Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 22

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

5 votes, average: 1.00 out of 1 (5 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

“Baik, terus kabari aku perkembangan mereka.” Alex menutup panggilannya dengan mata berbinar. Senyumnya semakin lebar ketika melihat Lucas yang sangat lahap menghabiskan bubur sayurnya. Melihat sang ayah tengah bahagia, anak lugu itu pun ikut tertawa.

“Kelihatannya, kau akan memiliki 2 adik perempuan yang cantik secara bersamaan. Betapa beruntungnya dirimu, son.” Alex membersihkan sisa-sisa bubur di pipi Lucas yang membuatnya tertawa semakin kencang. Diantara anak itu merasa geli ataupun senang karena mengerti maksudnya, dia gembira karena akhirnya kedua sahabat baiknya memiliki akhir yang bahagia dan putra kecilnya akan menjadi kakak tertua yang melindungi saudara-saudaranya.

Alex akan mendidik Lucas dengan baik. Setidaknya, dia ingin putranya mirip dengan Nina yang mandiri dan perhatian dengan keluarganya. Mempunyai pribadi yang tangguh dan terampil dalam banyak hal. Tetapi kalau dipikir-pikir lagi, hal itu pula yang justru membuat Nina tertekan dan memaksakan diri untuk sempurna dalam segala hal. Tidak perlu sampai seperti itu. Setidaknya Lucas menyayangi keluarganya dan hal-hal lain bisa diajarkan secara perlahan.

“Lucas sudah siap makan?” Nina muncul dari balik pintu, membawakan botol air yang akan diberikan kepada Lucas. Dia sangat cantik mengenakan dress putih yang dihiaskan beberapa motif bunga. Bagian depan roknya sedikit tersikap karena perutnya yang membuncit.

Kehamilan kali ini, Nina tampak lebih berisi dari sebelumnya

Kehamilan kali ini, Nina tampak lebih berisi dari sebelumnya. Itu karena selama di Jakarta, dia mengidam banyak jajanan. Meskipun begitu, bukan berati Alex memberikannya begitu saja. Dia tetap mensortir mana tempat yang menurutnya paling bersih dan higenis untuk kesehatan istri dan buah hati tercintanya. Ditambah, setiap hari Randy datang memberikan berbagai macam buah yang harus dihabiskannya. Jika tidak, adik kesayangannya itu akan mengomel dan menyuapinya makan sampai ludes.

“Aduh, buburnya sampai terkena baju. Mommy akan memakaikan baju baru untukmu, ya. Setelah itu, kita akan menemui Uncle Randy. Apa kau kangen dengannya?” Nina memindahkan posisi Lucas dari kursi makan ke ranjang. Saat membuka bajunya yang belepotan makanan, putranya itu berteriak senang ketika nama pamannya disebutkan.

Alex duduk disamping Nina dan membaringkan kepalanya disela-sela leher wanitanya, mencium aroma memabukkan disana. “Kelihatannya, dia lebih senang bertemu Randy daripada denganku. Tawanya saja sangat keras, aku jadi tidak mau membawa kalian ke kantor menemuinya.”

“Eeeh, jadi kau lebih suka mendapat perhatian Lucas daripada aku? Kalau begitu, malam ini kau tidur di ruang tamu saja!” seru Nina pelan dengan nada manja yang dibuat-buat. Dia tidak benar-benar marah kepada Alex, hanya sedikit menggodanya.

Ucapan Nina justru membuat Alex menyeringai senang kemudian meraih bibirnya. Dia tidak peduli dengan protes kecilnya yang mengatakan ada Lucas diantara mereka. Tidak masalah putra kecilnya itu melihat bagaimana sang ayah menumpahkan rasa cintanya kepada sang ibu. Lagipula, ini bisa menjadi pelajaran bagaimana memperlakukan orang yang disayang.

“Da … da … Dah!” Pekikan Lucas berhasil membuat Alex menghentikan aksinya. Dia melihat putranya itu yang tengah cemberut menatapnya dan memukul-mukul dengan tenaga kecilnya itu. Pasti dipikirannya sekarang ini, dia adalah orang jahat yang tengah menyiksa ibunya.

Diambilnya Lucas dari pangkuan dan mendudukkan putra kecilnya itu di pangkuannya. “Daddy tidak menjahati Mommy. Daddy sedang menciumnya. Apa Lucas juga mau dicium?” Tanpa menunggu tanggapan putranya, Alex menciumi kedua pipi putranya secara bergantian membuatnya berteriak geli dan hampir menangis karenanya.

Nina lalu mengambil Lucas dari genggaman Alex dan memeluk putranya itu erat untuk meredakan tangisnya. “Ssh … Jangan menangis, Sayang. Mommy balas memukul Daddy karena sudah menggangumu.” Nina lalu berpura-pura mencubit lengan Alex yang dibalas dengan erangan kesakian yang dibuat-buat. Setelah itu, putranya kembali tertawa tapi mengabaikan ayahnya yang ingin menggendongnya.

“Oh ya, aku hampir lupa memberitahumu sesuatu. Anna dan Alex akan menikah. Kelihatannya, sesuatu yang baik terjadi pada mereka selama bersama. Keputusanku memang tepat membuat Anna membantu John sementara selama kita di sini,” jelasnya antusias.

Nina yang mendengar kabar itu, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Sekarang, dia sama semangatnya dengan Alex mengetahui hal baik itu. Tetapi dari mana Alex mengetahuinya?

“Aku mengetahuinya dari Julie.” Alex langsung menjawab pertanyaan yang tercetak jelas diwajah istrinya itu. “Memang sempat terjadi kesalahpahaman tetapi sudah diselesaikan. Sekarang, hubungan mereka sangat serius. John bahkan sudah melamarnya.”

“Kalau begitu, Anna tidak akan tinggal dengan kita lagi?” Rasanya sedih membayangkan sahabat yang selalu membantu dan menemaninya tidak akan tinggal bersamanya lagi. Nina tahu kalau dia tidak boleh egois. Sudah lama Anna mendambakan keluarga utuh dan sekarang keinginannya itu hampir terwujud.

“Mengenai itu, ada sesuatu yang ingin kubahas denganmu. Aku ingin kita pindah rumah, tidak tinggal di apartement lagi seperti sebelumnya. Kita tinggal di kompleks, seperti rumahmu disini agar kau bisa berinteraksi dengan para tetangga. Kompleks itu memilik taman bermain agar anak-anak kita bisa mencari teman seusia mereka. Selain itu, kita juga memiliki perkarangan kecil di belakang. Kau bisa menanam apapun yang disuka. Yang terbaik, kita tidak perlu menaiki lift lagi. Jadi tidak perlu merasa was-was akan mati lampu ataupun terjebak didalamnya.”

Nina menyimak baik-baik penjelasan Alex dan setuju dengannya. Apartement yang sekarang mereka tinggali memang nyaman tetapi menurutnya tidak bagus tinggal disana, apalagi dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Tempat itu terlalu mewah dan Nina khawatir karena terbiasa hidup megah membuat anak-anaknya nanti memiliki pribadi yang sombong. Bukan berati, tinggal berkompleks masalah akan selesai.

Hidup dengan tetangga tidak selamanya manis. Kadang kala, ada yang merasa iri karena melihat orang lain yang lebih mampu. Belum lagi dengan gosip yang tidak menyenangkan menyebar tanpa dasar yang jelas. Terlebih, Alex adalah seseorang yang terkenal. Kemanapun melangkah, dia akan menjadi sosok yang paling disorot yang otomatis mengundang sejuta paparazi.

Tetapi, kalau melihat sifat Alex, area perumahan yang dicarinya pasti bukanlah tempat biasa. Tempat itu harus mempunyai sistem keamanan yang sesuai dengan standarnya. Dia tidak mau saat membiarkan putra-putrinya bermain, ada kejadian tidak menyenangkan yang terjadi. Lalu, rumah yang dicari pasti tidak kalah besar dengan apartement sekarang, tidak seperti rumah minimalis yang ada dipikirannya.

“Aku tidak ada masalah dengan itu. Tetapi, kenapa tiba-tiba ingin pindah?” Nina tidak bisa menyembunyikan aura kebingungannya. Suaminya itu pasti mempunyai alasan dibalik keputusannya.

“Karena … ” Alex sengaja menjawab lambat-lambat agar membuat Nina semakin penasaran. “Aku ingin Anna menjadi salah satu tetangga kita.” Benar saja, Nina mengaga tidak percaya. Bahkan otaknya yang cerdas itu sedikit lambat memproses.

“Aku ingin kita, bertetangga dengan Anna dan John. Julie bilang, mereka sedang mencari rumah dan ingin memiliki anak perempuan. Sebagai hadiah atas hubungan mereka, aku ingin memberikan rumah dan kita tinggal bersebelahan. Aku ingin, saat Anna hamil nanti ataupun saat kau melahirkan, kalian saling membantu dan terus berteman hingga kita tua.”

Nina langsung memeluk Alex erat. Suaminya itu betul-betul pengertian kepada dirinya dan juga sahabatnya. “Aku mencintaimu.” Hanya kata-kata itu yang bisa diucapkan.

“Aku tahu. Walaupun aku sudah mendengarnya berkali-kali, aku tidak pernah bosan. Apalagi saat kau memanggil namaku ketika sedang – Aw!”

Kali ini, Nina mencubit pinggang Alex sungguh-sungguh. Dia sedikit cemberut dengan pipi yang memerah. Rasanya ingin, Alex memberikan ciuman disana lalu berakhir dengan cumbuan singkat. Tetapi istrinya itu, tentu tidak akan membiarkannya begitu saja.

“Jangan mencubitku disitu, Sayang. Lebih baik kau memijitku disini untuk membuatku … lebih baik,” ucap Alex menyeringai penuh arti.

Tentu saja Nina tahu arti tatapan itu. Alih-alih membalas ucapannya, dia beranjak dari ranjang dengan Lucas dalam gendongan lalu berjalan keluar. “Kau bisa lebih baik dengan mandi air dingin lalu tidur di sofa! Karena sepertinya kau tidak bisa mengatar kami, aku akan meminta Tommy untuk mengantarku ke kantor.”

Alex menggeram kesal dan cepat-cepat beranjak ketika Nina menutup pintu. Sialan! Nina sangat pandai menyiksanya disaat-saat seperti ini. Dia pasti akan melama-lamakan pertemuannya dengan Randy dan serius menyuruhnya tidur disofa. Tidak bisa memeluknya selama tidur membuat Alex menderita. Belum lagi, sekarang kondisi Nina sedang hamil dan malam hari, Lucas akan bangun untuk menyusu.

Membayangkan bagaimana nanti Nina kesulitan melakukan semuanya, membuat Alex semakin mempercepat langkah untuk mengejar. Nanti, setelah mereka pulang, dia akan mengeluarkan seluruh keahliannya untuk menggoda agar Nina tidak marah lagi padanya. Alex selalu mengingat pesan ibunya, kalau wanita perkataan wanita hamil adalah absolut. Kalau Nina mengatakan tidak mau tidur dengannya hingga sisa kehamilan, lama-lama dia bisa gila dan insomia setiap harinya.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

4 Komentar

  1. Dhian Sarahwati menulis:

    Hahahaaa….sabar yg Alex

  2. Yeayyy :kisskiss