Kaisar Shen melumat bibir Aiko, tubuhnya bergerak hendak mendorong Aiko berbaring ketika Aiko berhasil mendorongkan tangannya yang mungil ke dada Kaisar, mencegahnya dengan takut-takut.
“Yang Mulia….” Aiko berseru dengan napas terengah, dia memalingkan muka, melepaskan diri dari kecupan panas sang Kaisar, “Mohon ampun Y.. Yang Mu…lia, hamba ingin bicara.”
Shen King membeku mendengar perkataan Aiko, dia bisa saja terus memaksa mencium Aiko, tetapi baru kali ini Aiko berhasil meminta kepadanya dengan suara sedikit lantang. Mungkin ini kesempatannya untuk mendengarkan apapun yang ingin dikatakan Aiko dan bisa menghilangkan sedikit rasa takut Aiko kepadanya.
Shen King menghela napas untuk menetralkan gairahnya, lalu bergumam dengan nada datar meskipun menyimpan rasa ingin tahu,
“Ingin bicara apa, Aiko?” Tiba-tiba saja nada suara Kaisar Shen sudah berubah menjadi dingin dan penuh kuasa, menjadi Kaisar yang biasanya, membuat Aiko kembali dirayapi rasa takut yang menyesakkan dada.
Aiko bergeser mundur, lalu bersujud di depan Kaisar Shen, membuat Shen King memasang ekspresi terkejut akan tingkah Aiko yang tidak diduga-duga itu.
“Hei, kenapa….” Kaisar Shen membungkuk ke depan, hendak meraih bahu Aiko dan membuatnya tegak kembali, tetapi Aiko malah semakin merendahkan dirinya, memohonkan apa yang menjadi niatnya sejak semula,
“Mohon ampun yang Mulia atas kelancangan hamba. Hamba memohonkan pengampunan untuk Yang Mulia selir Xia.”
Ekspresi Kaisar Shen langsung berubah murka, “Kau…. berani-beraninya kau masih memikirkan hal itu di kepalamu?”
Aiko mulai gemetaran, tahu dari nada suara sang Kaisar bahwa beliau mulai marah, tetapi dia menguatkan hatinya, ini semua demi Mayumi… setidaknya dia sudah berusaha.
“Hamba memang lancang Yang Mulia, hukumlah hamba karena hamba memang bersalah… tetapi… tetapi… ” Aiko menelan ludahnya, ketakutan, “Yang Mulia Selir Xia, Mayumi… beliau adalah teman hamba…. tidak adil jikalau Yang Mulia memenggal kepalanya tanpa sebab.”
Kemarahan menguasai diri Shen King mendengar permohonan Aiko. Selama ini dia berusaha membuat rencana untuk memperjuangkan supaya Aiko bisa menduduki posisi sebagai wanitanya yang absolut, dan sekarang perempuan ini – perempuan yang diperjuangkannya – malah berlutut dan memohon di depannya demi keselamatan nyawa perempuan lain yang mungkin bisa menjadi penghalang utama untuknya.
Sang Kaisar berdiri, sehingga Aiko sekarang berlutut di depan kakinya,
“Kau memang lancang.” Shen King mendesis penuh kemarahan, dagunya mendongak angkuh, “Kau pikir siapa dirimu sehingga merasa pantas untuk memohon kepadaku? Aku, Kaisarmu bahkan bisa memerintahkan kau dan selir Xia dipenggal saat ini juga.”
Aiko memejamkan matanya rapat mendengar kalimat ancaman yang mengerikan itu.
“Hamba bersalah… mohon ampun Yang Mulia, hamba rela dipenggal asalkan….”
“Diam!” Kaisar Shen membentak penuh kemarahan, suaranya gemetar, “Kau benar-benar….” Sang Kaisar berdecak, kehilangan kata-kata, tangannya terkepal karena emosi. Tetapi pada akhirnya Shen King memutuskan membalikkan badan, meraih topengnya dan memakainya.
Matanya melirik kembali kepada Aiko yang masih berlutut dengan gemetar di sana, Shen King mengerutkan keningnya gusar, lalu membalikkan badan dan melangkah pergi meninggalkan ruangan dengan tergesa, dia harus menjauhi Aiko sebelum dia kehilangan kendali dan melampiaskan kemarahannya kepada Aiko lagi.
Ketika melangkah keluar, Shen King berjalan cepat menuju bagian samping ruang jamuan istana, dan menghentikan langkahnya, tertegun di sana mendapati Selir Xia, sedang berdiri di depan jendela ventilasi kecil dimana dia tentu saja bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruangan jamuan itu tadi.
Selir Xia yang berurai air mata tampak membeku, tetapi kemudian dia sadar akan posisinya dan langsung bersujud di depan Shen King,
“Hormat hamba untuk Yang Mulia Kaisar Shen.” gumamnya sambil merendahkan kepalanya serendah mungkin penuh penghormatan.
Shen King menatap Selir Xia yang sedang bersujud dengan tatapan mata geram,
“Menyingkir dari jalanku.” gumamnya penuh kemurkaan, yang membuat Selir Xia langsung meminggirkan tubuhnya ketakutan dan membiarkan Shen King pergi dengan langkah cepat meninggalkan tempat itu.
Mata Selir Xia kembali ke jendela ventilasi, ke tempat Aiko bangkit dari sujudnya dan duduk berlutut di sana penuh berurai air mata.
Tiba-tiba dia mengerti semua yang terjadi, dan air mata kembali menetes dari sudut matanya.
***
Tiga orang pelayan kaisar sedang memakaikan jubah kekaisaran berwarna putih dengan hiasan bunga shengyu putih berpercik merah nan indah, jubah untuk perayaan bulan merah ini memang sangat berat, dengan detail yang rumit dan hiasan kain berlapis-lapis sehingga memerlukan tiga orang untuk membantunya berpakaian.
Setelah selesai, Shen King yang sudah memakai topeng emasnya, memasang mahkota di kepalanya, mengambil pedangnya, kali ini yang berhiaskan batu rubi merah dan kemudian melangkah keluar dari ruang gantinya di istana emas.
Di depan pintu sudah berjajar dengan rapi lima puluh pengawal berpakaian resmi perayaan yang dipimpin oleh Jenderal Youshou, mereka semua langsung bersujud ketika dirinya keluar dari ruangan. Mata Shen King yang awas menemukan Aiko ada di ujung paling belakang barisan pengawal itu, didampingi oleh Kasim Rojin dan mengenakan pakaian merah cantik dari sutera berwarna merah berhias bunga shengyu – pakaian yang dipilihkan olehnya sendiri, diambil dari koleksi sutera kerajaan terbaik, bahan yang serupa untuk membuat jubah perayaan yang sekarang dipakainya.
Ya. Bahan pakaian yang dikenakan oleh Shen King sama dengan bahan pakaian yang dikenakan oleh Aiko sekarang, hanya saja lapisan-lapisan kain tebal berwarna merah darah yang menjadi jubah Shen King menyamarkan kesamaan pakaian mereka. Lagipula pakaian Shen King dihias dengan sulaman dari benang emas murni, membuat pakaiannya lebih megah dan mencolok dari pakaian Aiko yang dijahit dengan model sederhana layaknya gaun dayang biasa.
Mata Shen King menelusuri Aiko dari balik topengnya. Hatinya berdenyut pedih ketika melihat Aiko yang sedang bersujud dan diingatkan betapa gemetarnya Aiko tadi, bersujud dan menghadapi kemarahannya. Tapi biarpun begitu, kemurkaan belum sirna dari jiwanya, apalagi ketika mengingat betapa Aiko malah ingin menyelamatkan selir Xia.
Tidak adakah rasa cemburu setitikpun Aiko untuk dirinya?
Shen King mendesis marah mencoba membuang apa yang ada di benaknya, lalu bergegas melangkah menuju kuil kesuburan tempat upacara perayaan bulan merah akan dilaksanakan. Jenderal Youshou segera berjalan di belakang sang Kaisar, diikuti oleh para pelayan berikut Aiko yang didampingi oleh Kasim Rojin.
***
Perayaan bulan merah berlangsung khidmad seperti sebelum-sebelumnya. Shen King duduk di singgasananya dengan bosan, menatap ke arah pendeta kerajaan Shasou yang sedang melakukan doa pemujaan di depan kuil Kesuburan. Musik mulai dimainkan ketika pendeta kerajaan Shasou hampir menyelesaikan doanya.
Suasana di area kuil kesuburan dipenuhi dengan warna merah menyala yang melapisi hampir semua sisi, karpet-karpet merah bertebaran, pun dengan panji-panji merah yang berpadu di sepanjang jalan, bunga Shengyu yang didominasi dengan warna putih terpercik merahpun tampak tersebar di semua sudut, dirangkai dengan cantik untuk menghias ruangan dan area taman. Entah berapa ratus ribu kelopak bunga Shengyu yang sengaja di panen untuk perayaan bulan merah ini.
Di atas kepala mereka semua, bergantung lentera-lentera berwarna merah yang dihias dengan lukisan naga putih nan indah, ketika lampu lentera itu menyala, siluetnya menciptakan bayangan naga yang seakan hidup dan menghiasi ruangan.
Malam sudah menjelang ketika puncak acara tiba, Pendeta kerajaan Shasou sudah menyelesaikan doanya, dan bersamaan dengan itu. Kereta emas yang ditarik oleh enam kuda putih terbaik kerajaan Shashou datang ke area kuil kesuburan.
Pintu kereta terbuka dan Selir Xia, yang mengenakan baju indah polos berwarna merah melangkah turun dari kereta, rangkaian bunga shengyu bernuansa putih merah ada di dalam genggaman tangannya yang lembut, siap untuk dikalungkan di leher sang Kaisar. Selir Xia melangkah pelan melalui karpet merah yang telah disediakan, dimana di kanan dan kirinya, para bangsawan kerajaan membungkuk hormat dan khidmad akan saat-saat sakral yang sedang berlangsung.
Suara musik dimainkan pelan dan sayup, menciptakan suasana mistik nan sakral. Aiko yang berlutut tak jauh dari singgasana Yang Mulia Kaisar Shen menatap itu semua dengan tatapan kagum, sungguh perayaan yang indah… dia tidak akan pernah melupakan betapa sakralnya upacara perayaan bulan merah ini.
Ketika selir Xia sudah sampai di ujung karpet merah, Kaisar Shen beranjak dari singgasananya dan melangkah berdiri di depan selirnya. Selir Xia langsung bersujud memberi hormat, setelah itu dia berdiri dan melaksanakan puncak ritual, mengalungkan karangan bunga itu ke leher Shen King. Tubuh Shen King yang tinggi membuatnya terpaksa berjinjit ketika hendak mengalungkan rangkaian bunga itu.
Setelah rangkaian bunga dikalungkan, pendeta kembali merapalkan doa, kali ini diiringi musik gembira yang dikeraskan, semua orang yang hadir di sana membaca doa dengan penuh kebahagiaan. Lalu suasana sakral dan mistik dengan segera berganti menjadi pesta yang ceria, hidangan-hidangan disajikan, anggur mengalir dengan derasnya dan para pemain musik mengeraskan permaianan mereka, menciptakan suasana perayaan yang sesungguhnya.
***
“Yang Mulia Kaisar ingin makan malam di dalam kamar pengantinnya.” Kasim Rojin yang juga mengenakan pakaian resmi berwarna merah menatap Aiko dengan tatapan penuh penyesalan, “Beliau memanggilmu untuk melakukan ritual pencicipan makanan di dalam kamar.”
Aiko mengerutkan keningnya bingung mendengar perintah itu.
“Di dalam kamar pengantin beliau dan selir Xia?”
Astaga.
Aiko merasa takut sekali karena dia tahu pasti bahwa dia akan menjadi pengganggu. Apa yang ada di benak yang Mulia Kaisar Shen sekarang? Kenapa meminta makan malam di saat beliau seharusnya menjalankan ritual malam pengantin bersama selir Xia?
Aiko sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang dilakukan laki-laki dan perempuan ketika ritual malam pengantin. Ibundanya tidak pernah mau menjawab pertanyaannya jika dia bertanya. Kata ibundanya, pasangan pengantin akan tidur bersama dengan perasaan saling mengasihi, dan jika mereka beruntung maka akan tercipta bayi hasil kasih sayang mereka. Tapi Aiko ingat benar ketika ibunya bercerita bahwa ritual malam pengantin harus dilakukan hanya berdua, tanpa gangguan siapapun.
Semula Aiko bingung kenapa tidur berdua saja harus begitu repotnya. Tetapi kemudian dia sadar, mungkin pasangan pengantin baru tidak boleh diganggu supaya menciptakan rasa saling mengasihi satu sama lain.
Dan sekarang yang Mulia Kaisar Shen malah meminta makan malam di kamar pengantinnya?
***
Selir Xia duduk kaku di kursi kecil yang terletak di tepi ranjang sementara Kaisar Shen yang masih memakai topengnya bergeming di kursi berukir yang terletak di meja bulat berukuran sedang.
Di atas meja itu terhidang berbagai macam hidangan makan malam untuk Kaisar Shen. Di bawah kaki sang Kaisar, Aiko berlutut, siap menjalankan ritual mencicip makanan.
Selama prosesi jamuan makan malam Kaisar, Selir Xia diharuskan duduk membelakangi di bangku khusus yang disediakan di dekat peraduan, hal ini dikarenakan beliau belum mendapatkan izin untuk melihat wajah Kaisar, dan Kaisar perlu membuka topengnya untuk menikmati hidangan. Meskipun begitu selir Xia bisa mendengar dengan jelas suara-suara ketika Aiko menjalankan ritual mencicip makanan satu persatu untuk hidangan Kaisar.
Ketika prosesi pencicipan sudah selesai, seperti biasa Aiko bersujud memohon izin untuk mengundurkan diri dari ruangan.
Tidak ada jawaban dari permohonannya. Membuat jantung Aiko berdebar ketakutan.
Kaisar tidak akan menahan dirinya di dalam kamar pengantin beliau dan selir Xia, bukan?
“Apakah kau masih berusaha memohonkan pengampunan nyawa untuk selir Xia?” suara Shen King terdengar diseret, ada aksen kejam tersembunyi di sana. Sang Kaisar meletakkan sikunya di meja dan menopang kepalanya dengan jemari, posisinya tak peduli.
Jantung Aiko langsung berdebar, dia menundukkan kepalanya dan bersujud semakin dalam,
“Ampun Yang Mulia, permohonan hamba tidak berubah.” gumamnya penuh keyakinan.
Gestur tubuh Kaisar Shen berubah kaku tampak marah,
“Kau bersedia melakukan apapun untuk itu?” desis sang Kaisar mengancam.
Aiko merasakan napasnya tercekat, kecemasan mulai melingkupi hatinya, apalagi mendengar nada suara marah tersirat di dalam suara Kaisar Shen.
“Hamba… bersedia yang mulia.” Aiko bergumam kemudian, sudut matanya melirik tubuh selir Xia yang masih duduk kaku tak bergerak membelakangi mereka.
“Kalau aku meminta kepalamu untuk menggantikan kepala Selir Xia, apakah kau akan tetap melakukannya?” Shen King bergumam lagi, suaranya semakin dalam mengerikan.
Aiko dan Selir Xia sama-sama terkesiap mendengar perkataan itu. Apalagi Aiko, jantungnya berdebar kencang. Kaisar sedang menilai kesungguhannya, jika Aiko mundur biarpun selangkah, Kaisar Shen pasti akan menganggap permohonannya main-main.
“Hamba bersedia.” gumam Aiko mantap pada akhirnya.
Jawabannya bukannya menyenangkan Kaisar Shen, malah membuatnya semakin marah.
“Kalau begitu, aku memerintahkanmu untuk melayaniku di atas ranjang pengantin itu, menggantikan Selir Xia, kalau kau melakukannya, aku akan mengampuni nyawa kalian berdua.”
Aiko terperangah mendengar titah Kaisar yang tidak disangka-sangka itu. Matanya membelalak antara bingung dan ketakutan.
“Yang mulia!” Selir Xia akhirnya tidak bisa menahan diri lagi, perempuan itu menghambur dan berlutut di samping Aiko, “Jangan Yang Mulia lakukan itu, Yang Mulia sedang dikuasai kemarahan dan pasti akan menyesalinya. Hamba sadar diri dan merelakan kepala hamba untuk dipenggal jika itu akan memberikan masa depan terbaik bagi kerajaan. Mohon jangan libatkan Aiko dalam hal ini.”
Aiko sendiri mulai gemetaran, dia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Kaisar Shen dengan melayani di atas ranjang menggantikan selir Xia. Tetapi dia tahu bahwa itu adalah penghinaan paling merendahkan yang bisa diterima oleh seorang wanita.
Di kerajaan Shasou ini, hanya para budak yang tidak punya harga yang biasanya dititahkan untuk ‘naik ranjang’ menggantikan isteri resmi kaum laki-laki.
Penghinaan itu begitu menyakitkan hati Aiko, hingga air matanya mulai mengalir, pun dengan selir Xia yang mulai menangis terisak-isak.
Kaisar Shen memandang dua perempuan yang bersujud itu berganti-ganti. Tiba menyesal karena telah mengeluarkan penghinaan yang paling merendahkan itu kepada Aiko hanya karena didorong oleh kemarahannya.
Dia marah karena Aiko sama sekali tidak merasa cemburu kepadanya.
Di balik topengnya, Shen King mengerutkan kening, merasa benci kepada dirinya sendiri. Di hadapan Aiko, dia bertingkah seperti anak remaja yang dimabuk asmara, berbuat bodoh, cemburu buta dan merajuk seperti anak manja karena Aiko sama sekali tidak menaruh cemburu kepadanya.
Shen King menghembuskan napas kasar, lalu memberi isyarat dengan tangannya,
“Keluar dari ruangan ini, Aiko.”
Aiko mengangkat kepalanya sedikit, memberanikan diri untuk bertanya,
“Ampun Yang Mulia, apakah Yang Mulia mengabulkan permohonan hamba?”
“Tidak.” Shen King bergumam dingin, “Eksekusi tetap di jalankan esok hari.”
“Yang Mulia…” Aiko sedikit memekik, terkejut dan ngeri. Tetapi jemari lembut Mayumi menyentuh lengannya, perempuan di sebelahnya berbisik lembut,
“Sudah cukup, Aiko. Keluarlah. Aku tidak apa-apa.” bisiknya pelan, penuh kepasrahan.
Aiko tertegun, merasa ragu. Tetapi dua orang dengan kedudukan tertinggi sudah menitahkan, Aiko hanyalah seorang hamba yang harus melaksanakan apa yang dititahkan kepadanya.
DIa bersujud lagi, lalu memohon pamit, setelah sang Kaisar memberi isyarat tangan supaya dia pergi, Aiko melangkah dengan tubuh merendah meninggalkan ruangan.
Ketika sampai di depan pintu, entah kenapa tekad Aiko terkumpul kembali, dia berbalik dan bersujud sekali lagi,
“Ampun atas kelancangan hamba, Yang Mulia Kaisar Shen, hamba mengucap sumpah untuk melakukan ritual bersujud di area taman depan peraduan kamar pengantin, untuk memohon supaya Yang Mulia bisa mengampuni nyawa selir Xia.”
Dan kemudian, tanpa menunggu jawaban dari Shen King, Aiko membuka pintu dan melangkah keluar, lalu menutup pintu di belakangnya dengan sopan.
***
Shen King bergeming di tempat duduknya, terkejut dengan kekeraskepalaan Aiko dalam usahanya untuk menyelamatkan temannya.
Tidak. Tentu saja Shen King tidak akan mengabulkan permintaan Aiko. Membiarkan selir Xia tetap hidup, selain menimbulkan permasalahan dan gunjingan baru di kalangan kerajaan, juga akan membahayakan posisi Aiko nantinya. Lagipula selir Xia pasti melihat apa yang dia lakukan kepada Aiko tadi siang, masih untung perempuan itu sepertinya belum mengatakan apa yang dilihatnya kepada orang lain. Tetapi mulut perempuan adalah satu-satunya yang tidak dipercaya oleh Shen King, pasti nanti ada masanya selir Xia membuka apa yang disaksikannya kepada orang lain, dan hal itu akan membahayakan keselamatan Aiko.
Meskipun begitu, mengeksekusi selir Xia besok, juga akan membawa dampak merugikan bagi hubungannya dengan Aiko. Perempuan itu pasti akan membencinya setengah mati.
Shen King melirik ke arah selir Xia, menyadari bahwa perempuan itu masih berlutut di dekat kakinya.
“Apakah kau sudah menyerahkan daftar permintaanmu?” tanyanya kemudian dengan dingin dan tanpa perasaan.
Selir Xia menganggukkan kepalanya yang masih berlutut dan merendah, “Ampun Yang Mulia, hamba sudah menyerahkannya kepada Jenderal Youshou Long.”
Shen King menganggukkan kepalanya samar, dia tahu bahwa selir Xia mengajukan permintaan untuk terjaminnya kemakmuran seluruh keluarganya, “Pergilah tidur, kau tahu aku tidak akan menyentuhmu” titahnya dingin.
Ya, sejak dirinya bertemu dengan Aiko di usia dua puluh satu tahun, Shen King berhenti menyentuh perempuan sama sekali. Tidak ada yang tahu hal itu selain orang-orang kepercayaannya di istana merah, hal ini dirahasiakan karena jika ketahuan bahwa sang Kaisar tidak meniduri selirnya di perayaan kesuburan, pendeta kerajaan akan histeris dan semua orang akan panik karena mereka percaya bahwa Kaisar harus meniduri isterinya sebagai puncak ritual kesuburan yang harus dilaksanakan dan jika tidak dilaksanakan akan melahirkan kutukan untuk kerajaan Shasou.
Dahulu Shen King membunuh selir-selirnya karena dia tidak suka dipaksa meniduri selirnya untuk pelaksanaan ritual kesuburan, dan sekarang Shen King membunuh selir-selirnya untuk menjaga rahasia bahwa dirinya tidak pernah lagi menyentuh isterinya di perayaan kesuburan, bulan merah.
Nyatanya ketika Shen King dengan keras kepala memutuskan tidak akan meniduri selirnya lagi pada perayaan bulan merah, tidak terwujud kutukan apapun bagi kerajaannya. Kerajaan Shasou tetap makmur dan memiliki kekayaan berlimpah.
Sebenarnya Shen King berselibat, bukan hanya karena menunggu Aiko, tetapi juga karena pada akhirnya dirinya kehilangan selera kepada perempuan-perempuan yang disodorkan dengan murahnya kepada dirinya.
Selir Xia tampak ragu-ragu, tetapi kemudian memohon pelan, “Ampun Yang Mulia, jika diperbolehkan, malam ini hamba hendak membakar dupa dan berdoa kepada nenek moyang.”
Shen King menimbang-nimbang, lalu menganggukkan kepalanya, “Diizinkan.” gumamnya tak berminat, minatnya masih mengarah ke arah pintu yang ditutup oleh Aiko tadi.
Akankah Aiko melaksanakan apa yang dikatakannya tadi? berlutut di taman dekat teras kamar pengantin ini sampai Shen King mau mengampuni nyawa Selir Xia?
Tiba-tiba gemuruh guntur terdengar di kejauhan, hujan akan segera datang dan itu membuat Shen King merasa cemas bukan kepalang.
***
“Apa yang kau lakukan di sini?” Jenderal Youshou yang sedang berpatroli bersama dua penjaga di area kamar pengantin kaisar menghentikan langkah dan terkejut ketika mendapati Aiko yang berlutut di tengah taman bunga yang berada di depan teras kamar pengantin Kaisar.
Hujan rintik-rintik sudah turun semakin pekat, makin lama butirannya makin besar dan intensitasnya semakin kencang, menimbulkan suara bergemericik pelan dan menciptakan riak gelombang bulat di kolam-kolam ikan berair terjun yang terletak di sudut-sudut taman.
“Hamba mengucap sumpah untuk berlutut di sini sampai Yang Mulia Kaisar bersedia membatalkan eksekusi Yang Mulia Selir Xia.” gumam Aiko penuh tekad, hujan gerimis yang membesar mulai membasahi wajah dan rambutnya, menciptakan lapisan transparan bening yang berkilauan terkena cahaya lentera.
Jenderal Youshou tahu sekali apa yang dimaksud dengan sumpah untuk berlutut. Di kerajaan Shasou ini, sumpah untuk berlutut dilakukan ketika hal itu menjadi satu-satunya cara untuk mengubah keputusan seseorang. Sumpah untuk berlutut sering dilakukan keluarga terdakwa kasus yang dihukum mati untuk memohonkan pengampunan bagi sang terdakwa, mereka akan melakukan sumpah berlutut sekuat mereka, dan hanya akan berhenti ketika pihak yang dimohonkan datang menghampiri. Jika pihak yang dimohonkan datang menghampiri, maka secara hukum kerajaan Shasou, semua hukuman yang telah dijatuhkan akan dianggap batal.
Sumpah berlutut sendiri telah menelan begitu banyak korban. Banyak orang-orang keras kepala yang meninggal karena berlutut terlalu lama tanpa makan dan minum, sementara apa yang dilakukannya tidak bisa mengetuk hati pihak yang dimohonkan. Banyak pula orang-orang yang lemah hati yang gagal melaksanakan sumpah berlutut karena panjangnya waktu dan siksaan pada akhirnya menyurutkan tekad mereka untuk berjuang membela yang disayanginya.
Jenderal Youshou menatap ke arah langit yang mulai bersemangat menumpahkan hujannya, kemudian memandang kembali ke arah Aiko yang berlutut dengan penuh tekad.
Tiba-tiba Jenderal Youshou merasa cemas.
Bagaimanapun perempuan ini adalah kandidat yang dipilih oleh Yang Mulia Kaisar untuk menjadi permaisurinya di masa depan. Dia, sebagai jenderal yang mengucap sumpah setia kepada kaisar Shen King, tidak mungkin membiarkan perempuan ini berlutut dan berhujan-hujanan untuk sesuatu yang sudah pasti percuma.
Kekeraskepalaan Aiko tidak akan ada gunanya. Kaisar Shen King tidak akan membatalkan apa yang sudah direncanakannya. Semua yang dilakukan Aiko hanya akan berakhir sia-sia. Perempuan ini hanya akan merugikan dirinya sendiri jika memilih berlutut di bawah hujan deras seperti ini sampai fajar menjelang dan hukuman mati bagi selir Xia dilaksanakan.
Tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya, membuat Jenderal Youshou panik. Dia memerintahkan dua pengawalnya untuk melanjutkan patroli, sementara dirinya sendiri membiarkan tubuhnya diguyur hujan di tengah taman, bersama dengan Aiko.
Ditatapnya Aiko dengan cemas, perempuan itu sudah basah sebasah-basahnya, gaun dan rambutnya bahkan sudah menetes-neteskan air ke lantai bebatuan taman.
“Nona Aiko, mari, anda harus berteduh, anda bisa sakit.” Jenderal Youshou mengulurkan tangannya, berusaha membujuk. Tetapi sia-sia, Aiko tetap bergeming, masih kukuh pada tekadnya.
***
Shen King berdiri di depan jendela kamar, menatap ke arah taman. Sudah sejak Aiko pergi tadi dia berdiri di sana, dan itu adalah berjam-jam yang lalu.
Jemarinya mengepal, menyaksikan Aiko yang masih berlutut di sana dengan keras kepala. Hujan masih mengguyur deras sementara waktu sudah bergulir menjelang fajar, meskipun begitu, gelap masih menguasai langit, karena awan mendung menutup matahari.
Suasana pagi ini sedang dingin-dinginnya, dan di sini. Shen King dipaksa mengeraskan hati melihat Aiko berlutut di sana di bawah guyuran hujan, memohonkan satu-satunya hal yang tidak bisa Shen King kabulkan untuknya.
“Aiko….. dia masih di sana?” Selir Xia yang baru saja menyelesaikan doanya bergumam dengan hati-hati. Dia masih berlutut, berdoa di depan dupa yang dibakarnya, menundukkan kepala dan tak berani menatap Shen King.
Shen King hanya bergeming, tidak menanggapi pertanyaan Selir Xia. Matanya menatap lurus ke depan, memperhatikan wajah Aiko yang mulai pucat pasi dan bibirnya yang membiru kedinginan, sementara itu, Jenderal Youshou yang sudah mengambil payung berdiri di sebelahnya, sama-sama basah kuyup dan memayungi Aiko, sang Jenderal rupanya juga berinisiatif membentangkan selimut tebal di atas kepala dan pundak Aiko untuk melindunginya dari hujan. Payung itu tentu saja tidak berguna karena derasnya hujan yang mengguyur dan angin kencang yang meniup menerpa dari segala sisi, bukan dari bagian atasnya saja. Sedangkan selimut itu juga tidak cukup membantu karena kondisinya yang basah dan air tetap saja merembes membuat Aiko basah kuyup, menggigil kedinginan.
Tetapi setidaknya kepala Aiko terlindungi dari guyuran langsung air hujan. Shen King mencatat dalam hati untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan hadiah kepada Jenderal Youshou atas loyalitasnya.
“Anda bisa menghampiri Aiko sekarang kalau anda cemas, eksekusi terhadap saya bisa terus dilaksanakan.” Selir Xia bergumam lagi lembut, mencoba menarik perhatian Kaisar.
Shen King menolehkan kepalanya dan menatap dingin, “Aku tidak bisa menghampiri Aiko, sampai eksekusi atasmu dilaksanakan. Hukum Shasou sudah mengatakan dengan tegas. Begitu aku menghampiri Aiko, maka hukuman terhadapmu dianggap batal.”
Selir Xia hanya menganggukkan kepalanya, doa yang dirapalkannya membuat kepasrahan memenuhi dirinya, sekarang dia tidak takut lagi akan kematian yang menghadang, dia sudah siap.
“Sebentar lagi fajar. Para prajurit akan menjemput saya untuk melaksanakan eksekusi.” gumamnya pelan.
Ya, selir-selir Shen King yang sebelumnya juga selalu diseksekusi pagi-pagi sekali menjelang fajar.
Beberapa dari selir itu dieksekusi oleh Shen King sendiri bahkan sebelum pagi menjelang, hal itu karena dengan kurang ajar, mereka lupa diri dan berusaha melepas topeng yang dikenakan Shen King. Sedangkan selir-selir lain yang tidak berusaha membuka topengnya, mereka akan dieksekusi secara terhormat di tangan algojo kerajaan.
Seperti membenarkan perkataan Selir Xia, pintu depan akhirnya diketuk pelan. Shen King menjawab dan menyuruh siapapun yang ada di depan pintu untuk membukanya.
Pintu terbuka dan rombongan pengawal berlutut di depan pintu,
“Ampun Yang Mulia Kaisar Shen, kami datang sesuai titah menjemput Yang Mulia Selir Xia untuk pelaksanaan eksekusi.”
Shen King hanya bergeming, membiarkan Selir Xia yang melangkah sendiri menghampiri penjemputnya.
“Aku akan memastikan keluargamu terjamin dan makmur, sesuai daftar permintaanmu.” gumam Shen King kemudian.
Selir Xia menganggukkan kepala, lalu bersujud hormat kepada Kaisar Shen untuk terakhir kalinya.
“Hormat saya untuk Yang Mulia Kaisar Shen.” bisiknya pelan sebelum para pengawal membawanya pergi ke tempat eksekusi.
***
Utusan dari area eksekusi datang membawa surat pemberitahuan untuk Shen King. Pagi ini hujan memilih waktu yang salah untuk menerjunkan dirinya ke bumi, langit masih begitu gelap dan guntur masih bersahutan bahkan ketika fajar sudah menjelang lama. Bahkan matahari yang biasanya bersemangatpun memilih bersembunyi, ketakutan akan garangnya awan hitam yang melingkupi langit.
Shen King sudah menunggu sejak tadi dengan tidak sabar, matanya berkali-kali menatap ke arah Aiko yang nampak semakin kepayahan berlutut sambil memejamkan mata, di guyur hujan yang begitu deras.
Bahkan sampai detik terakhirpun, Aiko masih bertahan dan berharap bisa menyelamatkan Selir Xia. Dan yang bisa dilakukan Shen King adalah menghancurkan harapan itu hingga berkeping-keping dan porak poranda.
Shen King menyambar surat yang dibawa oleh utusan area eksekusi, membuka gulungan itu dan membaca isinya. Matanya memindai dengan cepat, lalu dia menghela napas panjang.
Surat itu adalah surat pernyataan kematian yang dikeluarkan oleh algojo area eksekusi. Selir Xia telah selesai dieksekusi. Mata Shen King mengernyit dalam, ini adalah eksekusi tersulit dari semua eksekusi yang pernah dilakukannya kepada selir-selirnya yang lain. Dan itu semua karena Aiko.
Shen King mendecak kesal, Dari semua perempuan yang datang bersama Aiko sebagai gadis persembahan, kenapa Selir Xia yang merupakan teman Aiko yang terpilih menjadi selirnya? Hal ini membuat keadaan semakin rumit karena dia tahu persis, sifat bawaan Aiko yang suka menolong sesama, akan mendorongnya untuk melakukan apapun demi menyelamatkan nyawa orang lain.
Shen King melempar surat itu, dan berjalan dengan langkah lebar, tergesa menembus hujan menuju ke area taman, tempat Aiko masih berlutut di sana, menggigil kedinginan dengan bibir membiru.
Jenderal Youshou yang berdiri di tengah hujan bersama Aiko mendongakkan kepalanya ketika mendengar kedatangan Shen King.
“Yang Mulia.” gumamnya hendak berlutut memberi hormat, tetapi dicegah oleh Shen King dengan isyarat tangannya.
Aiko yang mendengar Yang Mulia Kaisar datang menghampiri, merasakan jantungnya berdebar. Kaisar Shen mendatanginya. Apakah ini berarti dia berhasil memohonkan pengampunan untuk Mayumi ?
Kepala Aiko terasa pening dan berat, ada suara berdenging yang mengganggu pendengarannya sejak tadi, rasa nyeri berdentam-dentam memukul kepalanya, tetapi secercah harapan yang digenggamnya membuatnya masih mampu berusaha membuka mata, dan mendongakkan kepalanya menatap ke arah Kaisar Shen yang berdiri menjulang di atasnya.
“Apakah…. ” Suara serak Aiko terdengar lemah dan pelan oleh suara derasnya hujan.
Shen King bergeming, wajahnya di balik topeng emas itu tentu saja tak terbaca,
“Eksekusi sudah dilaksanakan.” gumam Shen King dingin, “Selir Xia telah tiada.”
Secercah harapan yang digenggam Aiko sebagai pegangannya untuk bertahan langsung hancur berkeping-keping seketika mendengar perkataan Sang Kaisar. Rasa sakit dan nyeri langsung mengalahkannya, menyeretnya menuju kegelapan yang tidak berujung.
***
Tubuh Aiko jatuh oleng ke depan dan Kaisar Shen langsung menangkapnya, Sang Kaisar mengangkat tubuh mungil Aiko ke dalam gendongannya. Shen King lalu menatap Jenderal Youshou yang masih berdiri di sana, memegang payung dengan tubuh basah kuyup.
“Terimakasih Youshou, telah menjaga calon permaisuriku.” Shen King berucap serak, lalu membalikkan badan tanpa kata, membawa Aiko berjalan menuju istana merah.
Jenderal Youshou tertegun sejenak mendengar ucapan terimakasih dari Kaisar Shen. Seumur hidupnya dia mengabdi pada sang Kaisar, tidak pernah sekalipun Shen King yang kejam mengucapkan terimakasih dengan nada emosional seperti itu.
Sejenak kemudian Jenderal Youshou menyadari bahwa Shen King sedang berjalan menuju istana merah tanpa pengawalan. Bergegas, tanpa peduli dengan dirinya yang basah, dia mengejar Shen King dan memberi isyarat kepada beberapa prajurit yang berjaga di pintu kamar pengantin Kaisar untuk mengikuti dan mengawal Kaisar Shen Kembali ke istana merah.
***
“Kasim Rojin.” Shen King menatap datar ke arah Kasim Rojin yang tergopoh-gopoh menyambutnya di pintu gerbang istana merah. Jenderal Youshou sendiri sudah diperintahkannya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
Kasim Rojin yang berlari mendekat menatap Kaisar Shen dan Aiko berganti-ganti, lalu menyempatkan diri melirik ke luar gerbang istana merah sebelum pintu gerbang raksasa itu ditutup kembali. Suasana di luar istana merah nampak begitu sepi karena langit masih mengguyur.
Syukurlah hujan deras pekat di pagi hari ini menyingkirkan banyak orang yang mungkin bisa lalu lalang dan membuang kemungkinan ada saksi mata yang melihat sang Kaisar menggendong Aiko menyeberangi penghubung antara istana Emas dan istana merah.
Gosip mudah tersebar jika penghuni antar istana melihatnya, berbeda jika mereka sudah berada di dalam istana merah, seluruh penghuni istana merah memiliki keloyalan yang tinggi kepada Kaisar, belum lagi hukuman mati yang pasti akan dijatuhkan jika mereka kedapatan menyebarkan apa yang terjadi di balik tembok istana merah yang misterius.
Sekarang setelah kaisar Shen memasuki istana merah, maka posisi mereka aman, sebab segala sesuatu yang terjadi di dalam tembok istana merah, akan tetap tersimpan di dalam tembok ini dan tidak akan pernah bocor keluar.
Kasim Rojin menatap Aiko yang terbaring lunglai dengan bibir pucat pasi di dalam gendongan Kaisar Shen. Sekarang dia mengerti kenapa alih-alih menjadikan Aiko selirnya yang pasti akan menghuni istana bunga, Kaisar lebih memilih menjadikan Aiko sebagai perisainya.
Menjadi perisai Kaisar berarti tinggal di dalam istana merah. Itu berarti Aiko akan selalu terlindungi dibawah sayap lebar milik Kaisar Shen. Aiko akan terhindar dari gosip dan sekaligus Kaisar Shen akan selalu bisa mengawasi Aiko dari jarak dekat.
Ada senyum simpul yang muncul di bibir Kasim Rojin, wajahnya yang keriput menyiratkan kelegaan luar biasa. Dia tidak pernah menyangka seorang perempuan kecil dari kalangan rakyat biasa, bisa mengubah Shen King yang sekejam iblis menjadi pria biasa yang lebih manusiawi.
Seperti yang seharusnya, Kasim Rojin mengulurkan tangan, hendak mengambil alih tubuh Aiko yang pingsan tak berdaya, tubuhnya memang sudah tua, tetapi kalau hanya untuk mengangkat Aiko yang begitu mungil, dia masih mampu.
“Hamba akan membawa Aiko ke ruang permandian Yang Mulia, dayang-dayang perempuan terpilih akan hamba tugaskan untuk membantunya.” Kasim Rojin menatap penampilan Kaisar Shen yang tak kalah basahnya, “Hamba sudah meminta pelayan menyiapkan permandian air panas untuk anda.”
Wajah Shen King memang masih tertutup topeng emas, tetapi gestur tubuhnya yang mengancam menyadarkan Kasim Rojin bahwa Shen King merasa tidak senang dengan usulannya, Sang Kaisar malahan menarik Aiko semakin erat ke dalam pelukannya seolah tidak mau gadisnya diambil oleh orang lain.
“Tidak… Aiko bersamaku di permaindian air panas.” gumamnya tegas.
Kasim Rojin ternganga.
“Yang Mulia…” Kasim Rojin tahu permandian air panas tentulah melibatkan tubuh telanjang dan…. tiba-tiba Kasim Rojin merasa cemas, nalurinya sebagai orang tua secara alamiah mendorongnya untuk melindungi gadis muda yang masih polos seperti Aiko, “Yang Mulia, anda tidak boleh melakukan itu, Nona Aiko masih suci dan berlum terjamah, dan jika anda menghormatinya sebagai seorang perempuan….”
“Diam.” Shen King bergumam dingin, “Perempuan ini milikku.” Hanya kata-kata berupa pengumuman kepemilikan absolut, yang diucapkan Shen King untuk menghentikan semua bantahan yang akan diucapkan oleh Kasim Rojin.
Ketika Shen King berlalu masih membawa Aiko dan berjalan menuju area permandian air panas pribadinya, Kasim Rojin masih terpaku di sana, menatap cemas ke arah kepergian Sang Kaisar, sampai kaisarpun menghilang dari pandangan.
Suara kekehan pelan terdengar di belakang Kasim Rojin, membuat lelaki setengah baya itu menolehkan kepalanya ke sumber suara.
Tabib Zhou berdiri di sana, menyandarkan tubuhnya dengan santai dengan senyum lebar di bibirnya. Rupanya sang tabib sejak tadi berdiri di sana, memperhatikan semua yang terjadi dalam diam.
“Kenapa kau masih bisa tertawa, Tabib Zhou. Bukankah kau melihat sendiri Kaisar membawa Aiko ke permandian air panas? Apapun bisa terjadi di sana, apalagi Kaisar sudah lama tidak menyentuh wanita lagi sejak enam tahun yang lampau….”
Zhou hanya mengangkat bahunya, “Tidak ada yang bisa menghentikan Kaisar jika beliau sudah menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa kita lakukan.” gumamnya tenang.
Kasim Rojin mengusap dahinya yang tiba-tiba berkeringat, “Kalau Kaisar tidak bisa menahan diri, Aiko bisa hamil. Kehamilannya bukan hanya membahayakan nyawanya, tetapi juga membahayakan rencana yang telah disusun Kaisar untuknya.” gumamnya letih, mengungkapkan kecemasannya.
Tubuh Tabib Zhou yang semula santai langsung berdiri tegak ketika mendengarkan kata-kata Kasim Rojin.
“Ya ampun, hamil….” Tabib Zhou menepuk kepalanya seolah menyalahkan diri, “Bodohnya saya sebagai seorang tabib tidak memikirkan resiko itu.” Tabib Zhou segera beranjak pergi mengikuti jejak kepergian Kaisar, “Saya akan mengingatkan Kaisar untuk lebih berhati-hati soal itu Kasim Rojin.” serunya sebelum melangkah pergi.
Kasim Rojin hanya termangu menatap kepergian Tabib Zhou, dia menghela napas panjang kelelahan. Dirinya sudah terlalu tua untuk turut campur di dalam drama istana semacam ini. Tetapi setidaknya dia bisa merasa tenang sedikit, karena dia tahu bahwa Kaisar Shen akan mendengarkan nasehat Tabib Zhou.
Ya. Tabib Zhou memiliki pengaruh yang sedikit istimewa dibandingkan dengan orang lain di istana ini. Itu semua karena sang Tabib pernah menyelamatkan Kaisar Shen ketika beliau mengalami keracunan oleh racun misterius mengerikan pada usianya yang ke tujuh belas tahun, racun itu membuatnya muntah darah dan hampir meninggal. Beruntung tabib Zhou bergerak sigap, sang tabib langsung kehutan mencari bahan-bahan penangkal racun yang sebagian langka dan meracik dengan tangannya sendiri. Dan kemudian menggunakan ramuan racikannya itu untuk mengobati Kaisar Shen.
Obat itu manjur tentu saja dan menyelamatkan nyawa Shen King. Kaisar Shen memang kejam, tetapi beliau adalah orang yang tahu balas budi. Beliau akan selalu memperlakukan dengan istimewa siapapun yang pernah menyelamatkan nyawanya.
***
“Yang Mulia.” Tabib Zhou mengejar cepat, napasnya terengah ketika dia berhasil membuat Shen King berhenti di depan pintu permandian air panas yang sudah disiapkan oleh beberapa pelayan laki-laki istana merah. Para penjaga pintu permandian sudah membukakan pintu lebar-lebar untuk Shen King.
Shen King menolehkan kepalanya, nampak tidak sabar.
“Ada apa Zhou, tidakkah kau lihat Aiko sudah menggigil kedinginan?”
Tabib Zhou menoleh berganti-ganti ke arah Aiko dan Kaisar Shen, lalu tidak bisa menahan senyum geli yang muncul dari sudut bibirnya,
“Saya hanya ingin mengingatkan Yang Mulia supaya berhati-hati dan menahan diri.” gumamnya dengan nada menggantung yang menjengkelkan.
Shen King begumam dengan nada semakin tajam, “Apa maksudmu, Zhou?”
“Anda tidak boleh sampai membuat Aiko hamil.” Tabib Zhou tiba-tiba mencetuskan maksudnya tanpa memperhalus kalimatnya, “Kalau Aiko hamil seluruh rencana kita bisa gagal. Anda pasti tahu bahwa seorang permaisuri tidak boleh hamil sebelum diangkat, atau putera yang dikandungnya diragukan sebagai keturunan kaisar dan tidak bisa diangkat sebagai putera mahkota.”
Shen King tertegun, tetapi kemudian Sang Kaisar menunjukkan gestur tubuh tak nyaman atas percakapan mereka,
“Bicara apa kau.” Kaisar bergumam seolah tersinggung, “Aku hendak memandikan Aiko dengan air panas dan mengembalikan suhu tubuhnya, bukannya menyetubuhinya.”
Setelah bergumam dengan nada bermusuhan, Kaisar Shen membalikkan tubuhnya dan melangkah memasuki ruang mandi tanpa mempedulikan kehadiran Tabib Zhou di belakangnya.
Membuat Tabib Zhou tidak bisa menahan diri untuk terkekeh geli.
Kaisar Shen yang sekarang benar-benar seperti pemuda remaja kasmaran tanpa pengalaman yang bingung harus berbuat apa.
***
Air panas itu mengepul, menguarkan asap putih memenuhi ruangan dan menciptakan sensasi seperti air mendidih. Tetapi suhu air di kolam permandian air panas alami ini tidak mendidih. Suhunya cukup aman dan nyaman dipakai berendam.
Kolam ini benar-benar kolam air panas alami yang dibangun oleh Kaisar terdahulu untuk berendam dan beristirahat. Posisinya ada di lokasi paling ujung istana merah, dimana seluruh bagiannya tertutup pagar dan atap kayu yang sangat tinggi, bagaikan menara kayu yang menyelubungi seluruh sisi kolam yang berbentuk bulat.
Seluruh lantainya dibuat dari batu sungai alami yang diukir dengan seksama dan hati-hati supaya tidak licin. Bagian kebersihan setiap hari merawat permandian ini agar bersih dari lumut dan jamur. Air permandian ini bersih dan jernih, sedikit beraroma obat khas belerang karena bersumber dari air panas pegunungan. Shen King senang menghabiskan waktunya di sini untuk berendam dan merenung serta mengembalikan kondisi tubuhnya jika dia baru pulang berperang.
Shen King meletakkan topengnya di meja kayu berukir yang tersedia di sana. Ditatapnya Aiko dengan cemas, perempuan ini menggigil dan bibirnya membiru. Sambil berlutut Shen King mulai membuka pakaian yang dikenakan Aiko lapis demi lapis, beberapa kali bibirnya meniup jemari Aiko yang sedingin es, mencoba memberikan hawa panas di sana.
Ketika Aiko sudah telanjang, Shen King membuka jubah kekaisarannya yang megah, lalu memeluk tubuh Aiko erat-erat dan membawanya masuk ke dalam permandian air panas. Tubuh telanjang mereka berdua terbenam sampai ke batas dada di batas air yang mengepul, melingkupi mereka berdua dengan kehangatan.
Dengan cemas Shen King membasuh wajah Aiko dengan air hangat itu, mencoba mengembalikan rona di wajah dan bibirnya yang membiru. Bibirnya yang panas melumat bibir Aiko yang dingin, berusaha menyalurkan kehangatan di sana.
Mata Aiko masih terpejam, tetapi gigilannya sedikit berkurang. Shen King mengambil jemari Aiko dan memeriksanya satu persatu, sedikit lega ketika merasakan bahwa suhu jemari yang tadinya sedingin es itu telah berangsur-angsur kembali normal.
“Bencilah aku semaumu, tetapi jangan pernah menyiksa dirimu sendiri dan membuatku hampir gila karena cemas seperti ini lagi, Aiko.” Shen King mengerang di telinga Aiko, memeluk perempuan itu rapat-rapat ke dadanya.
***
“Kenapa kau menunggu di sini?” Tabib Zhou datang dan duduk di sebelah Jenderal Youshou.
Jenderal Youshou sendiri sedang duduk di gazebo taman yang berlokasi di dekat permandian air panas, lokasinya teduh karena dinaungi pohon besar yang sudah ada di taman istana sejak ratusan tahun yang lalu. Hujan sudah reda beberapa saat yang lalu, menyisakan mendung menggayut yang sejuk.
Lelaki itu melirik ke arah Tabib Zhou, lalu memalingkan wajah lagi ke arah pintu permandian air panas yang masih tertutup rapat.
“Aku sedang menjaga Kaisar. Bukan menunggunya. Sudah tugasku untuk berada di sini.” Jenderal Youshou memang memiliki tugas utama untuk selalu berada di samping Kaisar dan bertanggung jawab atas keamanannya, baik di medan perang maupun di dalam istana. Pengawal Kaisar tidak boleh libur, karena para pembunuh yang menguncar Kaisar juga tidak pernah berlibur.
Tabib Zhou mangut-mangut, “Oh begitu.” Lelaki itu sepertinya tidak berniat beranjak pergi setelah mendengar penjelasan Jenderal Youshou, dia malah duduk di sana seolah menemani Jenderal Youshou.
“Apakah kau tidak punya kegiatan lain?” Jenderal Youshou menoleh sedikit ketus, merasa terganggu dengan kehadiran Tabib Zhou di sampingnya.
Tabib Zhou mengangkat alis, lalu mengangkat bahu, “Aku punya banyak asisten, lagipula tugas utamaku mengobati Kaisar, dan yang seharusnya kuobati sedang ada di sana.” Tabib Zhou mengedikkan bahunya ke arah permandian air panas, “Sangat sehat dan sedang menggebu-gebu merusak kepolosan gadis yang masih suci.”
Wajah Jenderal Youshou memucat, “Menurutmu apakah Yang Mulia melakukannya?” tanyanya ngeri, “Aiko masih berusia enam belas tahun, lagipula dia sedang pingsan, apakah Yang Mulia tidak bisa menahan diri sedikit lebih lama lagi?”
Tabib Zhou tersenyum lebar, “Menurutmu? Kaisar Shen tidak pernah menyentuh perempuan manapun sejak dia bertemu dengan Aiko. Dan sekarang gadis yang membuatnya berselibat tiba-tiba ada dihadapannya, di permandian air panas, telanjang pula. Kalau jadi aku, aku akan langsung melahap kesempatan ini baik-baik.”
“Kaisar Shen bukanlah mata keranjang sepertimu, dan beliau memiliki integritas.” Jenderal Youshou bergumam yakin, “Beliau hanya sedang mengembalikan suhu badan Aiko.”
Tabib Zhou mengangkat alisnya, “Mau taruhan? Kalau sebentar lagi Kaisar Shen keluar dari permandian air panas itu, maka tebakanmu benar. Tapi kalau lama….. berarti tebakanku yang benar.”
Jenderal Youshou hanya mendengus, tidak mengiyakan ataupun menolak ajakan taruhan konyol Tabib Zhou itu, tetapi tak ayal mata keduanya menatap penuh ingin tahu ke arah pintu permandian air panas.
Rupanya mereka tak perlu lama-lama menahan rasa penasaran. Tak berapa lama kemudian, pintu itu terbuka dan muncul sosok Kaisar yang menggendong Aiko dengan hati-hati, tubuh Aiko dibungkus dengan selimut putih tebal yang membuatnya tampak seperti kepompong.
Jenderal Youshou langsung tersenyum penuh kemenangan, sementara Tabib Zhou mendengus kecewa.
***
Beberapa hari sudah berlalu setelah insiden esksekusi mati selir Xia setelah perayaan bulan merah kemarin. Seluruh penghuni istana bahkan tampaknya sudah hampir melupakan tragedi itu. Entah karena memang mereka terbiasa mendengar Shen King menghukum mati orang, atau karena ada hal baru yang lebih menarik untuk di bahas.
Ya. Semua kalangan istana sibuk membicarakan Kaisar Shen akhir-akhir ini. Beliau memang dikenal memiliki temperamen panas, pemarah, kejam dan tidak punya ampun. Tapi akhir-akhir ini sifat-sifat mengerikan itu sepertinya sudah meningkat menjadi berkali-kali lipat.
Kalau dulu semua orang bilang sifat kejam Shen King seperti manusia yang kerasukan setan, sekarang malahan seolah Shen King sendiri yang telah menjelma menjadi setan yang mengerikan.
Kemarin Kaisar menghunuskan pedang kepada salah seorang menterinya karena sang Menteri memberikan undangan upacara pernikahan anaknya, sebelumnya salah seorang bagian dapur hampir saja dihukum mati karena memberikan makanan pencuci mulut berwarna merah muda untuk kaisar, dan banyak insiden-insiden lainnya yang bisa membuat lebih dari selusin orang dihukum mati seandainya Jenderal Youshou sebagai tangan kanan Kaisar tidak bergerak dan memperbaiki keadaan.
Tidak ada satu orangpun yang berani mendekati Kaisar hari ini, kecuali Jenderal Youshou. Bahkan para menteri yang seharusnya melapor hari ini memilih menunda waktu dan mencari-cari alasan, berharap di hari lain temperamen Kaisar berubah lebih baik. Mereka sudah ketakutan karena hampir semuanya dihunus oleh pedang Kaisar yang tajam dan bisa memutus leher dalam sekejap.
Di dalam ruangan itu hanya ada beberapa orang, Kaisar Shen dengan wajah muram dan mata tajam yang seolah-olah mencari pelampiasan kemarahan, dan Jenderal Youshou yang memasang ekspresi tenang dan datar, di sekiling ruangan berdiri pasukan pengawal yang ditugaskan menjaga Kaisar dari jarak dekat.
“Kenapa tidak ada yang menghadap hah? Apa manusia-manusia bodoh itu tidak becus menjalankan pekerjaannya? Bagaimana bisa menjalankan negara kalau kita tidak punya informasi yang memadai tentang kondisi negara kita? Apa harus kuhukum mati saja mereka?” Kaisar Shen menggeram dengan nada tinggi, menimbulkan aura mengerikan di dalam ruang singgasananya, bahkan para pasukan pengawal yang ada di ruangan itu hanya bisa memasang wajah kecut ketakutan, takut kalau diri mereka menjadi sasaran kemarahan Kaisar.
“Yang Mulia.” Jenderal Youshou menatap serius, suaranya terdengar tenang, sama sekali tidak terpengaruh dengan nada emosi yang disemburkan oleh Kaisar, “Anda harus menahan diri. Mereka semua tidak berani datang karena anda mengancam mereka dengan pedang bahkan sebelum mereka menyelesaikan pembicaraan.”
Kaisar menolehkan kepalanya penuh amarah, topeng tengkorak emas yang membungkus wajahnya jadi tampak mengerikan kalau begini, “Kalau mereka sebegitu pengecutnya, lebih baik kulenyapkan saja mereka semua…”
“Yang Mulia.” Jenderal Youshou menyela lagi, kali ini nadanya lebih berhati-hati, “Saya rasa, anda mungkin lebih baik kembali ke istana merah dan beristirahat, menenangkan pikiran… dan mungkin anda bisa menyelesaikan permasalahan dengan nona Aiko.”
“Menyelesaikan permasalahan katamu? Kasim Rojin, tua bangka itu menyembunyikan Aiko dengan berbagai alasan, dia bilang Aiko sakit dan butuh perawatan intensif…. Belum lagi sepertinya Tabib Zhou bekerjasama dengannya dan mengatakan bahwa aku tidak boleh mengganggu Aiko sementara waktu dengan alasan kesehatannya, aku sudah memberi waktu beberapa hari karena kupikir memang Aiko butuh memulihkan diri tanpa gangguan. Tetapi kemarin ketika aku berkunjung ke mansion pelayan, Kasim Rojin bilang Aiko sedang istirahat dan tidur…. aku curiga dan memilih memutari mansion pelayan… kau tahu apa yang kulihat?” Napas Kaisar Shen terengah, “Aku melihat Aiko sedang menyapu halaman belakang mansion, menyapu!” Shen King menekankan kalimat terakhirnya, “DIa bahkan tidak terlihat sakit, tetapi ketika aku memanggilnya, dia hampir terlompat karena terkejut, dan kemudian lari…. lari terbirit-birit meninggalkanku yang terperangah sendirian di sana.”
Jenderal Youshou menahan senyum yang muncul di sudut bibirnya, berusaha bersikap datar.
“Mungkin anda memang harus memberi waktu Aiko beberapa lama lagi, dia pantas mendapatkannya setelah insiden yang terjadi kemarin.” nasehatnya hati-hati.
Kaisar Shen mengepalkan jemarinya, “Dia membenciku… dia bahkan tidak mau melihat wajahku. Aku telah menolak mengabulkan permintaannya meskipun dia sudah berlutut di bawah hujan semalaman, dan sekarang dia membenciku.”
Jenderal Youshou menghela napas panjang, Kaisar Shen harus menyelesaikan permasalahan ini. JIka tidak, akan ada banyak orang lain yang menjadi korban, menjadi sasaran kemarahan Kaisar sebagai pelampiasan rasa frustrasinya akan hubungannya dengan Aiko.
“Yang Mulia…. anda harus menyelesaikan masalah ini. Biar saya yang berbicara dengan Kasim Rojin mengenai hal ini, saya yakin Kasim Rojin hanya ingin melindungi Aiko. Saya akan membujuk supaya anda memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Aiko.”
Kaisar Shen tercenung tampak lebih tenang, tetapi kemudian perkataan yang keluar dari mulutnya begitu mengejutkan.
“Siapkan upacara pengangkatan Aiko menjadi selirku. Aku akan menobatkannya menjadi selirku. Kalau dia menjadi selirku, dia tidak diperbolehkan lari kalau aku mengunjunginya, dan aku akan mengunjunginya sesukaku karena dia tidak bisa menolakku.”
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 15: END Buah Cinta Bertumbuh Karena Kesabaran [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 14: Kecupan Pertama dan Terakhir Seorang Ibu [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 13: Menabur Ancaman untuk Jaminan Kehidupan Damai [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 12: Luluh Hati oleh Cinta Penuh Pengorbanan Tak Bertepi [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 11: Buah Cinta Pupus Menumbuhkan Tunas Dendam [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 10: Cermin Naga untuk yang Tercinta, tetapi Tak Bisa Termiliki [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 9: Bunga Cinta Terkungkung Sangkar Emas Bertabur Duri Tajam [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 8: Bunga Indah Terperangkap Ketulusan Hati dan Kecemburuan Keji [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 7: Tunduk Menyerah Demi Satu Nyawa [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 6: Cinta Kaisar Berbunga Ancaman [20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 5: Persembunyian Terkuak Membangkitkan Murka~[20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 4: Pertemuan Takdir Tak Bisa Dihindari~[20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 3: Cinta Sejati Sepenuh Hati~[20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 2: Sang Penyelamat dan Wanita Yang Harus Disembunyikan~[20 PSA Point]
- 🔏Emperor’s Consort [SIDE STORY] Tragedi Cinta Sepanjang Masa Part 1: Cinta Pada Pandangan Pertama~[20 PSA Point]
- 🔏 Tragedi Cinta Sepanjang Masa – Side Story Emperor’s Consort
- Emperor’s Consort Part 78 : Selamat Datang
- Emperor’s Consort Part 77 : Pulang
- Emperor’s Consort Part 76 : Kura-Kura
- Emperor’s Consort Part 75 : Mencari Jejak
- Emperor’s Consort Part 74 : Dendam dan Karma
- Emperor’s Consort Part 73 : Makam Rahasia
- Emperor’s Consort Part 72 : Janji Satu-satunya
- Emperor’s Consort Part 71 : Mencari Kebenaran
- Emperor’s Consort Part 70 : Harap-Harap Cemas
- Emperor’s Consort Part 69 : Gerak Cepat
- Emperor’s Consort Part 68 : Impian Aiko
- Emperor’s Consort Part 67 : Rencana Satu Bulan
- Emperor’s Consort Part 66 : Rindu Bahagia
- Emperor’s Consort Part 65 : Kabar Gembira
- Emperor’s Consort Part 64 : Eksekusi Tertutup
- Emperor’s Consort Part 63 : Sidang Mimbar Kerajaan
- Emperor’s Consort Part 62 : Mulut Terbungkam
- Emperor’s Consort Part 61 : Impian Kaisar
- Emperor’s Consort Part 60 : Menjelang Pengakuan
- Emperor’s Consort Part 59 : Sepercik Harapan
- Emperor’s Consort Part 58 : Kenangan Menghangatkan Hati
- Emperor’s Consort Part 57 : Setitik Cahaya
- Emperor’s Consort Part 56 : Takut Kehilangan
- Emperor’s Consort Part 55 : Dipeluk Kegelapan
- Emperor’s Consort Part 54 : Mencari Kebenaran
- Emperor’s Consort Part 53 : Mengulur Waktu
- Emperor’s Consort Part 52 : Sumpah Masa Lalu
- Emperor’s Consort Part 51 : Pertemuan Masa Lalu
- Emperor’s Consort Part 50 : Perpotongan Takdir
- Emperor’s Consort Part 49 : Menjelang Bahaya
- Emperor’s Consort Part 48 : Langkah Pencegahan
- Emperor’s Consort Part 47 : Wajah Asli
- Emperor’s Consort Part 46 : Rencana Kaisar
- Emperor’s Consort Part 45 : Musuh Tersembunyi
- Emperor’s Consort Part 44 : Bergerak
- Emperor’s Consort Part 43 : Semakin Dekat
- Emperor’s Consort Part 42 : Mengawali Rencana
- Emperor’s Consort Part 41 : Cermin Naga
- Emperor’s Consort Part 40 : Memulai Kembali.
- Emperor’s Consort Part 39 : Menahan Diri
- Emperor’s Consort Part 38 : Batas Kesabaran
- Emperor’s Consort Part 37 : Pelajaran
- Emperor’s Consort Part 36 : Memohonkan Ampun
- Emperor’s Consort Part 35 : Sebuah Keputusan
- Emperor’s Consort Part 34 : Melangkah Maju
- Emperor’s Consort Part 33 : Tidak Terduga
- Emperor’s Consort Part 32 : Pedang Keluarga Long
- Emperor’s Consort Part 31 : Jeda Sejenak
- Emperor’s Consort Part 30 : Menyingkap Tabir
- Emperor’s Consort Part 29 : Perubahan Rencana
- Emperor’s Consort Part 28 : Pulang
- Emperor’s Consort Part 27 : Sang Ayah
- Emperor’s Consort Part 26 : Kaisar dan Hujan
- Emperor’s Consort Part 25 : Rencana Berjalan
- Emperor’s Consort Part 24 : Kisah Masa Lampau
- Emperor’s Consort Part 23 : Rahasia Masa Lalu
- Emperor’s Consort Part 22 : Mencintai Aiko
- Emperor’s Consort Part 21 : Memetik Bunga
- 🔏Little Kingdom Series : EC – Kesempatan Kedua ( Buka dengan 20 poin )
- 🔏Insight Kingdom Series : EC – Malaikat Penyelamat ( Buka Dengan 20 poin )
- Emperor’s Consort Part 20 : Saputangan Merah
- Emperor’s Consort Part 19 : Akar Kebahagiaan
- Emperor’s Consort Part 18 : Kesetiaan
- Emperor’s Consort Part 17 : Pernikahan
- Emperor’s Consort Part 16 : Kehilangan
- Emperor’s Consort Side Story : Ikatan Darah
- Emperor’s Consort Part 15 : Pengertian
- Emperor’s Consort Part 14 : Kepercayaan
- Emperor’s Consort Part 13 : Rencana
- Emperor’s Consort Part 12 : Pelaku Sebenarnya
- Emperor’s Consort Part 11 : Racun dan Pengkhianatan
- Emperor’s Consort Part 10-2 : Pedang dan Darah Kaisar bag 2
- Emperor’s Consort Part 10-1 : Pedang dan Darah Kaisar bag 1
- Emperor’s Consort Part 9-2 : Dua Sisi Kaisar bag 2
- Emperor’s Consort Part 9-1 : Dua Sisi Kaisar 1
- Emperor’s Consort Part 8 : Tanda Milik Kaisar
- Emperor’s Consort 7-2 : Perayaan Bulan Merah Part 2
- Emperor’s Consort Part 7-1 : Perayaan Bulan Merah 1
- Emperor’s Consort Part 6 : Milik Kaisar
- Emperor’s Consort Part 5 : Di Balik Topeng
- Emperor’s Consort Part 4 : Kenapa Kau Begitu Takut Kepadaku?
- Emperor’s Consort Part 3 : Apa Yang Menahanmu Begitu Lama?
- Emperor’s Consort Part 2 : Perisai Kaisar
- Emperor’s Consort Part 1 : Kaisar Bertopeng Emas
- Emperor’s Consort Prolog : Pertemuan
Cemburu
Wkwk pada ketar-ketir kaisar ngamuk
Hedeuh si bapak mag nda sabaran bener…
Gimana aiko sama yang lain ga takut kalo apa apa ancaman hukumannya penggal kepala