Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 07

Bookmark
Please login to bookmark Close

11 votes, average: 1.00 out of 1 (11 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Jam 12 siang. Biasanya, Alex akan menikmati jam makan siangnya di kantor bersama Nina dan Lucas. Setiap hari, istrinya itu datang membawa bekal bersama putranya. Setelah selesai, mereka berdua akan menghabiskan waktu sampai sore di kantor dan pulang bersamanya. Rutinitas itu sempat berhenti sejenak ketika Nina melahirkan dan umur Lucas yang masih kecil. Begitu usia Lucas memasuki 3 bulan, barulah mereka sering mengunjunginya lagi.

Sekarang, kegiatan itu harus ditunda beberapa saat karena Nina sedang hamil muda. Alex tidak ingin membuat Nina kelelahan dengan mengantarkan bekal dan menunggunya hingga selesai bekerja. Dia kasihan dengan kondisi tubuh istrinya, belum lagi harus repot jika Lucas tiba-tiba berulah. Putranya itu jika sudah bertingkah akan susah ditenangkan. Sampai-sampai, asisten atau Kepala Manager yang menemuinya ikut direpotkan.

Karena itu, biarlah Nina dirumah bersama Anna. Maid nya yang satu itu sangat bisa diandalkan. Buktinya dia selalu bisa menenangkan Lucas dan bermain bersamanya. Bahkan kalau Lucas tidak mau tidur, Anna dengan mudah melakukannya sehingga sepanjang siang Nina bisa beristirahat.

Menjadi seorang ibu memang tidaklah mudah. Dadanya terasa nyeri melihat Nina yang setiap pagi muntah dan tidak bernafsu makan. Belum lagi rasa sakitnya melahirkan, mengingatnya saja sudah membuat kakinya gemetar. Dia ada disisi Nina untuk menemaninya ketika melahirkan. Saat itu, dia mengingat dengan jelas bagaimana perjuangan Nina melahirkan buah hati mereka dan menangis ketika Lucas lahir.

Alex lah pelaku utama atas kesusahan Nina. Gara-gara dia tidak bisa menahan diri, dia membuat Nina hamil lebih cepat dari seharusnya. Dia memang menginginkan banyak anak tapi tidak dengan jarak waktu singkat agar mudah dalam mengasuh. Jika sampai Nina kelelahan dan jatuh sakit, maka yang patut disalahkan adalah dirinya.

Untuk menebus kesalahannya, Alex mencurahkan fokusnya pada Nina. Dia selalu memberikannya hadiah dan berperan aktif dalam menjaga Lucas. Memang, dia tidak punya pengalaman dan kekeraskepalaannya untuk tidak bertanya membuatnya bingung melakukan segala sesuatu. Ingin mengganti popok pun dia tidak tahu bagaimana caranya.

Untung saja ada Anna yang mengajari dan membantunya. Dia sangat bersyukur sahabatnya itu ada ketika dia membutuhkan. Anna memberikan arahan dengan sabar dan memberitahu dimana letak kesalahannya sehingga dia bisa melakukan pekerjaannya dengan benar. Kalau saja tidak ada Anna, Alex tidak tahu harus bagaimana. Seandainya nanti Anna menikah dan melahirkan, Alex akan memberikan berbagai hadiah dan meluangkan waktunya untuk mengasuh anak dari sahabatnya itu.

Alex mematikan layar laptopnya dan melirik pada jam tangannya. Pada jam seperti ini, biasanya jalan ramai dengan orang-orang yang mencari makan siang. Untung saja, dia membuat janji dengan restorant dekat kantornya. Tidak mewah tapi makanannya cocok dengan seleranya yang merupakan makanan sehat.

Alex mengambil ponsel dari sakunya dan mencari nama orang yang akan ditemuinya. Tidak butuh waktu lama, suara ceria John langsung terdengar setelahnya.

“Hey yo, Alex! Sebentar lagi aku sampai di dekat kantormu. Aku titip mobilku disana ya. Kau tahu kan susah nya mencari parkir di jam seperti ini?”

“Baiklah. Kau bisa menyerahkan kunci mobilmu pada petugas setelah itu menyusulku di restorant.”

“Petugas mu itu bisa memakirkan mobil dengan benar kan? Aku akan marah jika sesuatu terjadi pada Cicil ku, tahu.” John sengaja mengatakannya dengan nada aneh yang dibuat-buat. Cicil, nama mobil kesayangannya itu yang sering kali membuat teman-teman wanitanya salah paham. Mungkin dibandingkan dengan mereka, John lebih sayang dengan mobilnya itu.

“Tenang saja. Aku akan menyuruh mereka meletakkan mobilmu diparkiran khusus. Jadi kau tidak perlu khawatir jika ada yang menggores, menyentuh ataupun mengintip kedalam mobilmu,” jawab Alex serius.

“He he he, thanks buddy! Ngomong-ngomong apa kau tidak mau menungguku? Sepi sekali diriku ini jika harus menyebrang sendirian sedangkan sobatku yang mengajak malah sudah makan duluan,” ucap John dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Alex tersenyum masam mendengarnya. Ingin marah juga tidak ada gunanya. Memang dialah yang mengajak John makan siang dan dia harus bersabar menghadapi semua keluhan yang nanti dilontarkan. “Baiklah, aku menunggumu dibawah. Kalau kau lama, akan kutinggal.”

“Yes! 10 menit lagi aku sampai. Tunggu aku!”

Setelahnya, John memutuskan telepon dan membuat Alex menggelengkan kepala. Sifat sahabat pria nya yang satu ini sungguh luar biasa. Entah sampai kapan dia bermain-main dan lebih memperhatikan mobil dan pasien-pasiennya. Siapapun yang menjadi pasangannya harus banyak-banyak bersabar menghadapi prilakunya itu.

***

“Hachi!” Untuk kesekian kalinya, John mengusap hidungnya dengan tisu dan memijit pangkalnya sejenak kemudian melanjutkan makan.

Alex hal melihat hal itu mengernyitkan dahinya. Tadi saat ditelepon, dia sudah menyadari jika ada yang aneh dari suaranya. Begitu John tiba pun, dia sadar dengan hidung John yang sedikit memerah pertanda flu. Hanya saja, Alex mengabaikannya dan menganggap jika itu terjadi karena suhu mobilnya yang terlalu dingin. Tapi setelah duduk bersamanya, barulah dia sadar jika John sedang tidak enak badan.

“Kau seorang dokter. Apa tidak bisa lebih memperhatikan kesehatanmu sendiri?” Alex mengelap mulutnya dengan serbet setelah selesai makan. Dia sudah tak selera makan lagi melihat John yang bersin-bersin.

“Maaf, maaf, aku sedang sibuk beberapa hari ini jadi tidak beristirahat dengan benar. Banyak pasein yang mengidap flu beberapa hari ini dan hal-hal yang perlu kutangani langsung. Tenang saja, aku tidak akan menularkannya padamu, kalau itu yang kau pikirkan,” John menjawab dengan senyum lebar diwajahnya membuat wanita-wanita yang kebetulan makan siang disana terpesona. Tidak berhenti sampai disitu, dia bahkan sengaja mengedipkan sebelah matanya pada wanita yang duduk di belakang Alex ketika beradu pandang. Alhasil, Alex bisa mendengar teriakan bahagia yang berada dibelakangnya.

“Bagus kalau kau mengetahuinya. Aku tidak boleh sakit sampai beberapa saat kedepan. Aku ada urusan ke Indonesia dalam jangka waktu lama dan membawa keluargaku. Aku tidak mau karena tertular sakitmu jadi tidak bisa berada disamping mereka. Jika itu sampai terjadi, aku akan membunuhmu!” Peringat Alex dengan nada mengancam yang nyata. Kalau saja dia sakit, adik iparnya yang overprotektif itu pasti tidak akan mengijinkannya bersama Nina dan memberikannya kamar terpisah. Membayangkannya saja sudah membuat Alex mengepalkan tangan marah.

“Wow, santai kawan, aku tidak akan menularkannya padamu.” John mengangkat kedua tangannya di dada pertanda memohon ampun. Jika saja dia membuat Alex marah, habislah sudah makan siang yang tenang ini. Susah-susah mendapat waktu santai malah berakhir dengan pertengkaran, itu sangat tidak menyenangkan. “Aku akan memberimu vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuhmu. Setahuku, di Indonesia juga hanya ada musim panas dan hujan kan? Setidaknya, kau tidak akan mudah terserang sakit disana. Lalu, apa aku perlu menyuruh Julie untuk memeriksa Nina?”

Alex senang karena John sudah mengetahui apa yang dia inginkan. “Ya, aku ingin Nina dalam keadaan sehat dan bisa berpegian. Kami akan berangkat besok pagi dengan pesawat pribadi. Suruh Julie untuk datang sore ini untuk memeriksanya.”

“Kalau begitu, aku akan menitpkan vitamin padanya.” John lalu mengelap mulutnya dan bersandar pada bahu kursi. Dia mengucek matanya sekali sebelum memandangi pengunjung wanita yang baru datang.

Alex memiringkan wajahnya, memindai seluruh wajah John. Tidak perlu mengamati dengan seksama pun semua sudah tampak dari ekspresinya yang menunjukkan kelelahan nyata. John tampak pucat dan kantung matanya sudah memperlihatkan kalau dia betul-betul tidak istirahat dengan baik. Selera makannya pun tidak seperti sebelumnya yang mampu menghabiskan banyak makanan, terutama daging. Bahkan dia tidak memesan salad ataupun buah yang biasa selalu menjadi pelengkap sebagai menu makan sehatnya.

Kelihatannya, John benar-benar sibuk hingga tidak sempat mengurusi dirinya sendiri. Lihat saja, bahkan rambut-rambut halus disekitar dagunya pun tidak dicukur. Kuku-kukunya panjang dan kemeja yang dikenakannya pun kusut, seperti langsung dipakai ketika kering. Hanya rambutnya yang sedikit rapi, itu pun masih terlihat jejak disisir secara acak.

John tinggal sendiri dan tidak suka sembarangan orang yang membersihkannya. Biasanya, untuk berbenah apartementnya itu, John akan memanggil pembantu khusus satu hari yang sudah teruji keahliannya. Pembantunya itu harus memenuhi standar yang dimilikinya seperti bekerja dengan rapi dan teliti.

Pembantu itu juga haruslah seorang wanita yang berpenampilan menarik. Alasannya karena dia adalah laki-laki dan ingin memanjakan mata dengan hal-hal yang indah. Begitu selesai rumahnya dibersihkan, dia akan mengajak pembantu itu makan malam sebelum akhirnya memulangkannya.

Jika ingin membersihkan apartementnya lagi, John akan mencari pembantu dengan wanita yang berbeda dari sebelumnya. Menurutnya bosan jika harus melihat orang yang sama terus-menerus. Belum lagi karena sudah mengetahui sifatnya jadi mudah untuk menaklukkannya. Baginya, hanya dengan melihat wanita cantik sudah memberikan kepuasan pada dirinya.

Mengingat kriteria yang disukai John, Alex jadi teringat dengan Anna. Maid nya itu tidak hanya cantik tapi juga terampil. Bukan hanya rapi membereskan barang, dia juga pandai masak dan melakukan berbagai hal lainnya. Bisa dibilang, Anna adalah sosok ideal yang John cari.

Senyum Alex mengembang ketika sebuah ide tiba-tiba terlintas dibenaknya. Sejak dulu, John menunjukkan ketertarikan pada Anna namun selalu ditolak. Firasatnya mengatakan kalau diantara mereka pernah terjadi sesuatu. Entah apa itu, dia tidak mau ikut campur. Mereka adalah 2 orang dewasa yang bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa perlu bantuannya.

Karena pekerjaannya ke Indonesia membutuhkan waktu lama, rumahnya menjadi sepi. Dia bisa memanfaatkan itu dengan menyuruh Anna untuk berbenah rumah John sekaligus mengakrabkan diri. Siapa tahu, berkat itu, hubungan mereka membaik dan maju ketingkat berikutnya. Siapa yang tidak senang ketika melihat kedua sahabatnya bersatu? Selain Anna mendapatkan laki-laki yang mencintainya, John juga mendapat perempuan yang luar biasa.

“Berhubung nanti aku lama di Indonesia dan membawa keluargaku, bagaimana kalau Anna bekerja padamu sementara untuk membereskan apartement mu? Aku tidak membawanya dalam perjalanan bisnis kali ini dan kau tidak perlu membayarnya. Anggap saja untuk mengisi waktu luangnya sekaligus memasak untukmu, bagaimana?” tanya Alex.

Mata John melebar mendengar penawaran itu dan memajukan tubuhnya untuk memastikan apa yang didengarnya. “Apa kau tidak salah? Apa Anna mau? Kalau aku dengan senang hati menerimanya, apalagi kalau dia sampai menginap ditempatku.”

“Aku yang akan membujuknya. Soal dia ingin menginap atau tidak, itu tergantung padanya.” Alex bisa melihat kalau mata John berkilat senang mendengar jawabannya itu. Karena John bersedia, dia hanya perlu meyakinkan Anna untuk bekerja padanya selama beberapa saat. “Kalau begitu, aku kembali dulu. Aku akan mengabarimu nanti. Jangan lupa untuk menyuruh Julie datang sore ini.” Alex beranjak dari kursi dan meletakkan beberapa dollar di atas meja.

“Tidak perlu mengatakannya 2 kali. Kau ini menganggapku seperti kakek-kakek yang sudah pikun saja. Padahal aku masih tampan begini.” John berekspresi ala-ala model dengan senyumnya yang paling menawan. Perbuatannya itu membuat pelanggan wanita yang melihat terpekik senang. Wajahnya yang tampan itu betul-betul sangat memikat. Kalau saja dia gagal menjadi dokter, dia bisa sukses dalam dunia permodelan.

Alex memutar kedua bola mata jengah dan memilih untuk meninggalkan sahabat dokternya itu. Dalam hati dia bertanya-tanya, kenapa bisa berteman dengan makhluk menyebalkan itu. Kalau saja John betul-betul cinta mati pada Anna, dia berharap kalau sahabat perempuannya itu mampu mengubah sifat narsisnya itu.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

10 Komentar

  1. rosefinratn menulis:

    :kisskiss :kisskiss :kisskiss

  2. Eny Khedapp menulis:

    :kisskiss

  3. ria nur aeni menulis:

    :kisskiss :kisskiss :kisskiss

  4. Anggina ShaRee menulis:

    Lanjuttttt donggg :berharapindah :bantingkursi :kisskiss

  5. Asekk :kisskiss :matre

  6. Bagoeeeesssss kak.. maaphkan bru baca.. lanjuttttt ahhhh..

  7. Tks ya kak udh update.

  8. Ceritanya emang bikin nagiiihhhh