Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 06

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

13 votes, average: 1.00 out of 1 (13 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Bunyi gorengan minyak terdengar ketika meletakkan bawang

Bunyi gorengan minyak terdengar ketika meletakkan bawang. Dalam sekejap, aroma bawang yang setengah matang menguar ke seluruh dapur. Aku langsung menyalakan Cooker Hood agar baunya tidak sampai keluar. Jika sampai tercium oleh Nina, bisa-bisa saja itu membuatnya menjadi tambah lapar dan Alex yang tak sampai hati melihat istri tercintanya menunggu, pasti akan langsung membelikan makanan lain.

Semalam, Nina mengatakan kalau dia mengiginkan mie ayam. Makanan tradisional khas Indonesia itu sangat sulit menemukannya di sini. Kalau di Indonesia justru mudah karena banyak kaki lima yang menjualnya. Tapi tidak mungkin menyuruh orang untuk mengirimnya kemari, kan? Karena itu, aku berinisiatif untuk mempelajari dan membuatkannya.

Setelah aku mencari resepnya, ternyata tidak sulit. Bahan-bahan yang dibutuhkan bisa kudapatkan Supermarket. Agar bisa langsung memasak, kemarin aku langsung membeli semua yang dibutuhkan. Aku mencuci bersih semua sayuran dan memotong ayam sehingga sekarang tidak kerepotan.

Kebetulan Nina sangat menyukai bawang goreng. Dari resep-resep yang kubaca ada yang menambahkannya dan ada juga yang tidak. Beberapa juga ada tambahan bumbu lain seperti jamur, kerupuk ataupun bakso. Ketimbang pusing, lebih baik aku sedikit berinovasi dan membuat mie ayam versiku sendiri.

Begitu bawang matang, aku meniriskannya terlebih dahulu sebelum meletakkannya diatas tisu penyerap. Selanjutnya, aku melanjutkan dengan membuat kuah dan bahan pelengkap lainnya. Karena sebelumnya aku telah menyiapkan bahan-bahan, tidak butuh waktu lama hingga semuanya siap. Langkah terakhir yaitu merebus mie dan setelahnya semua sudah siap.

Aku sangat beruntung ketika bertemu bibi penjual mie ini. Dia memberiku tips agar mie tidak terlalu lunak setelah direbus dan terasa padat ketika dimakan. Caranya adalah dengan mengangin-anginkan mie tersebut selama beberapa saat baru menyimpannya di kulkas agar tahan selama 2 hari. Lalu ketika merebus, jangan memasukkan mie ketika airnya belum mendidih. Hal itu akan membuat teksturnya menjadi lembek dan mudah putus.

Bibi itu memberikan tips dengan memasak air sampai matang terlebih dahulu lalu merendam mie sembari mengaduknya dengan sumpit. Dengan cara seperti itu, mie tidak akan mudah lembek dan mudah putus. Bahkan, kita bisa mengatur sendiri seberapa keras dan lunak tekstur mie yang di inginkan.

Aku meneriskan mie ketika sudah mencapai tekstur yang kuinginkan. Bentuknya keriting dengan warna kuning pucat tampak menggiurkan. Belum lagi jika ditambah dengan bumbu-bumbu lainnya. Aku yakin, Nina pasti menyukainya. Dia bahkan selalu meminta tambah jika aku yang memasak.

“Wanginya.”

Aku menoleh ke asal suara dan terkekeh menemukan Nina yang berdiri disamping pintu sembari menatap ke arahku. Bukan, lebih tepatnya kepada kumpulan bumbu yang tersusun diatas meja dan siap untuk ditaburkan. “Sudah selesai, Sayang. Kau tidak perlu menunggu lagi. Panggilah Alex dan kita sarapan bersama.”

Mata Nina berkilat senang ketika mendengar ucapanku. Dengan segera, dia memanggil Alex yang datang dengan Lucas berada di gendongannya. Nina mengambil kursi bayi dan Alex mendudukkannya disana.

Semenjak menjadi ayah, Alex rajin membaca buku-buku parenting. Dia tidak ingin Nina kelelahan dan mengambil peran aktif sebagai seorang ayah. Alex tidak mau jika Lucas merasa kesepian sepertinya dirinya dulu yang sering ditinggal karena urusan pekerjaan. Sesibuk apapun, dia pasti akan meluangkan waktu kosong untuk Lucas. Jika sedang dinas pun, dia akan melakukan video call agar melihat wajah putranya itu.

Bayi itu selalu ceria jika bergabung sarapan dengan orang tuanya. Pipinya yang mengembul sangat gemas untuk dicubit. Dia menghentakkan kedua tangannya diatas meja dengan senyum ceria pertanda meminta makanan. Begitu semangkok bubur terhidang dihadapannya, tangannya yang kokoh menggenggam sendok dan mulai menyuapi diri.

“Lucas semakin pintar makannya ya. Tidak terasa dia sudah besar dan sebentar lagi bisa berjalan,” ucapku lesu. Anak-anak memang tumbuh dengan cepat. Rasanya tidak rela jika wajah lucu mereka perlahan memudar, digantikan dengan sosok yang dewasa. Mungkin, seperti inilah rasanya menjadi orang tua. Senang dan sedih bersamaan ketika melihat anak beranjak dewasa sedangkan mereka menjadi tua.

“Tentu saja. Dia adalah putraku tentu saja dia sama pintarnya denganku.” Alex menjawab senang seraya mengusap kepala anaknya. Lalu tiba-tiba dia menoleh ke arahku dengan senyum miring. “Kenapa? Apa kau tidak tertarik untuk membuat satu?”

Aku sengaja memberikan tampang bosan sebagai jawaban lalu mengambil mie bagianku. Nina sudah mengambil bagiannya dan aku sengaja mengambilnya agak banyak supaya tersisa sedikit.

Melihatnya bagiannya yang kurang, Alex menatapku dengan pandangan memelas. “Hey, aku hanya bercanda. Memangnya kau bisa menghabiskan sebanyak itu?”

“Bukan urusanmu. Kalau kau mau, rebus saja sendiri!” jawabku ketus.

Sifat Alex, sedikit banyak berubah semenjak kehadiran Lucas. Dari pria yang serius dan dingin menjadi hangat dan murah senyum. Bahkan, perubahan itu terasa oleh karyawan dan rekan bisnisnya. Jika biasa dia selalu memasang wajah datar dan berbicara minim, sekarang dia lebih banyak bicara dengan sedikit humor yang menurutku masih jelek.

Nina terkekeh pelan melihat perdebatan kecil kami. Dia tahu kalau aku sayang padanya karena itu dia membagikan porsinya pada Alex. “Kalau begitu, apa kau mau berbagi denganku?”

“Aku memasak untukmu bukan untuknya,” ucapku cemberut. Meskipun begitu, aku tetap membagikan porsi mie padanya.

Nina terlihat senang dan langsung memakannya. Begitu suapan pertama, matanya berbinar senang dan melanjutkan makannya dengan lahap. Dari pengamatanku, selain ayam Nina sangat menyukai jamur yang kumasak. Sudah kuduga kalau dia pasti akan menyukainya. Walaupun baru pertama kali membuatnya, hasilnya sangat memuaskan. Berikutnya, aku akan memasak yang lebih enak daripada ini.

Ketika Nina hampir tersedak, Alex buru-buru memberinya minum sedangkan aku menepuk punggungnya agar terasa baikan. “Pelan-pelan, Sayang. Kalau kau tersedak bagaimana? Tenang saja, aku membuat banyak dan kau bisa menikmatinya sebanyak yang kau mau,” ucapku pelan.

“Maaf, rasanya sangat enak. Aku jadi buru-buru memakannya,” balasnya setelah merasa baikan. “Aku sangat menyukai semua masakanmu.”

“Jadi, kau lebih menyukai masakan Anna daripada aku?” Alex sengaja memuramkan wajahnya lalu memandang ke arah Lucas. “Apa Lucas sayang pada Daddy?” tanyanya dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Bayi yang belum mengerti apa-apa itu mengerjap beberapa kali. Seolah-olah apa yang ditanyakan ayahnya itu tidak penting, dia lebih memilih bermain dengan makanannya.

“Bahkan Lucas pun mengabaikanku. Minggu depan, aku tidak mau bekerja.”

Beginilah Alex. Dia akan merajuk jika tidak mendapat perhatian dari dua orang dicintainya dan menggunakan berbagai alasan. Tingkahnya sangat kekanak-kanakan padahal dialah orang dewasanya.

“Aku memang menyukai masakan Anna tapi …” Nina sengaja memberi jeda agar Alex melihatnya. “Aku mencintai pria besar yang suka merajuk dihadapanku ini.”

Dalam sekejap, senyum langsung merekah di wajah Alex. Jika saja tidak ada meja diantara mereka, dia pasti sudah mencium Nina dan bercinta dengannya. Sayangnya, meskipun hasrat Alex sangat menggebu, dia tidak bisa melampiaskan nafsunya begitu saja. Nina sedang hamil muda dan Julie sudah memberi peringatan agar tidak melakukannya sampai kandungannya kuat.

“Kelihatannya, aku dan Lucas menjadi pengganggu disini. Karena mie nya sudah habis, aku akan menyiapkannya lagi sekalian membersihkan Lucas. Silahkan kalian nikmati waktu berduanya.”

Aku menggendong Lucas dari kursi bayinya dan langsung melenggang pergi, meninggalkan pasangan yang tengah kasmaran itu. Aku bahkan sengaja menutup pintu pembatas agar tidak melihat betapa mesranya mereka. Aku lalu menatap ke arah Lucas yang tengah memainkan kancing kemejaku dengan riang.

“Kelihatannya dirumah ini hanya aku yang masih sendiri. Kau pun sebentar lagi akan memiliki adik. Hah … aku jadi berharap agar waktu lambat berputar agar kau bisa menemaniku lebih lama lagi.”

Lucas menoleh ke arahku sebentar lalu tertawa. Entah dia mengerti atau tidak apa yang kumaksud, dia tertawa sejenak sebelum kembali memainkan kancing.

“Bahkan kancing itu lebih menarik dariku. Aku jadi mengerti perasaan Alex tadi,” racauku yang sendiri yang tidak dapat dipahami oleh bayi kecil ini.

***

Sehabis menyelesaikan sarapan, aku melanjutkan pekerjaan dengan mencuci piring dan membereskan rumah. Sebenarnya, tidak ada yang perlu kulakukan dari rumah yang sudah rapi ini. Hanya saja, tidak mungkin aku mengganggu acara keluarga orang lain, bukan?

Selesai sarapan, Alex membawa Nina dan Lucas ke taman untuk jalan-jalan. Setiap kali mereka berpegian, aku juga pasti diajak. Namun, kali ini aku menolak. Bahkan ini bukan pertama kalinya aku menolak ajakan mereka. Aku sadar diri untuk tidak mengganggu waktu mereka dan aku juga tidak mau menjadi orang yang kelihatan paling menyedihkan karena tidak memiliki pasangan.

Desahan nafas panjang kemudian lolos ketika aku selesai membersihkan semuanya. Aku merasa lelah tapi bukan karena bekerja. Daripada lelah, mungkin lebih ke rasa iri dan takut karena melihat Alex dan Nina bahagia. Aku memang tidak memiliki perasaan kepada Alex. Hubungan kami resmi seperti sahabat lainnya.

Banyak yang mengatakan aku bodoh karena tidak memanfaat Alex dan menjeratnya. Ya, aku memang bodoh. Aku mau menipu diriku sendiri dengan menyerahkan seluruh tubuhku padanya. Aku tidak bisa. Aku tidak mencintainya dan menghargai persahabatan kami. Karena itu, melihatnya bahagia bersama wanita yang dicintainya ikut membuatku merasa senang. Namun itu juga membuatku menyadari sesuatu. Aku juga mengiginkan kebahagian itu.

Jauh di lubuk hatiku terdalam, aku ingin seperti Nina, mencintai dan dicintai oleh satu pria dan membuat kebahagian bersama. Tapi, apakah aku bisa meraskannya? Tubuh ini, dengan tubuh ini, aku tidak pantas mendapatkannya. Aku kotor dan aku tidak menyesalinya. Setiap hal yang kulakukan, tidak pernah kusesali. Aku menikmatinya, aku melakukannya dengan sadar dan aku paham akibat yang kuterima.

Sekarang, aku memang sehat tetapi siapa tahu untuk kedepannya. Aku tidak pernah memeriksa jika setiap pria yang berhubungan denganku adalah bersih. Aku juga tidak pernah mengecek kesehatanku sendiri. Bisa hidup sampai sekarang tanpa pernah merasa sakit adalah suatu anugerah terbesar.

Aku tersenyum masam dengan keingananku sendiri. Aku hanya bisa bermimpi tanpa bisa meraih. Kalau aku diberi kesempatan berumur panjang, bekerja dengan Alex sampai tua bukanlah ide yang buruk. Dia juga pasti lebih nyaman denganku karena aku sudah tahu sifatnya seperti apa. Jika mencari pengganti baru pun akan sedikit sulit untuk menyesuaikan apalagi dengan keinginannya yang terkadang sulit ditebak.

Aku merasa lega karena Alex menganggapku sebagai bagian dari keluarganya, begitu juga Nina. Aku sangat berterima kasih karena mereka memberiku kesempatan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu dengan menimang Lucas dan merawatnya sepenuh hati. Aku menyayanginya seperti putraku sendiri. Karena itu, melihatnya tumbuh dewasa dan nantinya menikah, aku juga merasa bahagia sama seperti Nina dan Alex.

Hah … Bolehkah aku berangan-angan lebih jauh seperti membayangkan bagaimana diriku jika menjadi pengantin dan seorang ibu? Merasa senang ketika aku mengandung, susahnya dipagi hari, perut yang semakin membuncit dan merasakan tendangan didalamnya, rasanya pasti menyenangkan. Belum lagi dengan kesenangan lain seperti membeli perlengkapan bayi, beratnya melahirkan dan harus kekurangan tidur karena terbangun oleh tangisannya.

Aku ingin merasakannya. Aku ingin mengetahuinya.

Karena Alex dan Nina mendapat seorang putra, aku ingin anakku nanti adalah putri. Anak perempuan yang manis dan mirip denganku. Lalu setiap pagi aku selalu sibuk mengurusinya. Menyiapkan sarapan, mengikat rambut dan mengantarnya pergi sekolah. Kalaupun mendapat anak laki-laki, itu tidak masalah. Aku tetap akan mencintainya dan memberikan kasih sayang keluarga untuh yang tak kudapatkan sebelumnya.

Untuk pria yang menjadi pasanganku, aku ingin dia adalah pria yang tergila-gila padaku. Mau menuruti setiap perkataanku dan menyayangiku. Bukan berarti dia takut kepada istri dan kata baik juga sudah terlalu umum. Tidak perlu tampan ataupun karya raya. Yang ku inginkan hanyalah kesetiaan dan berjanji untuk bersama-sama selamanya.

Johnathan Lewis

Tiba-tiba saja aku bergidik ngeri ketika namanya melintas di benakku. Aku langsung mengusap mataku dan minum air sebanyak-banyaknya. Sial! Kenapa aku teringat wajah cengirnya ketika mengkhayalkan laki-laki idamanku? Jangan sampai … jangan sampai aku …

Aku mengerang marah ketika berusaha untuk tidak memikirkan hal itu. Kalaupun seluruh pria di dunia ini telah habis dan hanya tersisa dirinya, aku tidak akan jatuh cinta padanya! Kalau itu sampai terjadi, aku berjanji saat itu aku akan melayaninya dengan sepenuh hati!

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

3 Komentar

  1. Alex :haisalamkenal

  2. Tks ya kak udh update.