Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 24

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

7 votes, average: 1.00 out of 1 (7 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Hari itu, Brad mengunjungi kembali apartement tempat terakhir kali bertemu dengan Anna. Disana, dia bertanya dengan sopan mengenai putrinya itu yang dijawab dengan tatapan sinis. Tentu saja, mereka semua sudah tahu kalau dia adalah ayah yang tak diakui dan membuat dirinya sendiri tampak mengenaskan. Setelah memohon beberapa kali, barulah dia mengetahui kalau Anna pergi bersama suaminya menuju rumah sakit. Begitu mendapatkan info itu, Brad langsung memunculkan sifat aslinya yang kasar dan memarahi resepsionis itu. Sebelum satpam datang untuk mengusirnya, Brad berhasil kabur terlebih dahulu dengan membawa sebotol wine yang dicurinya dari Bellboy yang lewat.

Begitu lolos dari kejaran, Brad langsung menuju rumah sakit yang dimaksud. Tidak sulit untuk mencarinya, terlebih rumah sakit yang dikatakan merupakan tempat yang sangat terkenal di New York. Banyak orang sakit yang berbondong-bondong kesana untuk mendapatkan perawatan. Meskipun milik swasta, biaya perawatan disana sangat terjangkau ditambah dengan fasilitas yang mumpuni membuatnya jadi pilihan nomor satu.

Selama perjalanan, Brad tidak bisa menahan godaan untuk minum. Wine yang dibawanya merupakan salah satu jenis anggur merah terbaik, yaitu Cabernet Franc. Walaupun sudah dibuka, isi dari wine itu masih banyak, bahkan lebih dari setengah botol. Brad tersenyum senang kepada siapapun orang bodoh yang telah membeli alkohol mahal ini tapi tidak mampu menghabiskannya. Dia tidak berterima kasih, justru merasa dirinya memang layak mendapatkan minuman mahal itu dan menertawakan orang kaya yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang.

Saat membuka tutupnya, aroma khas anggur yang kuat langsung memenuhi indra penciumannya. Tanpa menunggu lama, Brad langsung mencicipi wine itu dan menikmati rasa yang memenuhi seluruh indranya. Mungkin karena kondisinya yang sedang terluka atau kadar alkohol yang tinggi, Brad merasa mabuk dalam satu kali minum. Terbuai dengan rasa manisnya, dia menjadi lupa dengan tujuan utamanya dan berjalan linglung. Bahkan, Brad lupa untuk mampir di rumah sakit dan melewati tempat itu begitu saja.

Sesekali Brad tertawa, membayangkan dirinya yang sudah terbebas dari hutang yang mencekik dan melarikan diri ketempat baru dengan uang yang berhasil ditipunya. Bertemu dengan Anna benar-benar memberikanya keuntungan yang tidak disangka-sangkanya. Coba saja putrinya itu mau memberikannya uang, tentu dia tidak perlu sampai harus menjualnya. Kalau saja suaminya yang kurang ajar itu menghormatinya, dia juga tidak perlu memisahkan mereka dan menikmati bagaimana rasanya dilayani oleh anak dan menantu.

Mereka juga harus memberinya uang dan membiarkannya melakukan hal yang disuka. Kalau diingat lagi, menantunya itu sepertinya memiliki banyak uang sehingga bisa tinggal di apartement mewah itu. Brad yakin, kalau suami Anna itu memiliki banyak uang yang bahkan tidak bisa dihabiskan seumur hidupnya. Kalau mereka tidak bisa menggunakan uang dan hanya menyimpannya begitu saja, tidak ada salahnya kalau dia meminta dan menggunakannya untuk keperluannya sendiri bukan?

Tawa Brad semakin keras dengan angan-angannya yang terlalu jauh. Dia tidak sadar kalau tindakannya itu membuatnya terlihat aneh dan membuat orang-orang menjauhinya. Rasa mabuk yang menguasi membuatnya tidak peduli dengan sekitarnya. Berbeda dengan biasanya yang akan langsung menghujat, saat ini dia benar-benar sudah lupa dan terlena dengan khayalannya sendiri.

Brad tidak sadar, kalau langkahnya telah membawanya kesalah satu jalan teramai di kota New York. Disetiap kiri dan kanan, terdapat berbagai macam toko yang dibuka disana. Brad berhenti disalah satu butik yang memajang beberapa manekin berpakaian gaun pengantin. Melihat patung-patung itu membuatnya teringat dengan janjinya dulu untuk membahagiaan wanita yang telah mencintainya dengan sepemnuh hati. Ya, wanita itu adalah Rose Wright, ibu Anna sekaligus wanita bodoh yang menjadi budaknya selama bertahun-tahun.

Sebenarnya, Brad sungguh-sungguh mencitai Rose. Terlebih ketika mengetahui wanita itu tengah mengandung buah hatinya. Saat itu, meskipun keadaannya tengah sulit, Brad melakukan semua yang dia bisa agar bisa menikahi Rose. Bahkan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berusaha agar keluarga kecilnya bisa hidup bahagia. Di masa itu, Brad juga berjanji pada Rose untuk menggelar acara pernikahan dan membuatnya merasakan bagaimana rasanya menjadi pengantin sesungguhnya. Tetapi semua itu menjadi janji kosong yang tidak akan pernah bisa dipenuhi.

Tidak memiliki pekerjaan dan beban hidup yang berat membuatnya stress dan melampiaskannya dengan minum-minum. Dia yang dulunya ramah dan penyayang menjadi seseorang yang mudah marah dan mabuk-mabukkan. Brad bahkan tidak segan-segan memukul Rose jika dia tidak melakukan seperti yang dimintanya. Dia juga memukul Anna, putrinya yang masih kecil itu karena menganggapnya sebagai beban.

Semuanya bertambah buruk ketika dia memiliki kebiasaan baru, yaitu berjudi. Satu kemenangan kecil membuatnya ketagihan hingga sekarang. Pemikiran bisa menjadi kaya membuatnya bertaruh dalam jumlah besar meskipun berujung kekalahan. Meskipun gagal, berulang kali dia mencoba yang membuatnya terlilit hutang yang semakin besar. Karena judi, dia kehilangan segalanya. Rumahnya dijual untuk membayar dan Rose pergi meninggalkan dirinya dengan membawa putri kecil mereka.

Hingga sekarang, Brad tidak pernah berpikir untuk bertemu dengan Rose atau putrinya lagi. Melihat Anna bahagia bersama suaminya, membuatnya merasa iri karena tidak sanggup memberikan semua itu kepada Rose. Anna juga kelihatan baik dan tampak memiliki segalanya yang membuatnya berpikir kenapa putrinya itu tidak mencarinya. Padahal dia sendiri tidak pernah memikirkan bagaimana nasib keluarganya itu dan sekarang, dia justru berharap pada belas kasihan mereka.

Matanya menyipit ketika menyadari sosok pria yang dikenalnya. Dia adalah pria yang mengaku sebagai suami Anna. Pria itu tengah berdiri memunggunginya sambil memilih jas sehingga tidak melihatnya. Brad langsung teringat dengan rasa sakit diwajah ketika dihajar olehnya. Matanya menatap nyalang, berpikir untuk memberi pelajaran pada pria yang telah memukulnya itu.

“Sial! berani-beraninya kau memukul wajahku!” gumamnya sendiri dengan tangan terkepal.

Seolah-olah iblis tengah membantunya untuk membalas dendam, dia melihat sebuah tongkat kayu yang terletak disamping butik itu. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengayunkannya hingga membuat kaca tipis itu hancur berkeping-keping. Anna adalah putrinya dan anaknya itu tidak bisa menikah dengan siapapun tanpa seijinnya. Tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya tujuannya, termasuk pria yang mengaku sebagai suaminya itu.

Begitu mendapat kesempatan, Brad tidak ragu menyerang John dan tepat mengenai kepalanya. Serangannya itu langsung membuat darah merah mengalir disana. Tidak berhenti sampai disitu, dia melanjutkan dengan menghantam punggungnya hingga membuatnya jatuh tersungkur. Barulah ketika dia tidak bisa melawan, Brad menyeringai puas.

“Kau tidak berhak memiliki Anna! Dia putriku dan aku bebas melakukan apapun padanya. Ini adalah balasan karena kau telah menghajarku!”

Brad tertawa puas sebelum kembali mengangkat tongkat kayunya tinggi untuk memberikan serangan terakhir. Tatapannya semakin liar dengan senyum jahat yang melengkung dibibirnya. Tujuannya sekarang sudah berubah, dari memberinya pelajaran menjadi berniat untuk membunuhnya.

Ya, dia akan membunuh pria yang tidak berdaya itu dengan kedua tangannya sendiri dan merebut Anna darinya.

Dor!

Sebuah peluru langsung menembus bahu Brad dan membuat tongkat kayu dalam genggamannya terlempar. Matanya terbelalak dan melihat pundaknya yang mengeluarkan cairan merah hangat. Menyadari rasa sakit akibat peluru yang bersarang, dia mengerang sekeras-kerasnya dan menjauh dari targetnya. Kesempatan itu diambil polisi untuk mendekat dan meringkusnya.

Akibat tembakan itu, Brad sadar dari mabuknya. Dia meronta-ronta karena sadar telah membuat kesalahan yang mengacaukan seluruh rencananya. Dari sudut matanya, dia menangkap seorang pria berpakaian hitam yang dikenalnya sebagai anak buah Jack berdiri diseberang jalan. Brad sadar, kalau dirinya sedang diawasi agar tidak kabur dan karena dia telah merusak semuanya, kabar ini pasti akan langsung terdengar olehnya dan Jack pasti tidak akan melepaskannya.

“Lepaskan aku! Pria ini menculik putriku! Aku hanya ingin menyelamatkannya!” seru Brad yang sempat menggoyahkan polisi yang menangkapnya. Tidak ada cara lain, kalau ingin menyelamatkan nyawanya, dia harus membuat skenario bagus agar mereka mempercayainya. Tidak ada yang bisa membantah apalagi pria yang mengaku sebagai suami putrinya itu telah terkapar tidak berdaya. Ini adalah usaha terakhirnya untuk melarikan diri sekaligus membawa Anna bersamanya.

“John!” Anna tiba-tiba muncul dan langsung berhambur kehadapannya dengan histeris. Tangisnya pecah melihat pria yang dicintainya terluka dan hampir pingsan ketika mendengar perkataan terakhirnya. Kalau tidak ada Lizbeth disampingnya, dia pasti tidak akan tetap bisa mempertahankan kesadarannya. Barulah Anna sedikit merasa lega ketika Julie memberikan penanganan pertama dan menghubungi pihak rumah sakit.

“Anna!”

Mendengar namanya dipanggil, wanita itu menoleh ke asal suara dan menemukan sosok Brad yang sama menyedihkan dengan terakhir dilihatnya. Tidak, justru sekarang, ayah kandungnya itu lebih mengenaskan dari sebelumnya. Ada banyak memar di wajah dan juga bekas luka tembakan. Bahkan keceriaan yang muncul ketika melihatnya hanya sebuah kebohongan belaka.

Tanpa menunggu lama, Anna langsung bangkit dan berjalan menuju ayahnya itu dengan tangan terkepal.

“Syukurlah kau tidak apa-apa. Daddy mengkhawatirkanmu. Nah, ayo kita pergi sebelum orang jahat itu me – !”

Sebuah tamparan keras mendarat pipinya, meninggalkan rasa panas yang menyengat disana. Anna berusaha untuk tidak menamparnya lagi dan mengepal tangan erat. “Kenapa kau melakukannya?! Apa kau tidak puas menyiksaku dan ibu? Apa kau tidak bisa membiarkan kami bahagia? Kenapa kau begitu kejam pada kami?!”

Pertanyaan Anna yang bertubi-tubi itu membuat Brad tampak terpojok. Secara tidak langsung, itu membuatnya tampak sebagai orang jahat disini. Karena pernyataan Anna yang berbeda, genggaman polisi yang tadinya mengendur kembali menguat. Terpaksa, Brad harus merubah rencananya.

Semisal dia tidak bisa membawa putrinya itu, dia harus keluar dari sini hidup-hidup. Persetan dengan anak buah Jack yang mengikutinya. Persetan dengan tatapan rendah orang-orang yang tertuju padanya. Persetan juga dengan sikap kurang ajar Anna yang telah menamparnya. Untuk sekarang, dia akan merendahkan diri dan meminta pengampunan darinya. Begitu mereka lengah, dia akan menggunakan kesempatan itu untuk kabur.

“Putriku, kau salah paham. Daddy tentu ingin kau bahagia tapi tidak dengan pria itu! Dialah orang jahat disini, bukan Daddy. Please, percayalah pada Daddy,” ucap Brad dengan wajah memelas.

Tetapi hal itu tidak berpengaruh padanya. Anna justru menatapnya tajam dan membuatnya tidak bisa berkutik. “Yang jahat disini adalah kau! Kau adalah pria brengsek yang merebut kebahagianku! Sudah cukup kau membuat hidup ibu hancur! Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengannya dengan menutup mata semua perbuatanmu! Hari ini, aku akan membuatmu menyesal karena telah melukai pria yang kucintai! Polisi, tahan dia karena telah melukai suamiku!”

Brad sempat melawan ketika Anna sama sekali tidak melunakkan hatinya. Dia meraung, memberontak, bahkan menggigit lengan salah satu polisi ketika ingin memborgolnya. Barulah ketika tangannya terkuci, Brad mengucapkan sederetan sumpah serapah yang ditujukan pada Anna. Dia tidak terima kalau dirinya akan dipenjara begitu saja. Polisi terpaksa memukulnya untuk membuatnya diam lalu menyeretnya kedalam mobil.

Meskipun telah dipenjara, bukan berati tempat itu aman. Jack memiliki koneksi disana yang membuat bisnisnya tetap lancar. Bisa saja setelah menerima kabar ini, dia sudah menyiapkan sesuatu disana. Kalau dia benar-benar dipenjara, maka tamatlah riwayatnya.

“Anna, kumohon, maafkan Daddy. Daddy tidak akan mengulanginya lagi. Daddy janji akan berubah dan menjadi ayah yang baik untukmu. Kumohon, tolonglah Daddy.”

Mendengar kalimat penuh permohonan itu, Anna menutup mata. Dia sama sekali tidak menggubris karena tahu itu adalah omong kosong belaka. Kalimat itu adalah kalimat yang sama diucapkannya berkali-kali kepada Rose tetapi tidak pernah terwujud. Anna tidak akan terbuai dengannya, terlebih Brad hampir membunuh John.

Melihat tidak ada tanggapan dari Anna, Brad meronta sejadi-jadinya. Polisi telah memaksanya masuk kedalam mobil, hanya tinggal mengirimnya kedalam penjara. “Kau tidak bisa melakukan ini padaku, Anna! Aku ayahmu! Kau tidak bisa hidup tanpaku!” raungnya yang kemudian menghilang dibalik kaca.

Anna hanya menatap kepergian mobil polisi itu dengan padangan nanar. Setelahnya, dia beralih ke arah lain ketika mendengar suara mobil ambulans yang datang. Dia segera berlari menghampiri John yang sudah berada di dalam dengan mata berkaca-kaca. Anna ingin berada disampingnya, menemani pria itu. Tetapi Julie mencegahnya dan menyuruh Lizbeth untuk menahannya.

“Jangan khawatir, aku akan berusaha menyelamatkan John. Sekarang, tenangkan dirimu dulu baru menyusul ke rumah sakit ya.”

Setelahnya, Julie memberi aba-aba untuk menutup pintu. Mobil ambulans itu lalu bergerak, meninggalkan Anna ditempat dengan doa yang mengirinya.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

3 Komentar

  1. Dhian Sarahwati menulis:

    Semoga John baik2 aja..Anna juga aman ga di culik nantinya

  2. Semoga saja

  3. Viroez El menulis:

    Jadi deg2an bca lanjutannya..