Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 23

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

8 votes, average: 1.00 out of 1 (8 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Sekumpulan orang berbaju hitam, terlihat puas menganiaya seorang seorang pria lemah tak berdaya. Meskipun permintaan maaf telah berulang kali dilontarkan, mereka seolah-olah tuli dan terus memukul pria malang itu hingga babak belur. Hingga sampai pria itu jatuh tersungkur dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, barulah mereka melepaskannya.

Seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan mahal melangkah mendekati pria kumuh itu dengan rokok yang tersulut diantara bibirnya. Dia adalah bos dari orang-orang berbaju hitam itu dan salah satu orang yang sangat ditakuti diseluruh New York. Itu karena dia adalah pemimpin dari organisasi gelap yang memperdagangkan manusia dan juga senjata. Selain itu, dia juga dikenal sebagai rentenir kejam yang memiliki banyak kelab malam.

Disemua bisnis kelab yang dimilikinya, pasti ada judi yang digunakan untuk menjerat orang-orang bodoh yang mau menghamburkan uangnya sia-sia. Metodenya selalu sama, membuat mereka menang dalam jumlah kecil lalu menjebak mereka dalam hutang yang besar. Setiap pelanggan yang kalah, dia akan memberikan pinjaman dengan bunga rendah. Banyak dari mereka yang tergiur dan meminjam dalam jumlah besar, berpikir kalau menang maka semua bisa dikembalikan. Tetapi mereka tidak tahu, kalau ada jebakan lain yang disembunyikan disana dan siap menerkam.

Dari semua pelanggan yang meminjam, ada sedikit banyak yang berhasil mengembalikan pinjaman berserta bunga dan tidak kembali lagi. Hanya orang-orang bodoh yang tersisa dan terus mengulang kesalahan yang sama hingga kehilangan segalanya. Seperti pria malang yang sekarang terkapar dibawahnya ini. Dengan ujung sepatunya yang lancip, dia membalikkan tubuh itu hingga menampakkan wajahnya yang mengenaskan. Kemudian, dia menghisap dalam-dalam rokoknya itu lalu menghembuskan nafas yang bercampur asap kemudian menghilang di udara.

“Brad, Brad, Brad. Alasan apa lagi yang kau miliki kali ini, hmm? Kau sudah repot-repot membuatku menemuimu secara langsung. Apa tidak ada balasan atas kunjungan hari ini?” Pria itu sengaja membuang abu rokonya diatas wajah Brad. Tidak sampai berhenti disitu, dia juga mematikan rokoknya dengan meletakkan diatas tubuh dan menginjaknya.

Jeritan kesakitan terdengar setelahnya. Brad berguling-guling ditempatnya dengan mata terbelalak lebar seolah-olah terbangun paksa dari tidurnya. “Aku … tidak punya uang. Kumohon … berikan aku waktu. Aku janji … akan segera membayar.”

Merasa tidak puas dengan jawaban yang didengar, pria itu lantas menendang perut Brad hingga membuatnya muntah. Dia melihat jijik sepatunya yang terkena bekas muntahan itu dan menyuruh anak buahnya mengambil sepasang yang baru. “Kau lihat bagaimana aku mengganti sepatuku tadi? Kau sama seperti itu. Kalau tidak bisa membayar, kau bisa menggantinya dengan yang lain seperti organ tubuhmu.”

Brad langsung melotot ngeri. Cepat-cepat dia berlutut dan memohon ampun pada pria dihadapannya. “Jack, kumohon … beri aku kesempatan satu kali lagi! Aku … aku … sudah menemukan putriku! Aku … aku akan meminta uang padanya! Dia pasti mau membantuku karena aku adalah ayahnya!”

Pria bernama Jack Sullivan itu menyipitkan matanya seperti rubah karena mendengar sesuatu yang menarik. Tetapi dengan lihai dia menyembunyikan ekspresinya karena perkataan Brad sulit untuk dipercaya. Pria dihadapannya ini salah satu pelanggan terburuk yang dimilikinya. Tentu saja ini juga bukan janjinya yang pertama kali. Sudah beberapa kali dia mengatakan hal yang sama dan sudah beberapa kali pula di lepas dari kejarannya.

“Apa kau yakin putrimu akan memberimu uang? Bagaimana kalau dia tidak mau membantumu?” tanya Jack memastikan.

“Dia pasti akan membantuku! Kalau tidak … kalau tidak …” Sejenak, Brad kehilangan kata-kata untuk menjawab. Namun dia teringat dengan rencana untuk menjual Anna sebagai mesin pencari uangnya. “Kau bisa menjual putriku sebagai bayaran atas hutang-hutangku! Dia sangat cantik dan juga pintar. Aku yakin pasti banyak pria yang menginginkannya!” sambungnya menggebu-gebu.

Jack tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyeringai. Brad Collins, pria ini benar-benar lelaki busuk diantara korbannya. Manusia sepertinya memang sudah rusak dari akarnya. Sebenarnya, banyak orang-orang yang sama dengannya tapi banyak dari mereka masih berpikiran waras untuk tidak mengorbankan keluarga. Ini memang bukan pertama kali baginya bertemu dengan keadaan seperti ini. Situasi ini, selalu saja memperlihatkan suatu tontonan yang menarik.

Mungkin, ada baiknya dia memberi sedikit kelonggaran pada Brad. Toh, dia juga tidak akan membiarkan pria itu begitu saja. Dia akan menempatkan beberapa bodyguard untuk mengawasi dan melaporkan pengembangannya. Kalau apa yang dikatakan Brad benar soal putrinya, dia bisa mencicipnya sedikit sebelum menjualnya untuk menjadi budak pemuas nafsu ataupun mainan para konglomerat.

“Baiklah, aku memberikanmu waktu satu hari. Ingat, hanya satu hari! Besok malam, kalau kau tidak bisa membayar hutangmu, bawa putrimu sebagai bayaran. Kalau dia secantik yang kau katakan, aku akan melunaskan semua hutangmu.”

Brad langsung bersujud berkali-kali mengucapkan terima kasih. Satu hari adalah waktu yang sangat banyak untuknya. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan memanfaatkannya sebaik-baiknya.

Anna sudah jelas tidak akan memberikannya uang dan dia pasti bersama pria yang mengaku suaminya itu. Dalam benaknya, sudah tersusun rencana untuk menyelesaikan masalahnya ini. Pertama, dia akan menculik Anna dan meminta sejumlah uang tebusan pada suaminya. Setelah itu, dia akan menjual putrinya pada Jack. Mengingat selera pria tua bangka itu, Anna pasti akan terjual sangat mahal, belum lagi dengan rambut pirang aslinya yang merupakan tipe favoritnya. Kemudian, dia bisa menyelamatkan diri dengan uang tebusan yang didapat. Dia bisa pindah kota dan bersembunyi sambil menghamburkan uang yang didapat.

Brad menyeringai lebar memikirkan rencana itu. Sekali lempar, dua tiga pulau terlampaui. Selain hutangnya lunas, dia mendapatkan uang dan menyelamatkan nyawanya sendiri. Ya, asalkan dirinya masih hidup, masih ada kesempatan untuknya. Dia akan mencari wanita bodoh lain yang mau bekerja keras untuknya dan memberikan apapun yang dia minta. Dengan begitu, dia akan bertahan dan terus melakukan apa yang diinginkan.

***

Sudah 30 menit lamanya, Anna memandang gaun-gaun putih yang dipajang

Sudah 30 menit lamanya, Anna memandang gaun-gaun putih yang dipajang. Semua gaun itu sangat indah sehingga dia kesulitan memilih. Setiap kali telah menetapkan pilihan, selalu saja ada gaun lain yang lebih bagus dari opsi sebelumnya. Apa boleh buat, ini adalah resiko karena tidak mau memesan gaun khusus. Anna ingin mengetahui bagaimana rasanya mencari gaun pengantin pilihannya. Lagipula, sangat boros jika harus membuat padahal hanya dipakai sekali. Memang dia bisa menyimpannya seperti gaun pernikahan Nina yang bisa diberikan kepada putrinya nanti.

Walau sudah dibantu Julie dan Lizbeth, Anna tetap saja kesulitan mencari gaun yang cocok dengannya. Padahal butik ini merupakan salah satu tempat ternama dengan berbagai pilihan gaun dan juga desainer hebat. Karena banyak jenis-jenisnya, Anna jadi kesusahan memilih ditambah Julie dan Lizbeth saling berdebat menentukan mana gaun yang terbaik untuknya.

“Menurutku, Ball Gown cocok untuk Annna karena membuatnya seperti putri dongeng. Lihat, belakang punggung gaun ini dilapis oleh kain tipis yang seolah-olah tampak transparan. Anna pasti terlihat sangat cantik kalau mengenakannya.” Lizbeth mengucap bangga dengan gaun pilihannya. Tentu saja, banyak yang menginginkan pernikahan seperti tuan putri dalam dongeng. Dia pun ingin mengenakan gaun berjenis itu suatu hari nanti saat menikah.

Julie menatap gaun pilihan Lizbeth dengan dahi mengkerut lalu memperlihatkan gaun pilihannya

Julie menatap gaun pilihan Lizbeth dengan dahi mengkerut lalu memperlihatkan gaun pilihannya. “Menurutku, A Line lebih cocok Anna apalagi dengan belahan rendah yang menampakkan buah dadanya yang indah. Belum lagi dengan punggung dan lengan yang terekspos sempurna, membuatnya tampak sexy dan hot secara bersamaan.”

"Tidak! Ball Gown lebih cocok! Anna juga tampak sexy saat mengenakannya

“Tidak! Ball Gown lebih cocok! Anna juga tampak sexy saat mengenakannya. Aku yakin pasti banyak pria diluar sana yang iri ketika melihatnya nanti!” Lizbeth kukuh dengan pilihannya dan menganggap kalau itu adalah gaun yang terbaik.

“Oh Lizbeth Sayang, kau masih kecil. Terkadang ada hal lain yang dilihat selain sexy yaitu mempesona dan juga bergelora. Kuakui Ball Gown memang indah tapi A Line tampak lebih dewasa dan juga mengundang.” Julie sengaja memperlambat kata terakhirnya. Dia tahu kalau Lizbeth mungkin tidak akan mengerti maksudnya tapi John yang sejak tadi memperhatikan pasti mengetahuinya.

Belum sempat Lizbeth balas berdebat, John datang untuk melerai. Dia mengusap kepala keponakannya itu sekali dengan gemas sebelum beralih kepada Anna dan memberikan ciuman singkat di pipinya. “Kalian tidak perlu berdebat. Aku sudah menentukan gaun mana yang cocok untuk Anna.”

John lalu menyuruh pramuniaga mengambil sebuah gaun putih yang sejak tadi sudah menarik perhatiannya. Ketika melihat gaun itu, dia bisa melihat tatapan terkesima dari Anna yang sekaligus membuat kedua wanita dihapannya ini terdiam.

 Ketika melihat gaun itu, dia bisa melihat tatapan terkesima dari Anna yang sekaligus membuat kedua wanita dihapannya ini terdiam

Gaun itu berbentuk Mermaid Dress dengan seutas tali tipis di bahu. Selain itu, bagian belakang dari gaun itu menonjolkan punggung yang indah. Bagian skirt dan trainnya dibordir panjang seperti ombak. Secara keseluruhan, gaun itu terlihat polos tanpa permata apapun yang menghiasainya. Tetapi, gaun itu bisa menimbulkan kesan putri, indah, sexy dan juga hot secara bersamaan.

“Sayang, coba pakai yang ini. Aku yakin, kau pasti tampak cantik mengenakannya,” bisik John ditelinga Anna yang menimbulkan sensasi menyenangkan baginya.

Anna berusaha menahan diri untuk tidak mencium pria disampingnya ini. Kelihatannya, John memang sengaja melakukannya untuk menggodanya. Kalau saja ditempat ini hanya ada mereka berdua, dia pasti membalas rayuannya itu dan membuatnya menyesal.

“Baiklah tapi sebagai gantinya, aku juga ingin melihatmu mengenakan jas pernikahan. Kau mau memakainnya juga kan?” Anna sengaja membisikkan kalimat terakhir dengan nada sensual dan memberikan hembusan hangat disana. Beberapa kali bercinta dengan pria itu membuatnya tahu dimana titik kelemahannya.

Benar saja, John menyeringai lebar setelah mendapat perlakuan seperti itu. Bahkan, ada kilatan tajam disana yang menandakan dia sedang berhasrat. “Of course, Darling. Bagaimana kalau kita sama-sama melakukannya? Aku membantumu, kau membantuku.”

Julie mengerti kemana arah pembicaraan itu berakhir memutuskan untuk meloncat diantara mereka dan memutuskan kontak yang terjadi. Kalau mereka benar-benar melakukannya disini, bisa rusak baju pengantin yang akan dikenakan dan membuat mereka diusir. “Sepertinya lebih baik kalau pramuniaga saja yang membantu Anna. Mereka lebih mengerti bagaimana cara memakai gaun itu dengan benar. Lagipula gaun milik perempuan sangat rumit, berbeda dengan kalian laki-laki yang lebih mudah.”

John langsung berwajah masam karena rencananya telah digagalkan. Dalam hati dia mengutuk Julie dan menyesal karena sudah memperbolehkannya ikut. Kalau saja wanita itu tidak ada, dia pasti sudah bersenang-senang dengan Anna sekarang dibalik tebalnya tirai ganti baju.

Dengan tidak rela, John memberikan ciuman singkat dipunggung tangan Anna sebelum melepas genggamannya. “Jangan lama-lama ya, Sayang. Karena setelah ini kita akan melakukan hal-hal yang menyenangkan.”

Anna memberikan senyum simpul sebagai jawaban lalu mengikuti pramuniaga yang akan membantunya. Dia tahu apa maksud John dengan hal-hal menyenangkan dan tentu saja, pria itu pasti tidak akan melepaskannya malam ini.

Sepeninggal Anna, John menatap tajam kearah Julie yang dibalas dengan gelengan acuh tak acuh. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengganti pakaiannya menjadi jas putih bewarna senada dengan calon istrinya itu. Dia memandang pantulan dirinya sendiri pada cermin dengan bangga melihat betapa tampannya dirinya ketika bersanding dengan Anna nanti. John bahkan bisa membayangkan dirinya berdiri ditengah altar bersama wanita pujannya itu untuk mengucap sumpah sehidup semati dan bertukar cincin.

Senyumnya semakin lebar ketika keluar dari ruang ganti untuk memperlihatkan pada Anna betapa gagahnya dirinya

Senyumnya semakin lebar ketika keluar dari ruang ganti untuk memperlihatkan pada Anna betapa gagahnya dirinya. Tetapi, kelihatannya wanitanya itu masih membutuhkan waktu untuk berganti. Jadi John menggunakan kesempatan itu untuk duduk di sofa sambil membaca majalah wisata. Dia berencana akan menggelar pernikahan disalah satu pantai yang indah dan terkenal. Setelah acara pernikahan selesai, mereka bisa sekalian melakukan honeymoon dan mengajak Anna mengunjungi tempat-tempat idamannya.

John tersenyum senang memikirkan rencananya itu. Kalau orang lain yang melihat, pasti mengiranya gila karena tertawa sendirian. Tetapi kalau dilihat lagi dari pakaiannya yang mengenakan baju pengantin dan duduk sendirian di butik, maka bisa dimaklumi jika tawanya itu adalah tawa bahagia.

Seminggu adalah waktu yang singkat untuk mempersiapkan acara, ditambah lagi dia belum memilih tempat. Anna mengatakan untuk tidak mempersiapkannya secara buru-buru tapi John sudah tidak sabar untuk segera memiliknya dan membuat wanita itu mengandung buah hatinya. Dia tidak sabar menjadi seorang ayah sekaligus suami dari wanita yang dicintainya itu.

Mengenai tempat, sempat terbesit di benak John untuk melakukan acara pernikahannya di Bali. Dia pernah membaca artikel kalau orang Indonesia terkenal suka menyelesaikan segala sesuatu di detik terakhir. Kalau disana, dia pasti sempat melakukan pernikahannya minggu depan. Belum lagi, biayanya juga termasuk murah dan Bali memang terkenal akan keindahannya.

John sendiri belum mengatakan kepada orang tuanya perihal pernikahannya ini. Mereka pasti setuju dengan pilihannya dan membiarkan dirinya menentukan segalanya sendiri. Kedua orang tuanya sangat sibuk sehingga hanya bisa meluangkan sedikit waktu untuknya. Paling, John akan mengabari mereka sehari sebelum acara pernikahannya dilaksanakan. Mereka bisa datang atau tidak, dia tidak banyak berharap. Orang tuanya tidak seperti Gustav atau Elaine yang bisa meninggalkan pekerjaan demi Alex dan Nina. Ya, sudah resikonya menjadi anak dari dokter, bahkan dirinya sendiri sekarang seorang dokter yang terkadang jam kerjanya tidak jelas.

Untung saja ada Anna yang memperhatikan kondisinya. Wanita itu benar-benar matahari yang menerangi hidupnya yang melelahkan. Kalau saja dia tidak pernah mengenal Anna, dia tidak tahu bagimana masa depannya. Rasanya, dia tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan yang sama dari wanita lain. Anna, hanya wanita itu satu-satunya yang bisa membuatnya terobesi dengan rasa memiliki. Wanita itu juga yang mengajarkannya untuk mencintai dan menerima seseorang apa adanya.

Ketika mendengar gesekan besi yang berdentingan, John langsung melompat dari sofa dan berlari menuju ruang ganti Anna. Disana, dia melihat Julie dan Lizbeth tengah memandang Anna dengan pandangan kagum. Dari reaksi mereka, John tahu kalau pilihannya benar tapi sayangnya dia tidak bisa melihat betapa cantiknya Anna karena terhalang tirai yang tidak terbuka sempurna. John terpaksa memutar kedepan sampai akhirnya dia menganga melihat sosok dihadapannya.

“Berhenti menatapaku seperti itu. Apa aku aneh mengenakannya?” tanya Anna ketika John tidak mengatakan apapun.

John masih mematung ditempatnya sampai Julie harus menepuk punggungnya agar kesadarannya kembali. Begitu sadar dari lamunannya, John langsung melangkah mendekati Anna. Dia menarik pinggul wanita itu dekat padanya lalu memberikan sebuah ciuman panjang yang dalam dan juga sensual.

“Kau terlihat cantik. Aku jadi ingin segera menikahimu,” ucap John yang otomatis membuat wajahnya memerah. Rasanya, dia ingin menciuminya lagi tapi demi kebaikan dirinya dan juga Anna, John menahannya. “Pilihanku benar bukan? Gaun ini memperlihatkan semua lekuk tubuhmu dengan tegas. Kau juga menjadi lebih cantik dari biasanya.”

“Ya, kami tahu seleramu bagus. Jadi bisakah kau menyingkir dan membiarkan Anna mengganti pakaiannya? Kami iri karena pilihan kami tidak terpilih!” Julie menyuarakan protesnya karena tidak tahan dengan kedua sejoli itu yang terus memamerkan kemesraan mereka.

“Aku setuju dengan Julie. Untuk mengobati rasa sakit hati kami, kau harus mentraktir kue setelah ini!” sambung Lizbeth yang ikut merasa jenuh.

“Tenang saja, aku tidak akan membiarkan usaha kalian sia-sia. Gaun ini dan kedua gaun lainnya aku ingin menyewanya untuk acara pernikahanku nanti. Aku ingin wanitaku terlihat cantik dengan semua gaun yang kalian pilih!”

Julie dan Lizbeth langsung berteriak kesenangan. Mereka bergiliran meminta Anna untuk memakai baju pengantin yang dipilih. Tentu saja, John mengijinkan. Dia juga ingin melihat wanitanya itu tampak cantik dengan berbagai gaun pengantin dan pasangan yang telah menginsipirasinya tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri, Alex dan Nina.

“Kalau begitu, kau juga harus mengganti pakaian yang lain! Tidak hanya putih tetapi warna yang lain.” Anna tidak mau kerepotan sendiri karena harus berganti 2 kali lagi. John tentu harus mengalami hal yang sama juga.

“Baik Sayang, tunggu aku.” John memberikan ciuman jarak jauh sebelum kembali memilih jas untuknya. Belum sempat dia melakukannya, suara pecahan kaca dan teriakan orang-orang mengalihkan pikirannya.

Semuanya berlalu begitu cepat. Ketika John menghampiri mereka untuk memeriksa keadaan, sesuatu menghantam kepalanya dan membuat darah mengalir mengenai jas putihnya. Selanjutnya, dia terjatuh terjerembab ketika pukulan lain mengenai punggungnya. Ditengah kesadarannya yang tipis, dia melihat sosok penyeranganya yang tidak lain adalah Brad. Pria itu menyeringai senang ke arahnya seraya membanting tongkat kayu yang digunakan untuk menyerangnya.

“Kau tidak berhak memiliki Anna! Dia putriku dan aku bebas melakukan apapun padanya. Ini adalah balasan karena kau telah menghajarku!”

John ingin bangkit tapi tubuhnya terasa lemah. Dia melihat kalau Brad mengangkat tongkatnya tinggi bersiap untuk memukulnya lagi. Kalau saja, dia memukul kepalanya, bisa-bisa dirinya celaka. Dia tidak boleh mati disini. Tidak saat dirinya dan Anna baru saja mendapatkan kebahagiaan.

Bunyi peluru dan erangan kesakitan Brad terdengar setelahnya. Seorang polisi sedang berpatroli di daerah itu dan langsung menembak Brad karena dianggap berbahaya. Ada desahan nafas lega dari John karena akhirnya pria brengsek itu tidak bisa mendekati Anna. Perbuatannya itu pasti membuatnya mendekam di penjara selama beberapa tahun. Dan sekarang, keadaannya sendiri berada di ujung tanduk.

John merasa tubuhnya dingin dan pandangannya mengabur. Pukulan dikepalanya tadi pasti melukai otak dan membuatnya pendaharan. Kalau dibiarkan terus, dia akan mati. John jadi menyesal karena tidak bisa menikahi Anna. Seharusnya dulu dia mengejar wanita itu lebih keras agar bisa memberikan kebahagian untuknya.

Ditengah kesadarannya yang menipis , John bisa mendengar teriakan Anna. Wanita itu tengah menangis sambil memanggil namanya. Gaun pengantin yang dikenakannya pun jadi kotor karena darahnya dan Anna, wanita itu sangat histeris melihat keadaanya sekarang.

Kalau ini memang hari terakhirnya, John ingin melihat Anna tertawa. Tetapi sebaliknya, dia malah membuat wanita itu memangis. John ingin menenangkannya tapi lidahnya terasa kelu sehingga sulit untuk mengatakan sesuatu. Dengan seluruh tenaga tersisa, John bersusah payah mengucapkan satu kata, kata yang mewakili semua perasaanya sekarang.

“Maaf …”

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

7 Komentar

  1. Dhian Sarahwati menulis:

    Tangkep aja ayahnya bawa jauh2..jgn sampe Anna d pengaruhi ayahnya yg b*******…semoga John baik2 aja
    :bantingkursi :bantingkursi :bantingkursi

    1. Juniar Vina menulis:

      Wah wah, marah nya sampai banting” buku 😁

  2. Dhian Sarahwati menulis:

    Jangan sampe orang suruhan Jack Sullivan nemuin Anna trus d culik buat nebus utang_nya Brad…g bs bayangin kl itu terjadi d saat John sakit.

  3. Mukti Sriwulandari menulis:

    Huaaaaaa,,,,😭😭😭😭😭

  4. Kumenangis

  5. Tks y kak udh update.