jenderal Akira
- The General’s Wife Part 1 : After Earth
- Prolog : Suami Tak Dikenal
- Sinopsis General’s Wife
The best deeh ini author nya
Kutunggu bucin mu jendral
Ada apa antara akira dan asia?????
Mauu baca ulang lagi rindu perjalanan Asia dan Jenderal Akira bersatu
Re-read
Baca ulang karna kangen ceritanya
Asia hanya untuk jenderal akira
Pas awal tau PSA, baca cerita inu sampai 3x berturut-turut. Dan skrg bca ulang lagi, karna se ‘ngena’ itu ceritanya
Kangen asia sama akira, baca lagi aahhh
Suka banget cerita di sini
Dulu kayaknya udah pernah baca cerita ini deh
Akiraaaaaa
Kangen Asia..
Baca ulang lagi ke 1000 x saking cintanya sama jendral akira dan asia
Melepas kangen