Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 11

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

8 votes, average: 1.00 out of 1 (8 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Dengan mata terpejam, John merentangkan kedua tangannya keatas dan menguap lebar. Tidurnya hari ini sangat pulas, begitu nyenyak hingga dirinya tergoda untuk tidur kembali. Diliriknya sekilas ke arah jendela yang menampakkan langit malam lalu tersenyum. Pikirannya memproses jika hari masih gelap dan dia bisa melanjutkan istirahatnya dengan tenang.

John kembali memejamkan matanya, melemaskan semua otot-otonya dan berbaring menyamping mencari kenyamanan. Begitu mendapatkan posisi yang pas, tangannya menyentuh sesuatu yang lembut. Terdorong rasa malas membuka mata ditambah keinginannya untuk memeluk guling, dia menarik sesuatu yang lembut itu mendekat mendekapnya.

John sudah bersiap untuk kembali ke alam mimpi sampai dia merasa apa yang dipeluknya itu tidak hanya lembut tapi juga hangat. Samar-samar, dia juga merasa rambut yang menggesek permukaan bibirnya. Selain itu, di dadanya juga terasa hembusan nafas yang teratur. John ingin saja mengabaikan semua keanehan itu sampai sesuatu melewati pinggang dan memeluknya.

Mata John langsung terbuka dan melihat dengan was-was apa yang dirangkulnya. Yang tampak pertama kali olehnya adalah rambut pirang yang familiar. Dia tidak bisa melihat wajah wanita yang berada dalam rangkulannya itu karena tertunduk dalam. Dengan hati-hati, John mengangkat wajah itu dan terbelalak ketika menyadari bahwa wanita yang memeluknya itu adalah Anna.

Kenapa dia ada disini? Kenapa dia bisa tidur seranjang dengannya?

John langsung menyikap kasur dan bernafas lega ketika melihat pakaian yang mereka kenakan masih lengkap. Tidak ada keanehan lain seperti seperti yang dipikirkannya. Mereka hanya tidur, tidak lebih.

John kembali membaring kepalanya yang berkedut karena semua keterjutan ini. Dia menatap Anna yang masih memejamkan mata. Kelihatannya, dia sama sekali tidak terganggu dengan gerakannya tadi. Syukurlah wanita ini tidak bangun. Kepalanya masih tidak kuat jika harus berdebat dan tubuhnya sangat lelah untuk sekedar memberi gurauan singkat. Tatapannya lalu tertuju pada meja nakas di sisi seberang lalu menemukan baskom, handuk dan obat-obatan disana. Kilasan mengenai kejadian tadi pagi langsung terlintas.

Seperti biasa, John sudah siap dengan setelan jas putih yang baru dibelinya. Saat sarapan tadi, dia sudah merasa tubuhnya tidak enak. Dia mengalami pusing saat bangun tadi dan tanpa mempedulikannya melanjutkan dengan mandi air dingin. Dia mengira tubuhnya akan baik-baik saja setelah dibersihkan, namun hal itu justru membuatnya semakin parah. Keringat mulai membasahi dahinya dan tubuhnya mengalami panas dingin yang tidak menentu.

John masih yakin kalau kondisinya baik-baik saja dan tetap nekat untuk bekerja. Hari ini ada kunjungan tim penilai yang khusus meninjau rumah sakit. Sebenarnya tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan dengan datangnya tim penilai itu. Ada atau tanpa dirinya, rumah sakit akan tetap beroperasi seperti biasa, memberikan pelayanan ramah dan penanganan terbaik tanpa membedakan siapapun.

Kehadirannya ini hanya sebagai pelengkap yang memegang jabatan tertinggi sebagai direktur. Lagi pula, sudah tugasnya menangani hal-hal seperti bersosialisasi dengan mereka dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Tetapi kadang-kadang, dia juga meninggalkan mereka dan menyerahkannya pada bagian lain kalau ada panggilan darurat.

Karena kekeraspalaannya, John menyeret kakinya menuju pintu. Tidak dipedulikannya rasa sakit yang terus berdentam di kepala. Saat menggenggam gagang, pandangannya menggelap disertai panas yang membakar sekujur tubuh. Dia tidak ingat lagi apa yang terjadi setelah itu dan tahu-tahunya sekarang telah berada di atas kasur bersama Anna.

Dari situasinya sekarang, John mengambil kesimpulan kalau dia pingsan dan Anna yang merawatnya. Dilihat dari baskom dan handuk yang tersedia, sepertinya dia menjagannya sepanjang malam. Tubuhnya pun tidak terasa gerah dan merasa sedikit dingin di bagian dada. Pipi John memerah, membayangkan kalau Anna membuka semua pakaiannya lalu melakukan hal aneh yang tidak diketahuinya.

Segera, John mengenyahkan pemikiran itu. Anna tidak mungkin melakukan yang tidak-tidak. Wanita itu tidak seperti dirinya yang mempunyai pengendalian diri tinggi. Hanya saja kalau sudah mabuk, dia sudah seperti wanita lain dan melupakan segala hal.

John merapikan anak rambut yang menutupi permukaan pipi Anna dan memberikan usapan ringan. Kalau dilihat-lihat lagi, wajahnya terlihat lelah. Wanita ini pasti cemas menemukannya dalam kondisi seperti itu. Tidak membawanya kerumah sakit dan mengurusi semuanya sendirian sudah termasuk hebat. Merawat orang sakit memang sangat letih. John tahu karena dia sering melakukannya. Wanita ini pasti telah mengompresnya berkali-kali dan mengecek suhu tubuhnya tiap jam hingga membuatnya tertidur.

Ada rasa senang di hati John karena Anna tidak meninggalkannya terutama dengan kondisinya yang sedang sakit. Menjadi dokter memang pekerjaan mulia tetapi hal itu membuatnya tidak peduli dengan kesehatan sendiri. Seringkali John dihadapkan dengan situasi darurat yang harus memaksa tubuh dan otaknya bekerja walaupun sudah kelelahan. Waktu yang tidak bisa ditentukan membuatnya terus waspada. Karena, sedikit saja ada kesalahan ataupun terlambat akan berakibat fatal.

Pernah saat itu dia ingin ke toilet untuk menyelesaikan panggilan alam. Tapi hal itu harus ditunda karena ada pasien darurat yang lebih membutuhkannya. Selama 3 jam operasi berjalan, John harus menahan mulas di perutnya dan tetap tersenyum menjelaskan hasil kepada keluarga yang menunggu. Begitu selesai, dengan setengah terbirit dia melangkah menuju wc umum yang membuat semua orang terheran-heran.

Tentu saja, orang hebat seperti dirinya memasuki wc umum, bukan wc pribadi yang terletak dilantai teratas. John tidak akan mempermasalahkan sepele seperti itu. Toh, kebersihan rumah sakit ini terjamin hingga ke sudut manapun. Kalau dia memikirkan gengsinya, bisa-bisa berikutnya dia yang harus dioperasi.

Yah, banyak suka duka menjadi dokter. Kalaupun sakit, dia harus merawat dirinya sendiri dan tetap terlihat sehat di depan semua orang. Ini memang bukan pertama kalinya jatuh sakit tapi ini adalah pertama kali dia pingsan. Kelihatannya, tubuhnya sudah berada pada batas maksimum dan tidak bisa menahannya lagi sehingga membuat dirinya pingsan.

Sayang sekali karena tidak bisa melihat ekpresi Anna sewaktu merawatnya. Coba saja kalau John bangun lebih awal, dia bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti Alex karena diperhatikan oleh wanita yang disayang. Mungkin nanti, dia bisa mendapatkannya lain kali. Asalkan jangan saat pagi membuka mata yang didapatkannya malah amukan.

Tetapi sedikit saja, sedikit saja John berharap bisa melihat sisi imut Anna dan membekapnya setiap malam, seperti sekarang. Dengan begitu, dia juga bisa berbangga hati pada Alex yang selalu memamerkan kemesraannya dengan Nina. Dia juga akan memanjakan Anna dan memberikan semua yang wanita itu inginkan. Jadi, dia mempunyai kesempatan untuk membalas sahabatnya itu dan mendapatkan kebahagiannya sendiri.

***

Begitu cahaya matahari menembus tirai, John langsung mengeliat dan memeluk erat sesuatu dalam dekapannya. Bibirnya langsung mengurai senyum, seolah-olah mendapatkan mimpi indah. Kehangatan dan kelembutan yang dirasakan sangat memanjakan dirinya sehingga enggan untuk membuka mata. Dia masih ingin terlena lebih lama lagi dan menikmati waktu istirahatnya.

Ketika hampir larut ke alam mimpi, John merasakan sesuatu bergerak dalam pelukannya kemudian menyentuh dahinya. Sentuhan itu membuatnya merasa tenang dan juga kecewa saat menjauh. Tanpa sadar, John menarik sesuatu yang menyentuh dahinya itu ke dalam pelukannya lalu memberikan satu ciuman ringan.

Ada geraman tak jelas yang terdengar setelahnya. John memilih untuk mengabaikannya dan bersiap-siap untuk tidur. Tetapi itu tidak terjadi karena setelahnya, tubuhnya diguncang keras yang memaksanya untuk bangun. Setelah kesadarannya terkumpul, tampak sosok wanita yang familiar duduk disampingnya dengan wajah merah.

“Anna?” panggil John dengan suara serak. Dia sudah lupa soal dirinya yang terbangun tengah malam dan kembali tidur dengan memeluk wanita itu.

“Bangun, dasar dokter mesum! Kau sudah sembuh dan berhenti bertingkah seperti anak kecil!” seru Anna pelan sambil turun dari ranjang. Dia sengaja menahan suaranya agar tidak terlalu menyakiti telinga John yang sensitif. Pria itu baru saja sembuh dan tentu saja dia tidak mau membuatnya sakit lagi apalagi karena dirinya.

John menguap lebar sekali sebelum duduk dan menyandarkan punggungnya pada head board. Ketika menyisir rambutnya, dia ingat apa yang terjadi padanya. Tatapannya lalu tertuju pada Anna yang berdiri di seberang ranjang dengan rambut berantakan kemudian memasang senyumnya yang paling mempesona. Setelahnya, John menepuk-nepuk kasur disebelahnya lalu menjulurkan kedua tangannya ke arah Anna.

“Aku masih sakit. Aku mau tidur memelukmu lagi,” ucapnya dengan nada manja yang dibuat-buat.

Wajah Anna memerah dan merinding secara bersamaan. Dia mengambil bantal yang didekatnya dan melemparnya tepat mengenai wajah John. “Jangan bercanda, cepat bangun dan bereskan tempat tidurmu! Aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi.”

Sambil menggurutu, Anna pergi meninggalkan John yang masih terkekeh ditempatnya. Dalam hati dia berteriak senang karena sepertinya akan terjadi hal baik pada hari ini. Kenapa tidak? Sakitnya ternyata membawa berkah karena membuat Anna menginap dan merawatnya. Setelah sembuh pun, wanita itu masih perhatian padanya.

Sikap Anna yang malu-malu itu membuatnya gemas. John masih ingat bagaimana wajahnya ketika tidur dan rasa halus ketika menyentuh pipinya. Apalagi saat dirinya memeluk Anna hingga tertidur pulas sampai pagi. Ini adalah pengalaman yang tidak pernah didapatkannya sebelumnya.

Kalau dia harus sakit dulu baru bisa mendapatkan perlakuan manis seperti itu, John rela bekerja siang malam dengan mengabaikan kondisinya agar bisa mendapat perhatian wanita itu. Jika bisa, John tidak ingin perlakuan khusus itu hanya didapatkan selama dirinya sakit tetapi juga pada kehidupannya sehari-hari. Siapa yang tidak senang mendapat perhatian dari orang yang disuka, apalagi itu dari wanita yang sudah lama membuatnya tergila-gila dan sulit didapatkan.

Kelihatannya, hubungan mereka sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Tidak apa-apa bukan kalau John sedikit bertindak egois demi masa depannya? Hari ini dia tidak akan bekerja dan melimpahkan semua pekerjaanya pada seketarisnya. Toh, tidak ada banyak hal yang dilakukannya kalau tidak ada operasi penting. Pada waktu senggang seperti itu, dia lebih banyak menggoda dokter dan pasien wanita atau menghabiskan waktunya dengan mengajari koas.

Ketika tangan John bergerak untuk mencari ponsel, sebuah nada keras memekakkan telinga langsung memenuhi seluruh ruangan. Suaranya yang begitu keras, membuat John langsung bangkit dan terburu-buru mengambilnya yang hampir membuatnya tersandung meja. Tanpa melihat siapa yang menelepon, dia langsung mengangkat dengan wajah serius.

Anna juga hampir terjatuh ketika keluar dari kamar mandi dan melotot terkejut. Jantungnya terasa mau copot karena kaget dan pekak secara bersamaan. Sebelumnya, dia ingin marah karena bisa-bisanya John memasang nada dering yang begitu keras dan menyakitkan, seolah-olah pemiliknya adalah seorang tunarungu. Tetapi ketika melihat wajah seriusnya membuat Anna mengurungkan niat.

“Kalian sudah melakukan hal yang benar. Tetap lakukan apa yang kalian bisa. Aku akan segera kesana.”

Setelah mematikan telepon, John mengambil jasnya lalu mengenakan dengan buru-buru. Dia juga melewatkan untuk menyisir rambut dan hanya mencuci muka singkat. Bahkan untuk sepatu pun, dia mengambil asal dan langsung mengenakannya tanpa peduli kalau itu adalah sandal. Selanjutnya dia mengambil kunci dan langsung menuju pintu.

“Tunggu! Kau belum mandi ataupun sarapan!” Anna menahan lengannya ketika John membuka pintu. Dari telepon tadi, dia sudah bisa menebak kalau ada panggilan darurat.

Melihat Anna yang khawatir membuat John tersenyum senang. Tanpa bisa menahan perasaannya, dia memberikan ciuman singkat didahinya lalu mengusap kepalanya lembut, selayaknya sepasang kekasih. “Jangan khwatir. Aku sudah terbiasa dengan hal ini. Terima kasih sudah merawatku selama sakit. Aku pergi dulu.”

Sesudah mengatakannya, John menghilang dibalik pintu meninggalkan Anna sendirian dengan emosinya yang campur aduk.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

6 Komentar

  1. Melting :kisskiss

  2. Nurhayati Rahma Lubis menulis:

    :kisskiss

  3. Dhian Sarahwati menulis:

    :kisskiss :kisskiss

  4. Biyah LanShang menulis:

    :kisskiss :kisskiss :lalayeye

  5. So sweet :kisskiss :iloveyousemangat

  6. Aw aw aw.. bikin senyam senyum sendiri…