Coming soon…
Kisah tentang Yazza Sang Kematian…..
Wait for it…kita usahakan terbit setelah Azhura Bride tamat.
Story TeaserÂ
Bulan merah itu membayang di langit, memecah warna hitam seumpama pemantul cahaya yang menusuk mata. Suasana terasa hening, hanya suara-suara binatang malam yang bersahutan, seolah menunjukkan bahwa mata mereka tetap terbuka menembus gelap meski banyak mahluk lain memilih memejamkan mata.
Di balik bayang kegelapan, langkah kaki Yazza beranjak pelan, menginjak dedaunan kering yang menaburi permukaan tanah. Malam ini hawa dingin teramat tajam dan kulitnya tampak pucat, pun dengan rambut panjang dan jubahnya yang keperakan, Membuatnya tampak seperti peri bercahaya yang melayang-layang di balik gelapnya malam.
Ekspresi sang Kematian nampak begitu sedih, matanya muram dan bibirnya tanpa senyum. Ada kepekatan yang menggelayuti benaknya, rasa gelap yang bersumber dari penyesalan tak terucap.
Seandainya saja dia bisa berhenti melakukan ini….
Hati nuraninya terketuk. Dirinya bukanlah dirinya yang dulu. Dirinya yang sekarang hanyalah sosok tubuh yang berisi penyesalan.
Selalu begitu bukan? Dewa ataupun manusia, semuanya sama saja. Ketika amarah dan kebencian menguasai, segalanya terasa benar. Tetapi ketika matanya terbuka, dan dia menyadari bahwa apa yang dia lakukan dulu hanyalah pemuasan ego yang bersumber dari kebencian tanpa alasan, dia menyesal. Dan penyesalan itu datang terlambat. Segala kehancuran yang diciptakan di belakangnya, semua itu tidak ada gunanya sekarang.
Dirinya yang sekarang adalah seorang dewa yang menanggung beban, dikutuk lebih berat dan lebih berat lagi untuk menjadi penuai, harus menemukan mangsa hanya untuk menjaga supaya dirinya bisa tetap ada di dunia ini.
Sampai kapan dia harus begini? Menuai kematian manusia yang tidak bersalah?
Yazza terus melangkah melalui gelapnya gugusan pepohonan rapi di pinggir hutan menuju ke jalan setapak yang menghubungkan ke area desa. Dini hari sudah menjelang dan seluruh penduduk desa sudah pasti sedang terlelap dalam mimpi. Biasanya, di malam-malam sepi begini, peri-peri penghias mimpi sedang sibuk menuang bubuk-bubuk keemasan penuh cerita ke dalam setiap lelap manusia.
Mata hijau Yazza bertumpu pada satu rumah. Rumah kecil yang berada di lokasi paling ujung dari jalan setapak yang sekarang sedang dilaluinya. Dia terus melangkah menghampiri rumah itu dalam langkah senyap tak bergema. Yazza sudah memperhatikan rumah itu sejak beberapa hari terahir ini.
Dia mengawasi rumah itu dalam diam dan menunggu saat yang tepat, saat yang tepat untuk menuai korbannya.
Yazza bisa saja langsung masuk dan mengambil korbannya, tetapi dia tidak melakukannya. Dia ingin menjalani seluruh prosesnya dengan lambat dan pelan, sebuah bentuk penyiksaan batin untuk menghukum dirinya sendiri.
Langkahnya berhenti sejenak ketika dia sampai di depan pintu. Dengan sebelah tangan, dibukanya pintu itu tenang, mengucap mantra agar segel apapun yang mengunci pintu itu terbuka dengan mudah. Kakinya melangkah masuk, lalu dia menutup pintu di belakangnya.
Matanya berkelana, memindai seluruh isi ruang pertama yang langsung menyambutnya. Rumah ini hanya terdiri dari satu ruangan besar yang disekat papan untuk memisahkan beberapa ruang kecil. Rumah ini kecil, jelek tidak terawat dan hanya berisi beberapa perabotan tua yang tidak berharga, Mata Yazza menembus kegelapan dan menemukan seorang nenek tua yang duduk, tertidur pulas di atas sofa, dengan selimut tebal yang sudah koyak-koyak membungkus tubuhnya.
Mereka hidup berkekurangan, bahkan salah satu harus tidur di sofa besar karena mereka tidak punya ranjang.
Yazza mengeryitkan keningnya. Setidaknya kalau dia mengambil korbannya, dia bisa mencabut mereka dari kehidupan penuh kekurangan yang mengerikan ini.
Dengan tenang Yazza melanjutkan kembali langkahnya menuju area belakang rumah. Jubah panjangnya yang berwarna perak menjuntai, menyapu lantai yang hanya dilapisi kayu tua sederhana. Dirinya yang tampak mewah seakan begitu kontras ketika berada di dalam rumah yang begitu kuyu dan tak bercahya.
Di bagian belakang sana ada sebuah kamar. Kamar yang kecil, yang hanya beruba kotak berbatas papan kayu dan tanpa pintu. Keberadaan kamar itu tampak dipaksakan, menyelip di dalam rumah dengan kondisi menyedihkan ini.
Tubuh Yazza berdiri di ambang pintu. Matanya menemukan sosok yang dicarinya, sosok sang korban. Dengan tenang dia melangkah ke dalam, diam menatap di samping ranjang mungil tempat sesosok tubuh anak perempuan berbaring dalam lelap di atas ranjang sempit yang seharusnya diperuntukkan untuk anak kecil, terbungkus selimut sampai ke dada.
Kamar itu gelap dan pekat, tetapi mata Yazza mampu menembusnya karena kegelapan adalah sahabatnya. Anak perempuan itu berkulit keemasan, warna emas nan hangat yang mengingatkannya pada seseorang. Yazza memejamkan mata, berusaha mengusir pikiran itu dari benaknya.
Dia lalu membuka matanya lagi dan memandang rambut berwarna kuning madu, seumpama madu hutan segar yang baru disaring dari lebah pengumpulnya. Dan pipi anak perempuan itu merona merah tampak begitu hangat, membuat Yazza tidak bisa menahan diri untuk mengulurkan tangannya yang sedingin es, ingin merasakan kembali seperti apa rasa kehangatan yang telah lama hilang dari dirinya.
Jemarinya menempel tak tertahankan di dahi anak perempuan itu. Tetapi bukannya kehangatan yang dirasakannya, malahan rasa dingin sepekat es dari jemarinya mulai mengalir ke kulit anak perempuan itu, menyerap kehangatannya dan membuat anak perempuan itu menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya.
Terlambat, Yazza terlambat menyadari kesalahannya. Belum lagi dia sempat menarik tangannya, mata anak perempuan itu terlanjur terbuka. Mata besar sewarna madu, yang sekarang menatapnya dengan bingung. Mencoba menembus samar kegelapan yang menyelubungi penampilan bercahaya keperakan dari tubuhnya.
“Malaikat?” anak perempuan itu bergumam, seolah mengenali.
Dan ingatan Yazza berputar, kembali kepada sesosok anak kecil, yang pernah memanggilnya sebagai malaikat.
END of Story Teaser
baru teaser aja udah dibikin menebak-nebak đ¤Ł
Semoga semua karya di PSA dijadikan novel, ga sabar ngoleksi nyaa. Baru punya emperor consort, next the general wife dan Lieutenant darling… Cinta banget sama PSA, jangan pernah berhenti buat karya yaaaa semoga suatu saat karyanya di lirik produser film/drama, aamiin…
Aminnnn
Ini anak kecil yg papasan dg yazza waktu yazza mau lihat persembahan pengantin Azhura kahn.
Wah…ternyata anak perempuan itu pasangan takdirnyađ¤Š
Part 1
First episode
cara mendapatkan poin gmn ya ?
Wahhh,,, keren banget
baca dari awal lagi
mulai baca lagi …. takdir Yazza nyesek amat …
Penasaran jadi baca dari awal lagi
Hallo Om Yazza…
Staarrrtttt
mari kita baca ulang saja
Halo aku baru datangg hehe