Melarikan Diri

19 Oktober 2017 in Vitamins Blog

17 votes, average: 1.00 out of 1 (17 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Akan ada satu waktu di dalam hidup, kita ingin melarikan diri sejauh-jauhnya. Entah dari hingar bingar sekitar, entah dari suntuknya sibuk, entah dari keluh lelah, entah dari jenuh yang perlahan membunuh, entah dari nyeri karena ditinggal pergi, entah dari sepi sendiri, entah dari sedu sedan, entah dari segala keentahberantahan yang sulit dipaparkan dengan kata-kata.

Satu masa dimana kita ingin melepas sejenak ransel yang selama ini dipikul ke sana ke mari. Beristirahat mengendurkan sebagian otot yang selama ini kaku. Memberikan jeda untuk otak dan hati berkompromi dengan dirinya masing-masing, karena selama ini dipaksa terus bekerja sedemikiannya. Menghadiahi diri sendiri untuk lebih memahami, sebab sejauh ini terasa semakin asing hari ke hari.

Melarikan diri di sini, bukan berarti lari dari segala kemelut dan tak kembali untuk memberesi. Hanya saja memberi sedikit waktu. Jeda sementara untuk menarik udara segar, kemudian menghembuskan segala yang terasa membebani. Setelah semua terasa lebih tenang maka kita akan kembali, tentu dengan jiwa yang lebih utuh, semangat yang kembali terisi penuh.

Tak apa melarikan diri. Sah-sah saja.

Jika selama ini kamu rasa hanya kamu saja yang ingin melarikan diri, sebaiknya jangan lagi. Saya pun begitu. Kita semua pun sama; sesekali ingin melarikan diri, untuk kembali lebih baik lagi.

Maka apabila saat ini duniamu terasa runtuh, semestamu seperti bekerjasama membuatmu terjatuh, bangkitlah. Larikan diri sejauh-jauhnya terlebih dahulu. Setelah semuamu terasa membaik, kembali. Bereskan apa-apa yang belum sempat terselesaikan.

Sepucuk Surat untuk Ayah

20 September 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Kepada lelaki yang menjadi cinta pertamaku, raja yang tak akan pernah turun tahta.

 

Ayah, semoga tetap baik-baik saja di sana. Semoga tetap sehat dan bahagia. Aku rindu dengan segala canda dan tawa yang pernah ada. Aku masih dengan segala goresan kenangan dalam ingatan yang tetap terlukis dengan indah dan nyata. Ingin sekali rasanya kembali kepada waktu dimana aku dan ayah bisa menghabiskan waktu bersama. Ketika jarak tak memberi jeda pada setiap pertemuan antara kita.

 

Ada segelintir kisah yang ingin kubagi denganmu. Dan sejumput asa yang ingin kuutarakan padamu. Sebab tak ada yang bisa menyaingi nyamannya berbagi segala suka dan duka kecuali dengan ayah saja. Aku benar-benar memohon pada semesta, semoga ia lekas bisa mengizinkan kita mencipta suatu temu. Pada waktu yang indah dan tepat. Ketika jarak telah dilipat.

 

Ayah, kelak pada waktunya kau akan memberikan tugasmu sepenuhnya pada seorang lelaki. Lelaki yang kelak sepenuhnya menjagaku. Namun, di dalam hatiku ayah tetap menjadi raja. Tetap menjadi cinta pertama. Sebab aku menyiapkan ruang khusus dalam hatiku untukmu. Dan aku percaya bahwa ayah begitu pantas untuk kubahagiakan. Karena setiap tetes perjuangan ayah untuk mati-matian membahagiankanku mungkin tak seluruhnya bisa aku balas. Sekalipun aku berjuang dengan begitu keras. Asalkan aku bahagia, ayah pun akan ikut bahagia. Begitu katamu.

 

Sejujurnya aku benci, yah. Aku benci ketika aku semakin tumbuh dewasa. Semakin sibuk dengan segala urusanku sendiri. Terkadang lupa pada ayah yang juga tumbuh. Tumbuh menua. Tapi, aku seakan-akan tak punya waktu lebih untuk ayah. Aku yang lebih memilih merayakan waktuku dengan mereka. Meski ayah terlihat biasa saja, tapi aku tahu di dalam lubuk hati ayah yang terdalam sebenarnya ayah begitu rindu, kan? Rindu untuk bisa menjelajahi setiap detik waktu yang ada. Duduk bersama, saling berbagi tawa. Dan waktu ditakdirkan untuk berjalan maju tak bisa mundur, tak bisa diulang. Kali ini aku menyesal.

Maaf untuk segala bentuk kenakalanku yang pernah kubuat. Kesalahan-kesalahan yang terkadang membuat ayah sebenarnya tak ingin marah. Tapi, ayah tak mau aku menjadi seseorang yang manja dan penakut. Dan terimakasih untuk segala penjagaan ayah. Perlindungan yang ayah berikan dan rasa khawatir yang selalu bisa ayah sembunyikan. Setiap kali aku berada jauh darimu, aku percaya ada kecemasan yang sedang ayah coba sisihkan dan tak boleh untuk ayah tunjukkan. Dan aku tahu tidak akan ada ayah yang rela membiarkan anaknya terluka sedikitpun.

 

Semoga Allah tetap menjaga ayah dalam setiap langkah perjalanan ayah. Semoga kita tetap bersama tak hanya di dunia, tapi juga di surga-Nya. Semoga ayah tak bosan menuntunku menyelesaikan perjalananku. Memegang erat tanganku, dan meraihnya ketika aku terjatuh. Aku akan sesegera mungkin membahagiakan ayah. Mengganti segala gurat lelah dengan lengkungan indah di wajah ayah.

 

Salam peluk terhangat untuk raja yang kucinta.

Dari putrimu,

yang kerap didera rindu berkepanjangan di negeri perantauan.

Aku Menemanimu

9 September 2017 in Vitamins Blog

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Aku ada di balik tetesan embun pagi. Penasaranku dengan apa yang kamu lakukan di setiap pagi. Aku mengintipmu dari balik sini. Mencari tahu apa yang tengah kau persiapkan untuk merayakan pagi.

Aku ada di balik dedaunan kering yang berguguran. Aku ingin mendengar irama derap langkahmu. Alunan yang merdu mendamaikan telingaku. Aku pun penasaran kemana langkahmu menuju?

Aku ada di balik dersik angin yang semilir. Menyentuh kulitmu dan merasakan hembusan nafasmu. Aku mau menjadi bagian dari setiap hembusan itu. Menjadi yang kamu perlu dan kapan saja kamu ingin aku.

Aku ada di balik langit yang melindungimu. Aku ingin tahu tentang do’a-do’a apa yang kamu langitkan setiap waktu. Aku sebenarnya penasaran apakah aku menjadi salah satu syair do’a itu?

Aku ada di balik rintikan hujan yang turun. Aku ingin tahu apa yang kamu rindu ketika hujan membasahimu. Aku pun penasaran bagaimana hujan memanjakanmu. Dan sejujurnya aku takut kamu kebasahan lalu menggigil kedinginan. Aku ingin sekali menjadi penghangatmu.

Aku ada di balik senja yang jingga merekah. Aku ingin sekali tahu siapa yang menemanimu menyambut malam. Ataukah kamu masih mau menungguku. Tidak. Sebenarnya aku yang sedari kemarin menunggumu. Semoga kamu paham tentang penantianku.

Aku ada di balik gelap malam yang menderamu. Aku ingin kamu tetap terjaga dan terlelap dengan sempurna. Aku takut jika malammu terlalu menakutkan dan melukaimu. Aku ingin menyelimutimu dengan sebaris mimpi indah yang kubawa sejauh perjalananku menemanimu hari ini.

Tanpa harus kamu tahu. Tanpa kamu menyadari kehadiranku di setiap detik waktumu. Semoga semesta merestui perjalananku dan perjalananmu.

Aku (ingin) menemanimu menyelesaikan perjalananmu.

Jangan Terlalu Merendah

2 September 2017 in Vitamins Blog

20 votes, average: 1.00 out of 1 (20 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“aku mah apa atuh, cuma butiran adem sari, kena air larut”.

Walau pun cuma butiran adem sari, seenggaknya bermanfaat buat orang lain.

Jangan terlalu merendah, kamu itu luar biasa. Bukan bermaksud mengajarkan untuk sombong. Tapi naikan harga dirimu. Sebab bendera dihormati saat dikibarkan. Tidak ada hormat nunduk ke bawah.

Jangan terlalu merendah, nanti ceper. Kalo ada polisi tidur, nanti susah lewatnya

Gimana kamu mau sampai tujuan, kalau polisi tidur aja tidak bisa kamu lewati? Tegakan berdirimu, tatap tajam arahmu, lihaikan langkah kakimu.

“Da aku mah apa atuh, cebok aja tayamum”. Beli air mineral sana, di mini market. Selesai.

Segala masalah, ada jalan keluarnya. Tuhan tidak mungkin memberi cobaan, kalau mahlukNya tidak bisa menghadapinya, benarkan?

Kalo kamu masih takut, coba kutanya. Dimana tempat yang tanpa resiko, menurutmu? Tidak ada! Dengan kata lain, belasan tahun atau bahkan puluhan tahun sudah, kamu hidup di tempat yang dipenuhi resiko, dan kamu baru takut dengan resiko hari ini? Telat.

Jangan terlalu merendah, kamu pasti bisa.

Pesan Singkat

5 Agustus 2017 in Vitamins Blog

21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Aku tidak pernah tahu kalau mengirimi sebuah pesan singkat berupa kata ‘hai’ saja dapat menimbulkan konflik batin yang luar biasa dashyatnya. Sebelumnya, aku baik-baik saja bila tidak mendapati satu notifikasi pun. Tapi, untuk kali ini, darimu, aku sangat ingin.

Mungkin, pesanku tergolong kalimat basa-basi yang bisa dengan mudahnya diabaikan. Padahal, kuperlukan beberapa waktu untuk bergumul dengan perasaan sendiri, apakah lanjut dikirim atau dihapus saja. Selalu ada ketakutan tersendiri; bagaimana jika aku tidak cukup menarik untuk kauindahkan?

Jangan pergi. Dua kata yang tidak pernah kamu dengar, tapi cukup keras kuucapkan dalam hati–setiap kali kamu mengakhiri percakapan. Tidak inginkah kamu berbincang denganku lebih lama lagi? Membahas apa saja seperti saat pertama kali kamu mencanduku dengan cerita-ceritamu.

Kadang, aku iri padamu yang bisa mencairkan suasana dengan satu ‘hai’ singkat. Hal yang kuharap aku pun berdaya melakukannya. Tapi, aku tidak pernah benar-benar tahu bagaimana caranya membuatmu bertahan di lingkaran obrolan kita.

Dan sayangnya, aku selalu merasa belum begitu akrab denganmu untuk meminta laporan mengenai kabarmu, kesibukanmu, dan hal-hal yang ada di keseharianmu. Maka, yang bisa kuperbuat hanyalah menggandakan kesabaran.

Barangkali, di kesepianmu itu, kamu akan mencariku.

Aku ingin percaya entah kamu ada di mana, entah kapan, entah sedang bersama siapa–hanyalah aku yang kamu cari dan kirimi pesan-pesan berarti itu.

Jikalau tidak pun, biarkanlah aku tetap berpikiran begitu, selamanya.

Pengakuan

2 Agustus 2017 in Vitamins Blog

14 votes, average: 1.00 out of 1 (14 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Aku sedang dalam posisi tidak lagi mengingkari apa yang aku rasa.
Aku sadar bahwa, pilihan apapun yang kupilih akan bermuara pada yang seharusnya aku tuju pada akhirnya, hanya caranya saja yang berbeda.

Tuan, dengar. Aku sedang memilah apakah benar ini sayang atau hanya kasian atau hanya kagum semata. Namun yang jelas hatiku sedang tertambat padamu. Aku tak akan memberitahumu dengan gamblang karena jelas sekali kamu tahu dari sikapmu padaku. Jelas sekali aku tahu ada penolakan atas rasaku dari sikapmu.

Aku tak suka jika orang lain memaksa perasaannya padaku, kamu pun begitu. Jadi, tenang saja aku tak akan memaksa. Ada yang pernah berkata jika jarak itu indah, seperti bintang dan bulan yang lebih cantik dinikmati dari kejauahan.

Aku sedang dalam posisi memilah rasa. Diam saja. Tidak akan mengungkapkan sekarang atau menyerah sekarang juga. Aku tak tahu ujungnya akan seperti apa, aku tak pernah berkuasa atas hatiku, atas yang aku rasa. Jika kamu memang yang Dia berikan dan terbaik, kita akan bersama dan tak terpisahkan, mau seperti apapun awalnya, perjalanannya karena yang utama adalah akhirnya.

Aku berdoa yang terbaik bagimu, karena berharap malaikatpun berdoa yang terbaik untukku. Aku tak akan menyebut menginginkanmu dalam doa, walau Dia tahu betul aku menginginkannya. Aku takut jika di masa depan ketika kamu datang, aku malah ingin pergi. Maka, lebih baik jika kudoakan yang terbaik untuk masing-masing kita saat ini.

Aku sedang dalam posisi memantaskan diri, menjadi pantas menurut-Nya, semoga saja akhirnya menjadi pantas untukmu juga.

Untuk Tuan yang sedang kurindukan.

Pagi (kita)

28 Juli 2017 in Vitamins Blog

20 votes, average: 1.00 out of 1 (20 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Pagi masih selalu sama. Tentang harapan baru. Rindu yang masih saja menggunung. Cerita masa lalu yang masih enggan beranjak. Pun perihal melangitkan do’a-do’a yang masih tetap sama.

Aku melihat sinar mentari kembali bangun. Ia beranjak naik dan menyegarkan harapan yang kemarin layu. Lalu aku tersadar, ini pagi yang kesekian kali aku masih menunggu. Menunggu rahasia-rahasia-Nya perlahan mulai terbuka. Apa yang terjadi di detik berikutnya, esok, dan seterusnya. Aku masih menunggu.

Dan, kamu. Bagaimana dengan pagimu? Ingin sekali menjadi yang pertama menyapa di pagi harimu. Tapi, ini masih belum waktuku. Sebab kita masih saling menjadi rahasia untuk satu sama lain. Semoga perjalananmu membahagiakan. Semoga mimpi-mimpimu perlahan bisa menjadi nyata. Semoga cinta kepada-Nya masih menjadi yang pertama. Mari menyelesaikan urusanku dan urusanmu, kemudian kita saling bertemu ☺

Rahasia

27 Juli 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Kubocorkan padamu sebuah rahasia tentang hatiku yang dulu pernah penuh dengan luka. Supaya kau tak terkejut ketika nanti melihatnya. Biar aku menjadi lebih terbuka bahwa ada perih sebegitu menyiksa.

Nanti jika kau sudah melihatnya, kumohon padamu untuk tetap berdiri dan selalu percaya. Bahwa aku sudah begitu mencoba untuk mengobati setiap inci luka. Agar aku lebih lega menerima dan membiarkanmu tinggal di sana.

Semoga kau tak keberatan dan tak berubah pikiran. Sungguh, aku ingin dibersamaimu untuk menggenggam restu Tuhan. Percayalah, untukmu saja aku berani berjuang dan bertahan.

Ikhlas

26 Juli 2017 in Vitamins Blog

22 votes, average: 1.00 out of 1 (22 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Ikhlas itu ilmu yang sulit. Lulusnya pun tidak mudah. Batas kriteria ketuntasan minimumnya saja cukup tinggi. Perjalanan menuju ujungnya bisa saja berkelok, setapak, berbatu, menurun, atau bahkan menanjak. Harus pula berkompromi dengan emosi terlebih dahulu, kemudian menghadapi pertarungan hati dengan logika, selanjutnya harus juga  melepaskan beberapa kecewa, dan yang paling sulit adalah memenangkan kerelaan dalam memaafkan, baik memaafkan yang sudah turut serta melukai atau bahkan diri sendiri.

Ikhlas itu ilmu yang tidak bisa diajarkan oleh siapa pun. Padanya kita harus memaksakan diri untuk mempelajarinya sendiri. Ikhlas itu ilmu otodidak. Kita harus mencari bagaimana caranya sendiri, menemukan cara teringkas, dan celah-celah agar bisa lekas. Sekalipun tidak bisa cepat, tidak masalah. Karena proses belajar mengikhlas itu akan selalu menakjubkan; apabila tidak terasa kini, nanti adalah pasti.

Ikhlas itu sebagaimana hati. Bisa dan tidak bisa hanya perkara mau dan tidak mau. Cepat atau lambat tidak usah menjadi soal, selama jalan yang kini kita tempuh adalah keinginan untuk bisa; mengikhlaskan yang sudah-sudah.

Jadi Kapan???

21 Juli 2017 in Vitamins Blog

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Pertanyaan yang sama terus bergaung di telinga dari keluarga besar, seakan para penanya saling berkonspirasi untuk meluluhkan hati saya:

“Jadi, kapan?”

Sambil selonjoran kaki di lantai dan memasang formasi Sassuolo untuk Football Manager 2017, saya membalas pertanyaan itu:

“Kapan apa?”

“Kok pake nanya balik. Ibu kamu tuh, uda mau nimang cucu.”

“Besok.”

“Serius?”

“Iya, besok. Besok-besok tanya lagi maksudnya ….” ?

Saya terkekeh dan mereka pun keki. Berhati-hatilah dengan pertanyaan, barangkali bisa berbalik dan bikin keki sendiri. Takberapa lama kemudian kami pun tertawa dan makan bersama fokus saya masih ke Sassuolo.

Anak-Anak Subuh

21 Juli 2017 in Vitamins Blog

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Ada anak lelaki yang hampir setiap subuh ikut berjamaah, ia berdiri dan duduk persis di sebelah Ayahnya. Meniru semua gerakan Ayahnya, si Ayah sholat sunnah ia ikut, begitu seterusnya.

Ada anak usia sekitar tiga tahun yang kadang-kadang ikut Ayahnya ke masjid. Wajahnya terlihat baru bangun tidur, masih pakai diapers pula. Berdiri persis di samping Ayahnya mengikuti Ayahnya sholat sunnah sebelum subuh. Sampai gerakan sujud nggak bangun lagi, hingga Ayahnya selesai sholat, ternyata ia tertidur sambil sujud.

Ada lagi anak yang usianya juga sekitar tiga tahun. Juga berdiri di sebelah Ayahnya, namun pada saat sholat subuh tak berapa lama setelah takbir dan Imam membaca alfatihah, ia ngeloyor meninggalkan barisan. Hingga sholat subuh usai, biasanya ia duduk di pojok masjid menunggu Ayahnya selesai.

Ada pula Ayah yang membawa anaknya ke masjid dalam kondisi masih terlelap. Di gendong turun dari mobilnya, sampai ke masjid dan bahkan hingga jamaah bubar si anak tetap terlelap. Meski sang Ayah sudah mencoba membangunkannya. Maklum, masih usia dua tahun.

Yang menarik ada anak yang rajin ke masjid padahal tidak ada Ayahnya. Entah bagaimana ibunya mendidik, menarik pastinya. Meski tanpa Ayah yang sudah lama meninggal, ia tetap rajin ke masjid.

Selama masih ada barisan anak-anak yang berangkat ke masjid di subuh hari, meskipun dengan berbagai kepolosan perilakunya, maka masih jelas masa depan agama ini.

Selama masih ada orang tua, terutama para Ayah yang berupaya mengajak serta anak-anaknya sholat subuh berjamaah di masjid, akan kokohlah barisan pejuang agama Allah. Negara pun akan selamat.

Khawatir lah bila sudah tidak ada kalangan muda dalam barisan jamaah subuh di masjid-masjid, bagaimana nasib ummat ini di masa datang?

Ada riwayat yang terbaca, salah satu rahasia kehebatan para pejuang Aceh, yang membuat penjajah kesulitan mengalahkan rakyat Aceh adalah, Teuku Umar dan para panglima memilih pasukannya dari masjid-masjid di waktu subuh.

Mereka yang bangun subuh adalah para pejuang. Orang-orang yang bersungguh-sungguh, yang telah bisa mengalahkan rasa lelah dan malasnya, tak turuti kantuknya, menguasai egonya.

Kagum kepada para orang tua yang tak lelah mengenalkan, mengajarkan dan memberi contoh kepada anak-anaknya untuk sholat berjamaah subuh di masjid. Kelak anak-anak ini menjadi pribadi yang tangguh raga dan jiwanya.

Tak perlu khawatir, bila subuh saja bisa dikuasai, kelak masa depan bisa digenggam.

Dear You

17 Juli 2017 in Vitamins Blog

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Dear Future, apa kabarmu? Semoga harimu baik dan bahagia. Semoga harimu selalu dipenuhi rasa syukur.

Dear Future, tenang saja. Aku disini baik-baik saja. Masih tenang menunggumu, masih tabah menantimu. Kusibukkan diriku untuk meningkatkan kualitas diri; belajar banyak hal, menjadi yang terbaik, menyenangkan, dan menenangkan bagimu. Kusibukkan diriku untuk mengejar target dan mimpi-mimpiku, agar menunggumu tak lagi menjadi hal yang menjemukan.

Dear Future, kali ini aku berpasrah. Aku, tak akan mempersulit jalanmu untuk datang menujuku. Karena aku tahu, betapa diluar sana banyak yang kehilangan hanya karena sulitnya jalan. Kamu, akan ku permudah. Karena kutahu, kau pasti sudah melawan banyak hal untuk menujuku. Ketakutanmu, kekhawatiranmu, ketakberdayaanmu. Aku tak ingin membebani dengan mempersulitmu. Dan jangan kau kira dia yang mudah didapatkan belum tentu tak berharga. Dia, hanya tak ingin mempersulit jalan lelaki shaleh sepertimu.

Dear Future, terimakasih. Terimakasih karena telah mengajariku banyak hal. Tentang merindu dalam diam, tentang penantian, tentang menjaga rasa sabar, syukur dan ikhlas, tentang menjadi bermanfaat dalam masa penantian, tentang melapangkan hati tuk menerima segala tentangmu nanti.

Dear Future, semoga ketika kita dipertemukan nanti, ku harap kita dipertemukan dalam keadaan yang benar-benar diridhaiNya. Meluruskan segala niat baik kita untuk saling menggenapi; hanya untuk meraih ridhaNya.

Dear Future, semoga nantinya kita bisa saling menguatkan satu sama lain. Semoga aku bisa menjadi tempatmu pulang. Semoga kamu bisa menjadi tempatku untuk bersandar. Dan yang pasti, semoga kita nantinya tak pernah lelah dan menyerah dengan keadaan ya!

Dear Future, sehat-sehatlah. Berbahagialah. Bersibuklah dalam kebaikan. Bermanfaatlah.

Sampai jumpa di waktu yang tepat (…..dan juga cepat, haha!).

Menua Bersama

13 Juli 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Pernah kutemukan hari yang paling membahagiakan, itu adalah ketika menemukanmu, seseorang yang asing, yang pada akhirnya berhasil membuatku jatuh cinta.

Juga pernah kutemukan hari yang paling menyebalkan, itu adalah ketika aku harus jauh darimu— segala yang jauh darimu, bagiku itu rindu.

Pernah kutemukan hari yang paling menyedihkan, itu adalah ketika semesta memintaku harus kehilanganmu…bagaimana bisa aku kehilanganmu, sedang jauh darimu saja, sudah seperti pukulan yang nyata untukku.

Pernah aku menemukan hari yang paling menakutkan, itu adalah ketika aku harus menjalani segala hari yang tanpamu. Tidak pernah kutemukan hari paling aman, selain aku melewatinya bersama kamu.

Lagi, aku harus merayakan kehilangan. Kehilangan yang benar-benar membuatku merasa hilang. Jauh darimu tidak semudah yang dibayangkan.

Benar, ternyata selama ini kamu sudah benar-benar memiliki separuh dari aku.

Semesta membawa kehilanganmu, untuk kembali menemukanku. Setelah hari ini, semoga tidak ada lagi ‘kita’ yang merayakan kehilangan. Setelah hari ini, aku ingin semesta mengaminkan doaku yang menginginkan menua dengan bahagia, bersamamu. Sungguh, tidak pernah kutemukan hari yang lebih baik, selain ketika aku bersamamu.

Sampai kapan?

3 Juli 2017 in Vitamins Blog

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Teruntuk kamu yang masih betah diam, masih terus memendam. Mungkin itu menjadi beban yang tidak biasa untukmu. Harus pura-pura tahan ketika kita saling bertemu, pura-pura tidak terlihat bahwa kau sedang rindu. Pura-pura biasa saja padahal kau sedang menahan debaran jantung yang sesungguhnya sangat tidak menentu.

Aku hanya ingin bertanya, sampai kapan? Sampai kapan kau masih begitu betah dengan diam. Sampai kapan rasa yang bergemuruh bisa kau atasi sendirian. Adakah ragu yang sebenarnya menghalangi jalanmu menujuku yang terkadang nyaris habis digerogoti penantian?

Kemarin kau memintaku untuk tetap sabar dalam penungguan. Kuturuti dengan terus memupuk kesabaran agar tak habis dimakan hama keraguan. Menunggu dan terus yakin bahwa memang langkahmu tengah menujuku yang dihantui kesepian. Aku memang masih bisa sabar, tapi tidak dengan rasa penasaran. Mau sampai kapan?

Kalau perjalananmu yang masih ingin kau lakukan sendirian, tidak apa. Begitupun dengan ego yang masih ingin kau redupkan sebelum kita saling berdampingan. Aku hanya ingin meminta kejelasan juga mengingatkan. Diam-diam yang kita hidupkan, suatu saat harus dimatikan. Maka, beri batas yang jelas, biar aku lekas pantas.

Kalau memang kau ragu, biar kututup saja hatiku yang nyaris terbuka untukmu.

Menunggu

20 Juni 2017 in Vitamins Blog

24 votes, average: 1.00 out of 1 (24 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Mungkin kalau senin itu kamu datang,

Aku akan menganggap bahwa Tuhan merestui kita. Lalu dengan bagaimanapun cara, harus menunggumu berapapun lamanya, akan kulakukan.

Tapi ternyata tidak.
Kamu tidak datang.

Sekali lagi harus aku lah yang menjadi pihak pengemis kabar dan kepastian.
Hari minggu itu terakhir kalinya aku mengejarmu.

Datangkah dirimu? Bolehkah sekali ini aku meminta waktu luangmu? Terakhir kalinya. Demi kita, demi melemparkan kemungkinan kepada kehidupan agar kita bersama. Aku ingin menyampaikan, tolong dengarkan.

Kamu menjawab kamu tidak bisa.
Sebetulnya aku paham sibukmu, tapi yang tidak aku pahami adalah kenapa kamu tidak berusaha?

Aku terlalu lelah berlari lari. Sedang kamu di depan sana asyik sendiri. Jangankan menunggu, menoleh saja tidak mau.

Setelah itu pun sebetulnya aku masih menunggumu, setiap hari, setiap waktu. Tapi kabarmu tidak pernah sekalipun aku dapat.
Pernah merasakan bagaimana rasanya menanti seseorang yang tidak kunjung datang? Jangan. Kamu tidak akan tahan.

Hingga pada akhirnya seminggu kemudian aku memutuskan untuk pulang, sebab jelas sekali hasil dari pertarungan ini adalah kekalahan.

Kita berdua kalah. Dan akulah pihak dengan luka terparah.

Melepaskan

19 Juni 2017 in Vitamins Blog

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Setelah hari di mana aku tahu, kamu telah jatuh cinta pada seseorang yang bukan aku. Sekarang, aku tahu aku benar-benar telah kehilangan kamu.

Aku tidak marah jika pada akhirnya kamu pergi demi seseorang yang baru. Aku hanya terluka, itu pun karena aku sendiri yang mengizinkan luka itu ada. Jangan terlalu memikirkan bagaimana keadaanku setelah kepergianmu, percayalah, aku memahami konsep jatuh cinta yang datang dan pergi tanpa paksa memaksa.

Kamu pernah jatuh cinta denganku sehebat itu, sebelum pada akhirnya kamu jatuh cinta pada seseorang yang selain aku. Aku pernah kamu bahagiakan, sebelum pada akhirnya aku juga kamu tinggalkan.

Sekarang, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. mencintai diam-diam, sampai akhirnya semua perasaanku yang untukmu kubiarkan satu per satu mati tenggelam. Kini aku memahami, melepaskan juga cara lain dari mencintai.

SABAR

19 Juni 2017 in Vitamins Blog

17 votes, average: 1.00 out of 1 (17 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Saya bukan seorang penyabar. Kadang saya merasa kesabaran saya berada pada garis batasnya, berada pada puncaknya dimana tidak bisa lagi saya kendalikan. Tapi saya sadar, rasa sabar tak punya batas. Kita membatasinya karena kita ingin membatasinya, bukan karena ia punya batas. Maka saya mencoba untuk selalu memberi sedikit demi sedikit kesempatan pada rasa sabar untuk bertambah, semampu yang ia bisa, sebanyak yang ia mampu. Jadi, jika ada yang melihat saya diam saja ketika sakit hati atau marah, itu salah satu usaha saya untuk memperluas rasa sabar. Tapi jika yang terjadi malah sebaliknya, maka saat itu saya sedang jauh dari Allah.

Menegur dan Menasehati

19 Juni 2017 in Vitamins Blog

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Sebaiknya dan seharusnya, menegur dan menasehati tidak dilakukan di tempat umum. Apalagi jika ia telah mengakui kesalahannya, pun hingga berkenan meminta maaf.
Bukankah Allah menyukai hamba yang menjaga saudaranya dari rasa malu dan diolok-olok? Bukankah sebaiknya aib atau kesalahan orang lain harus ditutupi? Sudahkah kita menempatkan diri di posisi mereka yang sedang merasa dipermalukan?

Ingatlah, kita pernah ada di masa belum tahu hingga akhirnya tahu, begitu juga ia dan mereka. Berjiwa besarlah. Dengan menegur di keramaian tidak akan membuat sebuah kesalahan seketika berubah menjadi benar. Juga, tidak akan menunjukkan bahwa kita lebih hebat.
Nasehatilah agar mereka tahu, mana yang benar dan mana yang salah, tegurlah kala mereka lalai. Tapi ingat, tetap jaga rasa malunya sebagaimana Allah telah menjagamu dari rasa malu.

Kepastian

19 Juni 2017 in Vitamins Blog

17 votes, average: 1.00 out of 1 (17 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Di antara banyak yang ingin berjuang, kau malah memilih mundur dari banyaknya kesempatan. Lantas bagian mana yang kemarin kau sebut kesungguhan? Apakah bagimu, aku hanya sebuah candaan? Seseorang yang kau tempatkan di bangku cadangan dan kau panggil ketika memang diperlukan.

Bagimu, aku ini hanya pengisi waktu sepimu. Penghibur dari segala resah di kepalamu. Aku memang senang menjadi yang kau butuhkan. Tapi aku tidak bahagia bila bukan aku yang kau jadikan sebagai tujuan. Sebab bagaimanapun juga aku tetap seorang perempuan. Perempuan perindu kepastian.

Tawar menawar

19 Juni 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Jika kamu sudah tidak mencintaiku silakan berhenti dan cintailah yang lain.
aku tidak akan memaksamu untuk tetap tinggal sedang hatimu sudah ingin sekali meninggalkan.

Silakan jelaskan apapun alasanmu, entah alasan itu masuk akal atau diluar nalar aku akan tetap menerima. Karena sebuah alasan tidak akan merubah keputusanmu untuk tetap tinggal.

Kamu tidak perlu khawatir bagaimana aku setelah ditinggalkanmu, hanya butuh sedikit waktu untukku membiasakan tanpamu. Karena bagiku soal perasaan tidak bisa tawar-menawar.

DayNight
DayNight