Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 20

Bookmark
Please login to bookmark Close

6 votes, average: 1.00 out of 1 (6 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Ketika John sedang mandi, sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Pengirimnya adalah driver yang mengatarkan sarapan. Dia mengatakan kalau sudah dibawah dan tidak bisa masuk karena tidak memiliki akses ke lantai atas. Tentu saja, lantai tertinggi apartement ini adalah tempat privasi yang tidak bisa sembarangan orang masuk kalau tidak memiliki izin. Karena John sedang mandi, aku yang akan menjemputnya.

“John, aku turun sebentar mengambil sarapan.”

Kelihatannya, suara shower yang keras membuatnya tidak bisa mendengar suaraku. Apa boleh buat, aku menuliskan memo dan meninggalkannya disamping ponsel agar mudah dicari. Setelahnya, aku membalas singkat dan turun menemui driver tersebut.

Sesampai di resepsionis, aku terkejut ketika mendengar suara teriakan yang keras. Aku melihat seseorang berpakaian kumuh tengah beradu mulut dengan satpam. Wanita yang kutahu sebagai petugas resepsionis itu berdiri disamping satpam sambil memegangi sebelah pipinya. Ada sedikit memar disana yang merupakan bekas tamparan. Dugaanku, resepsionis yang malang itu mendapatkan perlakuan kasar dari orang kumuh tersebut.

“Sudah kubilang aku ingin mencari putriku! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri dia masuk kemari dan tidak keluar sejak semalam, berati dia tinggal disini!” seru pria kumuh itu.

“Meskipun begitu, anda tidak tahu di lantai berapa dia tinggal. Anda juga tidak bisa menunjukkan kartu identitas diri. Secara keseluruhan, anda mencurigakan dan kami meminta anda untuk pergi secara baik-baik atau terpaksa saya akan menggunakan kekerasan!” Satpam itu memberikan peringatan dengan nada sopan. Aku salut dengannya karena masih bisa bersikap tenang disituasi ini.

Namun, pria kumuh itu mengabaikan ultimatum yang diberikan dan balas membentak. “Apa kau tuli?! Tadi aku sudah bilang kalau kami sudah lama berpisah! Aku mengingat wajahnya! Kalau kalian tidak mau membantu, aku akan mencarinya sendiri!” Pria kumuh itu lalu bergerak, ingin melewati satpam itu. Dia sudah bertekad untuk menemukan seseorang yang dicarinya meskipun harus mengubrak-abrik seisi apartement ini.

Tetapi langkahnya kembali dicegat dan kali ini satpam itu tidak bermain-main. Terlihat dari tongkat yang sudah digenggam dan siap untuk menghalangi atau memukul. “Saya tidak bisa membiarkan anda masuk! Anda sudah membuat penghuni apartement ini tidak nyaman. Saya minta anda untuk pergi sekarang juga!”

Kesal karena jalannya terus dihambat, pria kumuh itu meraung marah sehingga membuat semua orang yang berada disana memilih menjauh karena takut dia akan melakukan kekesaran. Dia juga sempat beradu pukulan dengan satpam yang dengan mudah dijatuhkan. Walaupun begitu, dia bersikeras tidak mau keluar bahkan meludahi satpam yang menahannya. Terpaksa dia diseret agar tidak mengganggu orang lain.

Saat pria kumuh itu dihela, sekilas aku melihat wajahnya. Ketika mendengar suaranya tadi, aku merasa tidak yakin. Dalam sekejab, aku merasa kalau pandanganku menggelap dan nafasku berhenti. Bayangan sosok pria dewasa yang selalu memukul atau memarahiku setiap malam langsung berputar dibenakku. Aku berpikir, tidak mungkin kalau pria kumuh itu adalah pria yang membuat masa kecilku seperti neraka. Tetapi setelah melihat wajahnya, aku yakin kalau mereka adalah orang yang sama.

Sebelum dia keluar dari pintu apartement, pria kumuh itu melihat kearahku dan berseru senang. “Anna!” Dengan sekuat tenaga, pria itu melepas cengkraman satpam pada bajunya dan berlari ke arahku. Dia tersenyum senang, menampakkan deretan gigi kuningnya yang sebagian sudah menghitam. Aku merasa sakit pada bahuku ketika dia mencengkramnya dengan erat. Seolah-olah, dia sedang memberikan ancaman tak langsung dan menunjukkan kalau dirinya lebih kuat. “Lihat, sudah kubilang kalau putriku tinggal disini! Aku akan menyuruhnya menuntut kalian semua karena sudah memperlakukanku seenaknya!”

Aku tidak menjawab. Pikiranku masih memproses apa yang terjadi. Pria kumuh yang ternyata ayahku ini, Brad Collins, berdiri dihadapanku dengan mata lebar yang berbahaya. Tubuhnya bau dengan alkohol, sama seperti yang kuingat sebelumnya. Penampilannya sangat kotor dan tidak terurus. Entah bagian mana dari dirinya yang bisa membuat ibu terpikat hingga rela menjadi budaknya selama bertahun-tahun.

Aku panik, takut kalau dia akan membawaku entah kemana dan mengasariku. Padahal aku yakin, kalau aku sudah mengatasi traumaku dan bisa hidup dengan tenang. Aku tidak tahu dari mana dia mengetahui kalau aku berada disini. Dari penampilannya, dia tidak mempunyai uang atau koneksi manapun yang bisa menyewa informan ataupun detektif untuk mencari keberadaanku. Lama tidak berjumpa dengannya, aku berpikir dia sudah mati.

Ya, aku memang tidak ingin bertemu dengan pria brengsek ini ataupun mengakuinya sebagai ayah kandungku. Aku lebih berharap kalau dia mati dan membusuk entah dimana tanpa harus muncul dikehidupanku sekarang!

“Nona, apa benar dia ayah anda?”

Pertanyaan dari satpam menyadarkanku dari serangan panik mendadak. Bodohnya aku merasa takut dan berpikiran macam-macam karena bertemu dengannya. Tidak apa, aku bukanlah Anna yang dulu lagi. Aku bukanlah anak kecil yang tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis di sudut ruangan melihat ibu dipukul olehnya. Aku sekarang adalah wanita yang kuat dan mampu melindungi diriku sendiri.

“Dia ayahku.” Jawaban dariku membuat satpam itu terkejut, lain dengan Brad yang menyeringai semakin lebar dan membuatnya besar kepala.

“Kau dengar bukan apa katanya? Aku ayahnya!” seru Brad kepada satpam itu dan mengacungkan jari tengahnya. “Putriku, dia dan resepsionis jelek itu sudah berlaku kasar pada ayahmu ini. Hukum mereka dan buat ayah senang!” Brad mengatakannya sambil mencengkram lengan kananku dengan erat. Dia sudah besar kepala karena menganggap dirinya lebih superior dari lainnya.

Tetapi tanpa diduganya, aku menarik lenganku kasar dan mendorongnya menjauh. “Dia memang ayahku secara biologis tetapi tidak secara hukum! Selain itu, kami tidak memiliki hubungan apapun yang bisa dikatakan sebagai ayah dan anak. Pak satpam, anda boleh mengusir orang ini karena dia adalah pria brengsek yang hanya bisa menindas wanita!”

Brad membelalakkan matanya mendengar perkataanku dan langsung diringkus oleh satpam. Dia terus meronta untuk membebaskan diri dan menatapku nyalang. “Dasar anak durhaka! Kau pikir siapa yang telah melahirkanmu, hah?! Sudah berapa banyak uang yang kuhabiskan untukmu! Tanpa aku, kau tidak akan ada disini sekarang!”

“Hah? Apa aku tidak salah dengar?” tanyaku sambil menunjukkan daun telingaku. “Yang melahirkanku adalah ibu dan yang dia juga yang membesarkanku. Kau tidak pernah memberiku apapun dan selalu memukul ibu untuk meminta uang yang dihabiskan untuk berjudi dan mabuk-mabukkan. Aku tidak ingat kau pernah memberiku apapun tetapi sampai sekarang, aku masih ingat bagaimana kau memperlakukanku dan ibu! Kau bukan ayahku dan aku tidak akan memberimu uang sepeserpun!”

Brad menggertakkan giginya marah. Rencana untuk memanfaatkan Anna hilanglah sudah. Putrinya itu sama sekali tidak mau membantu dan tidak mau mempedulikannya. Padahal kalau dilihat dari penampilannya, anak itu memiliki uang. Semisalpun tidak, dia akan menjualnya pada salah satu kelab tempatnya berhutang dan menjadikan anak itu sebagai mesin pendapatannya.

Melihatnya berdiri angkuh disana membuat darahnya mendidih. Bisa-bisanya anak itu mempermalukan dirinya didepan banyak orang. Kelihatannya, Anna sudah lupa siapa dirinya. Anak itu perlu diberi pelajaran agar mengingat kembali bagaimana nasibnya kalau membakang. Brad akan membawa paksa putrinya dan akan memperlakukannya lebih parah daripada yang diterima oleh ibu bodohnya itu.

Dengan sekuat tenaga, Brad mendorong satpam itu hingga terjungkal. Kemudian, dia menggunakan kesempatan itu dengan menerjang ke arah Anna dan mengarahkan kedua tangannya untuk mencekik leher anak itu. Belum sempat menjangkaunya, sebuah tangan yang lain datang menghalau dan memberikan bogem mentah yang tepat mengenai wajahnya.

Untuk kesekian kalinya, tujuan Brad dihalang. Dia menyentuh wajahnya yang berdenyut sakit disertai beberapa gigi yang patah. Darah bercucuran dari mulut dan hidungnya tapi itu tidak membuatnya gentar. Justru, Brad menatap kepada pria tinggi yang melindungi anak perempuannya itu.

“Bedebah sialan! Berani-beraninya kau menghajarku!”

Intimidasi yang diberikan Brad justru tidak berpengaruh padanya. Malah, giliranku yang membelalakkan mata melihat siapa yang berdiri di depanku sekarang.

“Seharusnya aku yang mengatakan itu, dasar brengsek! Berani-beraninya kau menyentuh calon istriku dengan tangan kotormu!” teriak John dengan kemarahan yang melingkupi seluruh wajahnya.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

10 Komentar

  1. ria nur aeni menulis:

    Knp pas didetik2 end buat penasaran bange

  2. ria nur aeni menulis:

    Kenapa pas didetik2 seru end buat penasaran banget nih penulisnya jail :berharapindah :berharapindah

  3. ria nur aeni menulis:

    Semangat kaa ditunggu kelanjutannya pengen liat si john jadi bucin wkwkwk :kisskiss :kisskiss

  4. Lelaki sejati akan melindungi wanitanya..
    Jhon…lope lope..

  5. rosefinratn menulis:

    Jhon keren :berharapindah :berharapindah :berharapindah

  6. Dhian Sarahwati menulis:

    John nongolnya d bagian terakhir bikin penasaran aja…

  7. Bikin penasaran

  8. Tks ya kak udh update.