Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 02

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

16 votes, average: 1.00 out of 1 (16 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Diakhir minggu, berhubung tidak ada pekerjaan di rumah sakit, John berniat menghabiskan waktu dengan minum-minum di club. Jarang-jarang dia mendapatkan waktu seperti ini, terlebih tidak ada pasien darurat yang perlu ditangani segera. Kalaupun ada, dokter-dokter yang berjaga malam ini memiliki kemampuan yang handal sehingga pasti bisa mengatasi dengan mudah.

Sembari bersiul riang, John memainkan kunci mobilnya. Jas putihnya yang begitu mencolok dan lebih terang dari dinding rumah membuatnya mudah menjadi sorot perhatian. Selama perjalannya menuju tempat parkir, sudah berapa banyak pasang mata dari suster-suster yang meliriknya. Seperti biasa, tatapan mereka padanya begitu memuja dan mungkin saja mereka sangat ingin menghabiskan waktu dengannya.

Sayangnya John tidak tertarik dengan hubungan yang lebih mendalam, bahkan harus sampai ke atas ranjang. Sebagai seorang dokter, dia sangat tahu bagaimana resiko melakukan sex bebas. Walaupun menggunakan kondom, tetap saja tidak bisa melindungi 100% dari penyakit menular akibat sex. Karena itu, dia sangat berhati-hati dalam memilih wanita dan akan berhenti jika mereka telah sampai ke tahap itu.

 Karena itu, dia sangat berhati-hati dalam memilih wanita dan akan berhenti jika mereka telah sampai ke tahap itu

Mobil abu-abu Ferrari FF terparkir cantik di tempat yang dibuat khusus untuknya. Sebagai putra dari pemilik rumah sakit, dia mendapat fasilitas parkir yang lebih lapang dan jalur khusus agar memudahkannya untuk datang dan pergi. Tentu saja hal itu agar memudahkannya untuk cepat menangani pasien dan tidak terjebak disana.

Mobilnya itu memang bukan keluaran terbaru. Tetapi mobil itu dibeli dengan uangnya pada saat keluaran terbaru dan tentu saja dengan harga yang fantastis. Dia masih ingat waktu membelinya dan mengetahui bagaimana rasanya mendapatkan barang yang diinginkan dengan jerih payah sendiri. Meskipun saat itu dia harus sedikit merengek kepada orang tuanya untuk menambah uang yang kurang, dia tetap puas karena sebagian besar mobil itu dibeli dengan penghasilannya sendiri.

John mengikuti sifat Alex yang mandiri. Hal yang sangat disyukuri oleh kedua orang tuanya mengingat betapa borosnya dia semasa sekolah. Berbeda dengan Alex yang hanya memiliki seorang kekasih, John memiliki puluhan dan setiap hari memanjakan mereka dengan barang-barang mewah. Betapa malunya jika mengingat masa itu menyadari kebodohannya yang tak terkira.

Dengan kecepatan biasa, John membawa mobilnya keluar dari rumah sakit membelah jalanan malam kota New York yang gemerlap. Memang banyak tempat club yang dikhusukan oleh kalangan atas tersedia dikota ini. Pelayanan yang diberikan tentu tidak sama dengan tempat club biasa. Bahkan tempatnyapun berkali-kali lipat lebih luas dari club umumnya. Tempat itu juga tidak bisa didatangi begitu saja dan memerlukan member khusus. Tentu saja John memilikinya karena dia merupakan pelanggan tetap.

John memang berniat mengunjungi salah satu club itu dan menghabiskan waktunya dengan minum. Tetapi saat berkendara tadi, dia melihat sosok yang dikenalnya dan memutar balik. Matanya menyipit untuk melihat dengan jelas sosok berpakaian seksi itu dan benar saja, wanita berambut pirang itu adalah Anna, teman semasa sekolah dan sekarang menjadi Maid Alex.

John membelalakkan mata melihat ke arah mana dia melangkah, sebuah club pinggiran dengan lampu-lampu mencolok sebagai papan nama.

Seingatnya, semasa SMA dulu Anna terkenal sebagai anak baik-baik namun galak. Dia menjabat sebagai ketua osis dan sangat menuruti peraturan. Sifatnya yang sangat menyukai kebersihan dan menatap rapi setiap barang membuat SMA mereka menjadi sekolah ter rapi dan terbersih selama dia menjabat. Tidak ada gelagat aneh darinya seperti berpacaran ataupun menyenangi hal yang berbau alkohol. Karena itu melihatnya berada ditempat seperti ini sungguh hal yang aneh.

‘Tapi mereka kan sudah bukan anak-anak lagi. Tidak masalah kalau terlambat puber dan bersenang-senang,’ batinnya.

Terus dihantui dengan asumsi-asumsi liar tidak akan menemukan jawaban. Anna adalah wanita dewasa yang sudah bisa mempertanggung jawabkan tindakannya. Tidak ada salahnya dia melakukan hal yang diinginkan untuk bersenang-senang. Lagi pula apapun yang terjadi padanya bukan urusannya.

Sepuluh menit, duapuluh menit berlalu. Dia masih juga tetap ditempat itu tanpa berniat pergi sedikitpun. Di menit berikutnya, John mengacak rambutnya gemas lalu memakirkan mobilnya. Dia mengernyit ketika mendapati banyaknya mobil mewah yang terparkir disana. Mungkin club itu hanya terlihat jelek diluar dan bagus didalam melihatnya banyaknya orang kaya datang.

Begitu menginjakkan kaki di club itu, iringan musik beat yang kencang dengan lampu disco bewarna-warni langsung menghantamnya. Telinganya berdengung mendengarkan musik yang disetel begitu memekakkan telinga dan kepalanya pusing melihat putaran acak dari lampu. Tempat ini begitu kacau dengan meja dan kursi yang kotor, pasangan yang bercinta dimanapun dan juga pecahan botol kaca yang berserakan. John menebak, kalau sebelumnya baru saja terjadi perkelahian disini.

Baru sebentar ditempat ini, John kembali menjadi pusat perhatian. Namun, kali ini para wanita penghibur yang tertarik dengannya. Satu per satu dari mereka mulai mendekatinya dengan pakaian seksi yang memperlihatkan bagian-bagian menonjol. John sama sekali tidak tertarik dengan semua itu, terlebih dengan dandanan menor yang disengaja membuat mereka tampak mengerikan.

“Tuan, ayolah minum bersama kami.” Seorang wanita mengenakan bikini merah memeluk sebelah lengannya sembari memberikan segelas bir.

“Tidak, aku datang untuk mencari seseorang. Tolong, biarkan aku sendiri.”

Wanita-wanita itu kemudian pergi dengan kecewa karena tidak berhasil menguras uang yang dibawanya. Itu bagus, karena saat ini dikantongnya hanya terdapat sedikit uang cash untuk mengisi bensin.

Teringat dengan tujuannya, John menyapu pandangannya pada club yang remang-remang itu. Pandangannya lalu berhenti pada meja bartender yang sedikit ramai dengan kerumunan. Dia lalu mengambil posisi berdiri disamping meja bartender untuk melihat apa yang terjadi.

Ternyata ada pertarungan minum antar seorang wanita dan pria. Pertarungan itu pun berubah menjadi ajang taruhan saat pengunjung lain mendukung salah satu jagoannya. Mereka kelihatan sangat yakin jika wanita itu akan kalah dan memberikan taruhan yang besar kepada pria.

Saat mengamatinya dengan seksama, wanita itu adalah Anna. Rasa penasran John semakin bertambah karena tidak menyangka wanita itu akan melakukan pertarungan minum seperti ini. Terlebih, mereka bertarung siapa yang duluan habis meminum Vodka hingga 10 gelas. Anna yang sekarang sangat berbeda dengan yang dikenalnya semasa SMA. Alex bahkan mungkin tidak mengetahui hal ini mengingat dia tidak pernah membicarakannya.

Samar-samar, John menangkap bartender itu memasukkan sesuatu secara acak kepada 2 gelas minuman dan memberikannya pada Anna. Dia juga melihat adanya bungkusan Viagra yang diselipkan pada sela-sela meja. Bartender itu telah bermain curang dan berniat menjadikan Anna sebagai pelacur untuk pria itu.

John sedikit terlambat untuk mencegah karena pertandingan itu telah dimulai. Dia terperangah melihat Anna menghabiskan 5 gelas pertama tanpa kesusahan. Sejauh ini, Anna tampak lebih unggul dari pria itu. Namun, keanehan baru terjadi ketika menghabiskan gelas ke 6. Anna menguap sekali tampak mengantuk, bahkan ketika menghabiskan gelas ke 7, dia seperti ingin muntah.

Pria itu tampak tenang meskipun baru menghabiskan 3 gelas. Dia menyeringai ketika Anna mulai menunjukkan gelagat tidak sanggup. Kelihatannya, dialah yang menyuruh bartender untuk berbuat curang. Dari wajahnya pun tidak ada niat untuk menang. Pria itu justru terus menatapi tiap lekuk tubuh Anna dengan tatapan buas seolah-olah dia adalah mangsa yang empuk.

Dia memprovokasi Anna dengan kata-kata dan membuatnya berseru marah. Anna kemudian menghabiskan satu gelas lainnya dan menghentakkannya kuat-kuat menunjukkan kesanggupannya. Pria itu masih bersikap santai dan membalas dengan menghabiskan satu gelas miliknya.

Di gelas selanjutnya, Anna hampir mengeluarkan semua isi perutnya. Dia menahan keinginannya itu dengan menutup mulut dengan tangan. Satu gelas terakhir. Hanya tinggal satu gelas terakhir dan pertandingan bodoh ini akan usai.

John ingin menghentikan pertandingan ini karena melihat Anna yang sudah kesusahan. Namun, dia mengurung keinginannya itu ketika melihat wanita itu menggenggam gelas terakhir. Para pengunjung pun bersorak untuk menyemangatinya. Dia pun ikut bersorak agar Anna tidak kalah.

Dengan segala tenaga yang tersisa, Anna menghabiskan gelas terakhir dengan sekali teguk kemudian membanting gelas itu. Sorakkan kemenangan kemudian memenuhi seluruh ruangan diiringi dengan protes kekalahan.

Bukannya protes karena kalah, pria itu justru menyeringai semakin lebar. Terlihat dia mengeluarkan beberapa lembar dollar dan menyerahkannya pada bartender. Lalu, ketika Anna membaringkan kepalanya diatas meja, dengan lancang dia mengelus punggungnya dan bergerak untuk memapahnya. Saat itu, John muncul dan menahan lengan yang hendak membawa pergi wanita itu.

“Siapa kau?! Berani-beraninya menganggu kesenanganku! Apa kau tidak tahu aku siapa?!”

John menutup sebelah matanya mendengar seruan keras yang diberikan pria itu. Disaat-saat seperti itu, dia masih bisa memuji lawannya yang bertubuh lebih kurus namun memiliki suara yang lantang. “Maaf, aku tidak tahu kau siapa tapi aku mengenal wanita ini. Dia bekerja pada sahabatku dan aku tidak bisa membiarkanmu melecehkannya begitu saja.”

Pria itu memandangnya remeh lalu menepuk-nepuk sebelah pipinya karena menganggapnya sebagai rendahan. “Namaku, Christopher Hills pewaris tunggal Hills Corp. Katakan pada sahabatmu kalau mulai sekarang wanita ini menjadi milikku. Sampai jumpa anjing penjaga!”

Bukannya marah, John memasang wajah senyum ramah khas miliknya dan menghentikan tepukan lengan Chris. “Namaku John, Johnathan Lewis, bukan anjing. Dan benar, aku penjaga setiap hati wanita.”

Setelah mengatakannya John melayangkan tinju ke wajah Chris yang langsung membuatnya tersungkur. Sambil menggendong Anna, dengan lihai dia melewati kerumunan manusia yang berada disana. Bahkan ketika Anna muntah, John senang karena orang-orang menjauhinya karena tidak ingin terkena muntahan yang sekaligus memberi akses jalan keluar mudah padanya.

Begitu sampai ke mobil, tanpa mengenakan sabuk pengaman, John langsung menginjak gas, menyelamatkan diri dari kejaran keamanan. Dia juga bersorak senang karena sudah lama tidak merasa hal yang mendebarkan seperti ini. Terakhir dia kejar-kejaran seperti itu adalah saat masa kuliahnya dulu dan berakhir di kantor polisi.

Jalanan malam New York tidak pernah gelap walaupun tengah malam. Kota ini selalu bekerja siang dan malam tanpa mengenal waktu. Jika ada yang bekerja pada pagi hari, ada juga yang bekerja pada waktu malam. Begitu terus hingga silih berganti. Mencari apapun pasti ada disini karena disini merupakan pusat metropolitan terbesar.

John melepaskan jasnya yang kotor akibat muntahan dan meletakkannya di kursi belakang. Dia lalu berhenti pada supermarket yang ditemui untuk membeli kain bersih dan minuman. Tidak lupa, dia juga membeli vitamin yang akan diberikannya kepada Anna agar wanita itu tidak mengalami hangover saat bangun nanti.

Setelah mendapatkan barang yang dibutuhkan, John membasahi kain itu dan mengelap mulut Anna yang duduk di kursi penumpang. Ketika melakukannya, wanita itu terus bergerak gelisah dan bergumam dengan mata terpejam. Instingnya mengatakan keadaannya seperti ini karena pengaruh obat. Selain Viagra, dia tidak tahu bartender itu memberikan obat apa kepadanya. Mungkin lebih baik membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Ketika ingin mengelap bibirnya, Anna spontan mengalunkan lengannya pada leher John dan menarik wajahnya mendekat. Tanpa peringatan, dia menyatukan bibirnya dan menikmati setiap rasa yang ada. Anna bahkan menarik tubuh John semakin dekat dan menahannya dengan mengapitkan kaki pada pinggangnya.

Stop! Stop! Kau mabuk dan terpengaruh Viagra! Sadarlah, hey!”

Seruan John seolah-olah nyanyian indah di telinganya. Entah tenaga yang datang dari mana, Anna bahkan berhasil menjatuhkan tubuh John hingga menimpanya dan menikmati setiap gerakan yang terjadi sembari mendesah.

Quick … f*ck me … I’m sleepy,” desahnya pasrah.

Kelihatannya obat lain yang diberikan padanya adalah obat tidur. Mungkin Chris berencana untuk membuat Anna mengantuk lalu terangsang agar mudah bercumbu dengannya. Karena itu Chris sengaja meminum lambat-lambat Vodkanya dan memprovokasi Anna.

Permintaan Anna sungguh menggoda. Kalau John membiarkan nafsu membutakannya, dia pasti akan melakukannya sekarang juga. Lagi pula siapa yang tidak mau? Seorang wanita cantik yang mabuk dan juga tengah bergairah meminta untuk dicumbu dengan suka rela. Pria manapun pasti tidak akan melewati kesempatan ini dan menerima tawaran itu dengan suka cita. Namun, akal sehatnya masih bekerja. Tidak mungkin dia mengambil kesempatan seperti ini, terlebih pada seorang wanita mabuk.

Begitu pelukan Anna sedikit melonggar, John memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri dan membetulkan posisi duduknya. Tidak lupa sabuk pengaman juga dipakai agar wanita itu tidak tiba-tiba menerjang ke arahnya.

“Kau mabuk dan butuh tidur. Air dingin akan membantumu menenangkan diri. Bersabarlah sampai aku mengantarmu.”

John lalu kembali menjalankan mobil menuju kediamannya. Tidak mungkin dia mengatar Anna pulang dalam keadaan mabuk seperti ini. Jika Alex melihatnya dalam kondisi kacau begini, terlebih dengannya, pasti dia akan memberikan bogem mentah padanya dan bertengkar dengan Anna sepanjang minggu. Dan itu berbahaya karena tidak ada yang merawat kekasih Alex yang masih koma.

Mobil abu-abunya berhenti tanpa kendala pada tempat parkir yang sudah tersedia khusus untuknya. Dengan susah payah, John memapah Anna yang meracau tak jelas memasuki lift. John juga harus menahan, serangan-serangan tak terduga seperti pelukan, ciuman dan rabaan. Dia benar-benar tidak menyangka jika wanita ini begitu liar ketika mabuk.

“Yap, kita sudah sampai,” ucapnya seraya membuka pintu. Setelah itu, dibaringkannya Anna pada ranjang dan bersiap untuk keluar.

“Jangan pergi …” Anna menarik kerah baju John hingga jatuh menimpanya. Kesempatan tu tidak dilepasnya dan memeluk John erat-erat. “Kenapa kau tidak mau tidur denganku? Kenapa kalian meninggalkanku?” Racaunya dalam mimpi. Disudut matanya, sebutir air mata telah tergantung disana.

I also want to be happy …” lirihnya.

John menghapus air mata itu dan merapikan anak rambutnya yang berantakkan. Wanita memang rapuh. Contohnya Anna yang tengah mabuk berat sambil memeluknya ini.

Selama mengenal Anna, John melihatnya sebagai wanita kuat yang tak bercela. Dia selalu bisa mengatasi apapun dan melakukan hal yang dikatakan tidak mungkin. Wanita itu juga tidak pernah mengeluh ataupun menunjukkan kelemahan apapun. Dimatanya, Anna tampak sempurna.

Tapi melihatnya menangis seperti ini menjatuhkan pandangan yang selama ini diketahuinya. Anna tidak sekuat yang dilihat. Dia hanya menyembunyikan semuanya dan membangun perlindungan dengan menunjukkan tidak ada yang tidak bisa dilakukannya.

“Kalau kau seperti ini, aku jadi kasihan padamu. Kalau bukan karena sifat keras kepalamu, aku yakin kau mudah mendapatkan pria yang mencintaimu.”

Seolah-olah mendengar apa yang dikatakannya, Anna menjawab, “Kalian laki-laki hanya memperhatikan fisik! Kalau aku tidak mempertahankan egoku, kalian pasti menganggapku wanita gampangan dan mudah ditindas! Aku tidak akan jatuh cinta, seumur hidupku!”

John langsung mengerjap mata terkejut. Tidak disangka kalau Anna akan menyahut sekencang itu ditelinganya dengan posisi masih memeluknya. Wanita ini benar-benar keras kepala. Karena tidak percaya dengan cinta, dia memperlakukan tubuhnya dengan seperti ini. Sungguh, Anna terlalu mengganggap buruk semua pria.

Pelukan Anna pada John semakin kuat. Dengan mata yang masih terpejam, dia melepas semua pakaiannya dan menciumnya. Walau dalam keadaan mabuk, tenaganya tidak ada bedanya dengan orang sadar bahkan lebih kuat daripada wanita pada umumnya. Itu karena pekerjaannya yang terkadang harus dikerjakan seorang diri dan memerlukan tenaga. Secara tidak langsung, otot-ototnya ikut terlatih dan meningkatkan kekuatannya.

John berusaha keras untuk menghentikan Anna. Dia memang memiliki julukan playboy tapi tidak akan pernah mengambil kesempatan. John memang gemar untuk berganti pasangan tapi tidak semua wanita itu berakhir diatas ranjang. Semua wanita yang dikencaninya hanya untuk mengisi waktu luang atau sekedar menghibur mereka. John bukanlah pria rendah yang melampiaskan nafsunya pada setiap wanita.

Ketika John ingin berteriak, tiba-tiba mata Anna terbuka. Ketika berpapasan dengan sepasang mata aquamarine itu membuatnya tertegun. Ada rasa sakit dan kesedihan disana. Sesuatu yang tidak pernah diceritakan pada siapapun.

“Hey, apa kau membenciku? Apa aku melakukan kesalahan sehingga kau tidak mau bercinta denganku? Apa aku menyedihkan?”

Pertanyaan yang di iringi dengan air mata itu membuat rasa sesak di dada John. Dia tidak tahu entah kenapa hatinya tergerak untuk menenangkan wanita di hadapannya. Entah apa yang terjadi padanya dulu, itu membentuk dirinya yang sekarang. Mungkin, sosok Anna yang sebenarnya tidak seperti itu. Dia hanya merasa takut dan melindungi dirinya dengan cara seperti itu.

“Aku tidak membencimu. Hanya saja, aku merasa tidak pantas meniduri dalam keadaan seperti ini,” akunya.

“Jadi, kapan aku pantas? Apa aku tidak boleh merasakan cinta?” tanya Anna lagi.

“Kau pantas. Kau pantas untuk dicintai, bukan karena paras cantikmu tapi karena hatimu.” John menyelipkan anak-anak rambutnya yang berantakan dan mengelus pipinya pelan.

Then fuck me! If you love me then just fuck me. Please …” ucapnya lirih.

John mematung sejenak sebelum memberikan kecupan ringan pada kening Anna. Suara lenguhan terdengar kemudian ketika John berhasil menemukan bagian-bagian sensitif miliknya Dengan satu sentuhan ringan, dia berhasil membuat Anna menggerang puas.

“Jangan hancurkan rumahku besok pagi begitu kau sadar,” putusnya lalu melanjutkan malam yang mendebarkan ini.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

7 Komentar

  1. Haaaaa……galau nihhh

    1. Galau kenapa??

  2. Senapsaran sissss sama nextnya ??

    1. Jangan khawatir, akan segera di posting ?

  3. Kenapa cii?

  4. Tks y kak udh update.