The Red Prince | Part 14 : Tawanan

  Rasa-rasanya, sudah lama sekali Azure berada dalam mimpi buruk ini. Berulang kali ingatan tentang pertemuannya dengan lelaki klan hitam yang menyamar dan perjumpaannya dengan Reddish itu berkelebat dalam angan-angannya, membuat Azure benar-benar lelah. Mimpi itu seperti ruang penyiksaan, tak putus-putus memberi rasa sakit seolah tak mau berhenti hingga Azure dijemput ajalnya. Ucapan-ucapan si lelaki …

The Red Prince | Part 13 : Rencana Eksekusi Kedua

  Tubuh Onyx yang remuk redam itu terlempar dengan kejam ke salah satu sisi sungai nan jauh dari taman kota tempat ia terkena serangan kekuatan Reddish sebelumnya. Tubuhnya yang gagah itu kini tampak payah dengan kulitnya yang pasi seolah kehilangan darah. Penampilannya yang semula berwarna merah menyerupai Reddish itu kini kembali ke warnanya semula yang …

The Red Prince | Part 12 : Ciuman Pertama

  Reddish lalu menyapa dengan suaranya yang menggeram, seperti singa yang mengaum dan siap menerkam tangkapannya lalu mencabik-cabiknya tanpa ampun. “Carissa.” Suara itu terdengar geram dan jelas, memecah suasana taman yang sepi itu, membuat baik Azure dan Onyx sama-sama terkesiap dan sontak menoleh ke arah pemilik suara. Dua orang itu memberi reaksi berbeda atas kedatangan …

The Red Prince | Part 11 : Murka

  “Kau terlalu kuat menguarkan aura birumu itu, sehingga warnanya terlalu mencolok.” Suara teguran di belakang tubuhnya itu tak membuat Azure terkejut. Perempuan itu justru memandangi telapak tangannya dan mengernyitkan dahi. “Oh, ya? Aku terlalu kuat.” Azure mengulang kata-kata itu seperti sedang mengingatkan dirinya sendiri. Namun, saat ia mulai menyentuh sebuah kelopak bunga dengan warna …

The Red Prince | Part 10 : Pilihan Azure

  “Perempuan klan hijau yang telah diberi ramuan agar berubah menjadi klan biru itu telah tertangkap oleh para pemimpin klan lainnya di hutan lebat.” Salah seorang pelayan dengan pakaian hitam-hitamnya yang panjang hingga ke lantai, tampak tengah berlutut dengan kedua tangannya yang menghormat di depan tubuh. Laki-laki itu berucap sembari menunduk. Sosok laki-laki tua yang …

The Red Prince | Part 9 : Rencana Pernikahan

  Suasana kastil putih milik dewan warna masih riuh ramai walau hari telah menunjuk dini hari menjelang pagi. Beberapa pelayan dan prajurit hitam serta putih terlihat silih berganti keluar masuk ruangan. Reddish melangkah di antara mahluk-makhluk langit itu sambil matanya mencari-cari di mana Ecru, sahabatnya berada. Beberapa prajurit yang sempat berpapasan dengannya berhenti berjalan dan …

The Red Prince | Part 8 : Dua Perempuan

  Wajah perempuan itu … perempuan yang ia tolong beberapa malam lalu dalam kondisi terluka itu … ternyata adalah perempuan klan biru! Azure berdiri, tubuhnya kemudian membungkuk, menyentuh sekali lagi kelopak bunga yang kini tampak makin cerah setelah sentuhan tangannya yang menguarkan aura biru beberapa waktu lalu. Sepertinya malam ini cukup. Perempuan itu menghela napas …

The Red Prince | Part 7 : Hanya Biru

  Azure menyeka keringat di pelipis dengan punggung tangan sesaat setelah ia duduk. Ruangan yang  ditempatinya untuk beristirahat itu memang dilengkapi dengan pendingin udara yang mengembuskan udara dingin nan sejuk. Namun tetap saja, aktivitasnya yang baru saja ke sana kemari melayani pelanggan dan sesekali menata pakaian dari kereta barang yang cukup banyak itu membuatnya berkeringat. …

The Red Prince | Part 6 : Minuman Pelembut Hati

  Fajar menggariskan cahayanya di cakrawala. Warna langit dunia manusia bersemburat jingga di ujung timur. Reddish kembali ke negeri langit setelah akhirnya selesai menanamkan kekuatan merahnya ke setiap jengkal permukaan bumi. Ada tiga titik yang menjadi pusat pancaran kekuatannya. Dan dari singgasananya di kastil merah, ia akan tahu barang setitik saja kekuatan yang menyala dari …

Immortal Guardian – Epilog

  Agni membuka matanya. Semilir angin lembut membelai wajahnya hingga sebagian penglihatannya tertutup oleh helaian rambutnya. Beberapa kali kelopak matanya bergerak hingga akhirnya dia bisa melihat dengan sempurna. Matanya segera disuguhkan oleh dua pemandangan yang selalu diimpikannya setiap kali dia bisa tidur dengan nyenyak. Sebuah pohon rindang yang daunnya sangat hijau serta wajah lembut dari …

Immortal Guardian – Lembar 17 (Nama)

  Kaki kecil Unique segera berlari keluar dari tenda. Matanya langsung dihadapkan degan pertempuran antara prajurit yang menemaninya dengan prajurit yang dimiliki oleh Pageran Franco. Jumlahnya tidak sepadan, prajurit yang menemaninya kepayahan menahan serangan dari prajurit Pangeran Franco. Unique mengeratkan pelukannya terhadap sayap yang ada di pelukannya. Apapun yang terjadi, dia harus melindungi sayap milik …

Immortal Guardian – Lembar 16 (Misi Penyelamatan)

  Meski pada mulanya mendapat penolakan oleh Alford, nyatanya rombongan milik Unique akhirnya mengikuti rencananya. Dan tanpa bisa dikira oleh semua orang, sang putri memang mengetahui jalan pintas sehingga tidak bertemu dengan pasukan prajurit musuh yang menuju ke arah kerajaan Pangeran Yasa. Merekapun  berhasil sampai pada tujuan, tempat dimana Agni berada. Alford bersama Unique mengintai …

Immortal Guardian – Lembar 15 (Perjuangan dan Kepasrahan)

  Meski sudah ribuan tahun tidak melihat salah satu bagian yang pernah jadi tubuhnya itu, Agni tidak akan pernah melupakan bagaimana bentuk dari sayapnya. Tidak berbeda dari terakhir kali di lihatnya terakhir kali. Sayapnya yang cukup besar dengan warna hitam hampir mendekati coklat itu masih terlihat begitu gagah meski tidak lagi tertempel di punggungnya. “Darimana …

Selembut Sutra [II] Bagian 5 : Mangsa Terlepas

  Maafkanlah saya yang mengecewakan kalian dengan tulisan tidak jelas ini.   Mereka berencana bubar untuk kembali tapi tiba-tiba ada tembakan yang menggema, hingga tembakan itu tepat mengenai punggung Jhovan mengakibatkan orang itu lumpuh dengan lutut bertumpu tanah, darah segar mengalir deras membasahi bajunya. Semua orang kaget karena hilang waspada, beberapa orang mengejar asal tembakan …

The Red Prince | Part 5 : Kekuatan Reddish

  Reddish tak menoleh dua kali pada perempuan yang saat itu telah terlelap di kamarnya. Dibiarkannya begitu saja perempuan itu di sana selama beberapa lama, berbaring, tanpa ia mau barang sebentar saja menyelimutkan kain tebal yang kini bergulung di ujung kaki. Biarlah. Bukan urusannya lagi. Lagi pula, perempuan itu seharusnya sudah cukup berterima kasih padanya …

The Red Prince | Part 4 : Sosok Misterius

  “Azure …,” sapanya dengan nada pengenalan penuh arti. Mendengar lelaki itu mengetahui nama aslinya, Carissa tertegun. Ini adalah kali pertama setelah sekian lama ia mendengar namanya disebut. Beberapa waktu ini ia terlalu sering hingga akrab dan melakat di benaknya jika ia adalah Carissa, sehingga saat lelaki itu menyapa dengan namanya, ia merasa hatinya senang …