Sassy Maid

Sassy Maid and Playboy Doctor – 01

Bookmark
Please login to bookmark Close

24 votes, average: 1.00 out of 1 (24 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

2

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Malam sabtu, hari yang biasa sesekali aku habiskan di club dengan minum-minum. Jika kalian berpikir Alex tidak akan mengijinkanku keluar, kalian salah besar! Sebagai Maid yang bekerja padanya, aku diberikan hari libur yang bebas untuk melakukan apapun. Pendapatanku sebagai Maid juga tidak kalah dengan pegawai tetap yang baru dipekerjakannya.

Alex sangat menghargai hasil jerih payah setiap karyawan. Karena itu baik jabatanmu tinggi atau rendah, dia tidak akan melihatmu sebelah mata dan memperlakukan setiap orang dengan adil.

Seharusnya dalam keadaan seperti ini aku tidak pergi meninggalkan Alex untuk bersenang-senang sendiri. Itu karena aku sedang merawat kekasihnya yang tengah tertidur koma. Wanita itu sangat kasihan. Selain mengalami kecelakaan yang membuatnya koma, dia juga keguguran. Alex sangat menderita saat mengetahui hal itu. Aku bahkan menangis ketika Alex membawanya kemari untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Namun, hari ini Alex menyuruhku untuk beristirahat dan ingin mengurus semuanya sendiri. Kelihatannya, dia ingin waktu berdua dengan pujaannya hatinya karena sudah beberapa hari tidak bertemu akibat urusan pekerjaan.

Mendapat perintah seperti itu bukan berati aku langsung melepas tanggung jawabku. Kalau orang lain pasti akan melaksanakannya dengan suka rela. Siapa yang tidak ingin mendapat perintah untuk istirahat dan menghabiskan waktu dengan apa yang ingin dilakukan.

Jadi, sebelum meninggalkan mereka, aku menyiapkan terlebih dahulu semua yang dibutuhkannya agar tidak kerepotan. Bahkan aku sudah menyiapkan makan yang disimpan di kulkas. Kalau Alex lapar, dia hanya tinggal memanaskan tanpa perlu menunggu lama untuk memesan.

Di New York, terdapat ratusan club yang bisa dikunjungi. Saking banyaknya, bahkan terdapat pembagian seperti club kaya dan club miskin. Well, aku tidak peduli dengan perbedaan seperti itu karena saat menginjakkan kaki di kota ini, aku sudah berjanji akan menjelajahi seluruh club yang ada. Asalkan tempatnya menarik dan aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan, itu sudah cukup.

Ngomong-ngomong soal apa yang kuinginkan, tentu saja aku mencari teman pria kencan satu malam alias one night stand. Aku tidak akan munafik. Aku membutuhkan seseorang untuk menyalurkan hasratku yang terkadang datang dan club adalah tempat yang tepat untuk mencari pria seperti itu.

Sebenarnya memang lebih baik mencari kekasih pria yang tetap. Selain terhindar dari resiko penyakit seksual juga tidak perlu repot-repot mencari jika menginginkannya. Dan, kalau berdua sudah saling berkomitmen, hubungan itu bisa berlanjut ke pernikahan dan menjadi keluarga bahagia.

But that’s not for me.

Aku tidak akan jatuh cinta karena itu hanya menghancurkanku. Bukannya aku tidak percaya cinta, hanya saja aku tidak mau merasa sakit seperti yang Alex dan ibuku rasakan. Lebih baik seperti ini, sendirian namun tetap menikmati hidup tanpa seseorang yang khusus. Lagi pula, memustukan untuk hidup sendiri bukan berati langsung mati.

Untuk menikmati hari ini, aku berencana mengunjungi salah satu club yang letaknya cukup terpinggir. Aku melihat tempat itu ketika sedang berbelanja. Papan nama dengan lampu mencolok sangat menarik perhatianku. Tempatnya yang seperti perumahan menjadi unsur unik tersendiri. Tidak jarang aku menemukan club yang seperti itu. Kuharap didalamnya tidak terlalu mengecewakan.

Karena ini pertama kali setelah sekian lama aku tidak mengunjungi club, aku mengenakan mini dress hitam tanpa lengan dengan belahan dada yang dalam. Hasilnya buah dadaku bulat dan menonjol terlihat jelas, begitu juga dengan lengan dan pahaku. Sebagai tambahan, aku menata cepol rambutku hingga menampakkan bagian leher dan punggung dengan jelas. Dengan tatanan seperti ini, aku terlihat seperti wanita berani dan itu memang keinginanku.

Seperti suasana club pada umumnya, lampu kerlap-kerlip dengan iringan musik beat yang kencang membuat tubuhku ingin menari

Seperti suasana club pada umumnya, lampu kerlap-kerlip dengan iringan musik beat yang kencang membuat tubuhku ingin menari. Tempat ini cukup ramai mengingat banyaknya mobil mahal yang terparkir. Dilihat dari penampilan pelanggan prianya, rata-rata mereka adalah pebisnis. Pakaian mahal dan mobil mewah, mudah menebak dan membedakan siapa yang benar-benar kaya dan tidak. Pengalamanku yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan Alex membuatku mengetahui hal tersebut.

Saat melangkah menuju meja bartender, banyak pasang mata yang melirik padaku. Aku berpura-pura tidak mengetahuinya dan tetap memasang wajah datar mengabaikan tatapan mereka. Tentu saja hal itu membuatku image ku sebagai wanita kuat semakin kental dan itu membuat mereka semakin tertantang.

“Vodka.” Pesanku singkat yang langsung dikerjakan oleh bartender.

Tidak lama setelah memesan, seorang pria asing tiba-tiba duduk disampingku. Aku tidak mempermasalahkannya karena kursi itu memang tengah kosong. Pria itu tidak datang sendiri. Disampingnya ada tiga orang wanita penghibur dengan dandanan menor. Ketiga wanita itu sangat berisik karena tidak henti-hentinya bercoleh.

Entah apapun itu, aku tidak peduli. Aku hanya berharap mereka segera enyah agar bisa mendapatkan ketenanganku kembali.

Pria itu lalu mengangkat sebelah tangan dan mengibaskannya. Dengan satu isyarat itu, ketiga wanita yang bersamanya pergi dengan wajah kecewa. Samar-samar aku melihat satu diantara mereka yang menatap sinis padaku. Well, aku tidak peduli karena sekarang aku mendapat kesunyianku lagi.

“Dua Vodka.” Sang Bartender langsung menurutinya dan menghindangkan 2 Vodka, untukku dan untuknya.

Aku mengernyit tak suka karena pria ini sudah seenaknya memesan minuman untukku. Kalau dilihat baik-baik, dia memiliki wajah yang cukup tampan dan sedikit lebih kurus. Pakaian yang dikenakan pun cukup mahal. Belum lagi dengan jam Rolex emas yang tergantung disana.

Bukannya ingin sombong tapi aku sudah jenuh dengan barang-barang seperti itu. Bahkan aku tidak peduli apakah jam itu asli atau tidak. Alex juga mempunyai koleksi seperti itu dan tidak kalah banyak. Apalagi pena yang dipakai untuk tanda tangan, harganya bisa mencapai ribuan dollar.

Merasa diperhatikan, pria itu melepas jas yang sejak tadi melekat ditubuhnya dan membuka beberapa kancing baju untuk memamerkan dadanya. “Kau cantik, aku menyukaimu. Boleh aku tahu siapa namamu?”

“Sebelum bertanya, kau harus mengenalkandiri terlebih dahulu. Apa kau lupa aturannya?” sindirku.

Bukannya marah atau tersinggung, pria itu justru bersiul senang. “Christopher Hills. Kau boleh memanggilku Chris.”

“Anna.” Jawabku singkat dengan ekspresi tidak peduli.

“Bagaimana kalau kita bertanding minum? Apa kau sanggup menghabiskan 3 gelas Vodka?”

Aku sengaja memasang ekspresi malas lalu menggosok-gosok pinggiran gelas kaca yang telah kuhabiskan. Kelihatannya pria bernama Chris ini ingin bercinta denganku dengan cara yang licik. Apa dia berpikir bisa mengalahkanku semudah itu? Karena dia sudah menyalakan api, mari bermain dengannya.

“Aku bahkan sanggup menghabiskan 10, Sayang.” Jawabku kemudian lalu memberikan senyuman yang paling manis, berbanding terbalik dengan ekspresi yang sebelumnya.

Benar saja, Chris tampak bersemangat danterpikat dengan pesonanya. Segera dia menyuruh bartender menyiapkan 20 Vodka untuk dijadikan bahan bertanding.

Berikutnya, aku tidak terlalu menyimak apa yang dikatakannya. Aku terlalu sibuk memandang pria-pria yang berada di club itu dan tidak menyadari jika disekitarku telah menjadi keramaian kecil. Kelihatannya, pertandingan minum ini berubah menjadi ajang taruhan. Aku bahkan melihat beberapa orang memasang taruhan.

Bukannya ingin sok tenang tapi 10 Vodka bukanlah masalah untukku. Aku justru sanggup menghabiskan hingga 20 gelas dan bangun pagi setelahnya. Itu bukan bualan. Aku memang sering minum sebanyak itu sehingga batas toleransiku dengan alkohol sangat tinggi.

Terlalu sibuk dengan pikiranku, aku tidak tahu kalau bartender itu memasukkan sesuatu kedalam minumanku atas perintah Chris. Aku baru menoleh ketika dia berseru dan melihat 10 gelas Vodka telah tersusun rapi dihadapanku.

“Okay, semuanya sudah siap!”

Orang-orang yang berkumpul pun bersorak semangat, begitu juga dengan yang ikut dengan taruhan.

“Lebih menyenangkan kalau meriah bukan? Bagaimana kalau kita segera memulainya?” Chris mengangkat salah satu gelas di depan wajahnya dengan senyumnya yang seolah-olah meremehkan.

Aku juga melakukan hal yang sama, menunjukkan bahwa aku tidak takut. “Let’sdo it!

Begitu aku mengatakannya, pertandingan langsung dimulai. Aku menghabiskan 3 gelas tanpa kesusahan. Hanya seperti ini saja tidak membuatku mabuk. Sampai gelas ke 5 pun aku masih lancar dan sama sekali tidak merasa pusing. Aku melirik sejenak ke arah Chris dan melihatnya baru menghabiskan 2 gelas. Dia juga tidak kelihatan panik karena telah ketinggalan banyak. Sebaliknya dia justru sangat tenang dan terus mengamatiku dengan tatapan mesumnya.

Ketika menghabiskan gelas berikutnya, aku baru merasa keanehan. Aku menguap, pandanganku mengabur dan aku merasa kantruk yang luar biasa.

Aneh. Tidak biasanya aku merasa kantuk tiba-tiba seperti ini. Tadi pagi kondisiku masih prima dan aku sudah mengecek tanggal untuk halangan. Seharusnya hari ini aku baik-baik saja. Kecuali minumanku telah dimasukkan sesuatu.

“Sudah menyerah, Cantik?”

Pria tampan itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika melihatku berhenti. Kelihatannya dugaanku benar. Sialan! Pria ini benar-benar membuatku muak! Dia berpikir aku akan berhenti begitu saja karena rasa kantuk seperti ini? Jangan harap! Dengan satu sentakan, aku kembali menghabiskan satu gelas lainnya dan menatapnya tajam. “Dalam mimpimu!”

Pria itu tertawa dan kembali melanjutkan minumnya yang tertinggal banyak dariku.

Aku melihat gelasku sendiri yang hanya tersisa 3. Sedikit lagi dan pertarungan bodoh ini akan berakhir. Mungkin setelahnya aku akan pulang dan beristirahat. Masa bodoh dengan tujuanku sebelumnya. Aku bisa mencarinya lain kali dengan mengunjungi club berbeda asalkan bukan tempat ini. Aku tidak mau bertemu lagi dengan pria curang ini!

Dengan susah payah aku menghabiskan gelas ke 7 dan menggengam gelas lainnya. Tidak seperti sebelumnya yang bisa kuhabiskan dengan sekali teguk. Kali ini aku menyelesaikannya dengan tiga kali tegukkan. Sebelum melanjutkan gelas terakhir aku mengambil jeda sejenak sambil memejamkan mataku.

Tiba-tiba, aku merasa seluruh tubuhku bergejolak. Nafsuku tiba-tiba melambung tinggi meminta untuk dipuaskan. Bagian bawahku juga basah dan jika aku tidak mengotrol diri, aku bisa meledak kapan saja.

Sialan! Selain memberikan obat tidur rupanya dia juga memberikan Viagra. Bajingan ini memang sangat ingin mencumbuku hingga melakukan kecurangan seperti ini.

“Kenapa berhenti? Apa kau ingin istirahat?”

Aku tidak menjawab dan menatapnya nanar. Brengsek! Ingin sekali aku menghajar wajahnya itu yang tengah menatapku buas. Dia sudah tahu hal ini akan terjadi dan sengaja memprovokasiku. Baginya, pertarungan ini hanyalah hiburan ringan. Permainan sesunguhnya baru dimulai setelah aku meminum obat tidur dan Viagra itu.

Dengan sisa tenaga yang ada, aku menghabiskan Vodka terakhir itu dalam sekali teguk. Sesudah itu, pandanganku menggelap. Aku tersungkur dimeja dengan mata terpejam. Sorak-sorakkan pun tak kudengar. Bahkan aku tidak tahu kalau pria itu tengah mengelus punggungku dengan senyumnya yang menyeringai.

Ditengah-tengah semua itu, aku mendengar suara yang familiar dan setelah itu apa yang terjadi aku tidak mengetahuinya.

***

Cahaya matahari yang menyusup dari sela-sela tirai yang tidak tertutup rapat, berhasil membangunkanku. Seperti biasa, sebelum bangun aku selalu merentangkan kedua tanganku sebagai pemanasan sebelum membuka mata.

Semalam, aku benar-benar puas menyalurkan hasratku. Pasangan one night stand ku begitu hebat! Kami sampai melakukannya berulang kali seolah-olah tiada hari esok. Walaupun aku sedang mabuk, aku benar-benar merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Bagaikan meminum madu murni yang manisnya tiada tara. Aku benar-benar melupakan semua yang terjadi hari itu dan tenggelam dalam surganya duniawi.

Hebatnya kepalaku tidak terlalu pusing pagi ini mengingat betapa mabuknya aku semalam setelah meminum banyaknya Vodka. Entah sudah berapa gelas yang kuhabiskan, pastinya sangat banyak sehingga aku menjadi sangat ‘Liar’.

Tidak ada niat padaku untuk cepat-cepat bangun. Alex tidak akan mencariku dihari libur ini dan dia kebanyakan menghabiskan waktunya dengan bekerja. Aku juga tidak perlu khawatir dengan partner one night stand yang mungkin telah entah pergi kemana.

Seringkali aku menjumpai pria yang meninggalkanku begitu saja ketika membuka mata. Tapi tidak jarang juga aku yang meninggalkan mereka terlebih dahulu. Bagiku, hal seperti ini sama sekali tidak mengganggu. Lelaki yang kucari sebagai teman satu malam tidak menginginkan hubungan yang lebih jauh dan hanya mencari kehangatan sesaat. Dengan begitu, ketika berpisah, tidak ada rasa yang saling mengikat dan menjalankan hari seperti biasanya.

Begitu membuka mata, aku menyandarkan kepalaku pada penyangga. Sembari mengumpulkan semangat untuk bangkit, mataku terus memperhatikan kamar hotel bernuansa emas yang kutempati sekarang.

 Sembari mengumpulkan semangat untuk bangkit, mataku terus memperhatikan kamar hotel bernuansa emas yang kutempati sekarang

Kamar ini terlalu mewah, terlalu mewah jika pasangannya hanya ingin melakukan sex dengannya. Biasanya jika hanya melakukan kencan satu malam, hotel yang kutempati hanya hotel biasa, bahkan tidak lebih dari bintang 3. Untuk apa hotel berkelas jika esoknya langsung keluar? Sangat disayangkan jika membuang uang hanya untuk itu.

Pemikiran lain segera terlintas kalau pria yang bersamaku mungkin orang kaya dan lebih menyukai kamar yang luas. Ya, ukuran kamar ini begitu luas hingga bisa menampung meja dan kursi tamu. Bahkan terdapat dapur dan ruang makan di seberang ruangan. Setiap jendela yang ada, terdapat kasur lain yang bisa ditempati oleh satu orang jika ingin menikmati pemandangan kota.

This is too much. Hotel apa ini?” Gumamku ketika melihat Apartement 432 Park Avenue yang merupakan tempat tinggal Alex berada diseberang. Seingatku, tidak ada hotel disekitar sana. Hanya ada apartement-apartement mewah yang sanggup dibeli oleh orang-orang kaya.

“Ngg ….”

Aku sontak menoleh ke asal suara dan menemukan sosok tubuh manusia yang terbenam pada selimut putih nan empuk itu. Aku tidak tahu kalau ada orang sampai dia bersuara. Lagi pula siapa yang menyadari jika tubuhnya terbenam seluruhnya, berada dipinggir dan tidur telungkup seperti itu.

Kemudian, tubuh pria itu mengeliat bagaikan ulat. Dia menguap lebar sekali dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebelum berbalik, menampakkan wajahnya yang khas bangun tidur sontak membuatku berteriak dan menendangnya jatuh.

“Argh!!!!” Teriakku yang disambung dengan bunyi jatuh yang keras.

Pria berwajah mulus itu jatuh dengan wajah menyentuh lantai terlebih dahulu. Rintihan kesakitan kemudian terdengar setelahnya, seiring dengan berdirinya pria itu. “Kenapa kau menendangku?”

Johnatan Lewis. Dokter muda jenius berparas tampan dengan wajah bersih itu memijit dahinya yang berdenyut. Rambut hitamnya terlihat berantakan sehabis bangun tidur. Lengan kekarnya terlihat sangat nyaman untuk dipeluk. Tubuhnya yang atletis berkat latihan bertahun-tahun membuat semua kaum hawa berlomba-lomba untuk menyentuh otot perutnya. Dengan keadaannya sekarang yang tidak mengenakan sehelai apapun dan daya pikat alami miliknya, membuatnya tampak seperti patung Yunani yang hidup.

Ketampanan itu juga yang membuat banyak wanita yang tergila-gila padanya dan berharap bisa menjadi kekasih dokter muda jenius tersebut. Rayuannya begitu manis sehingga membuat siapapun mudah terjebak dalam pesonanya itu. Tapi sifatnya yang suka menggoda setiap wanita yang dilihat membuat tidak ada yang tahan.

Bukan hanya dari kalangan wanita atas, dia juga sering kali didapati berkencan dengan suster, sesama dokter dan bahkan dengan pasien. Tidak ada yang tahu sejauh mana hubungan yang dilakukannya. Setiap wanita yang diputuskannya, menutup mulut dengan rapat bahkan masih memuja sosoknya itu.

“Seharusnya itu pertanyaanku! Apa yang kau lakukan disini?!” tanyaku setengah berseru. Tidak mungkin aku melakukan threesome, kan? Setinggi-tingginya hasratku, aku tidak akan melakukan hal segila itu! Lalu aku kembali melihat lantai kamar yang terdapat baju milikku dan miliknya. Kemudian, aku mengamati diriku sendiri yang tidak mengenakan sehelai apapun, bersama dengannya, mabuk dan berduaan dalam kamar. Satu kesimpulan langsung melintas dibenakku dan menatapnya dengan horror. “Jangan-jangan …”

Seolah mengerti apa yang kumaksud, John menyeringai dan meletakkan kedua tangannya di pinggang.”Yup, aku yang menjadi pasanganmu semalam. Wow, aku tidak menyangka kalau kau begitu liar dan bernafsu! Aku jadi tidak menyesal karena kau muntah di jasku.”

Mendengar hal itu, aku lantas berteriak dan melempar semua benda yang bisa kuraih. Begitu benda keras mengenai kepalanya, aku langsung meraih bajuku dan mengenakannya dengan cepat seperti orang kesetanan. Mungkin, ini adalah rekor tercepatku memakai baju tapi tidak ada waktu untuk merayakannya! Yang dipikiranku sekarang adalah pergi dari tempat ini dan menjauh dari pria brengsek itu. Tanpa mempedulikan protesnya, aku langsung pergi dari kamar itu dengan meninggalkan bunyi pintu tertutup yang keras.

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

14 Komentar

  1. Ceritanya menarik

    1. Trims :kisskiss

  2. AyukWulandari2 menulis:

    Uluh semakin seru gais :lalayeye

    1. Semoga dapat menghibur :kisskiss

  3. Eny Khedapp menulis:

    Tengah malam baca ini novel, samakin kesini semakin seru…lanjuttttt

  4. Rizky N Wijaya menulis:

    Bagus ihh

  5. serly merisa putri menulis:

    Perdana bacanya yg ini tampa prolog…
    suka ama cerita ne..

  6. Biyah LanShang menulis:

    :kisskiss y

  7. Wow,,, : : : : :ngakakabis

  8. Akhirnya ketemu jugaaakkk…..dah lama pen baca lagiiii :sebarcinta

  9. Haaaii

  10. Suka setelah baca kisah sebelum nya . Ini versi sahabat nya Sassy . Suka

  11. Surga dunia ya, walaupun dalam kondisi setengah sadar