*** Kupu-kupu yang cantik. Kupu-kupu kecil dengan kepakan sayap nan anggun, lemah lembut mengitari mekar bunga berwarna kuning senada dengan warnanya. Jangan pergi kupu-kupu cantik, tetaplah disini, tak akan ada yang menyakitimu, kau dan bunga itu sangat cantik. Sayapnya mengepak, menerbangkan tubuh kupu-kupu cantik itu menjauhi sang bunga, menjauhi pandangan sepasang yang sedari tadi memandanginya, …
Lenting Sedaya Part 5 : Sepupu Jauh
*** “Bagaimana sayang? Apakah putra tante Liona tampan?” Dengusan terdengar dari gadis yang di tanya itu, ” tidak ma.” Jawabnya lagi dengan terlihat enggan. “Tidak?” Kedua alis Wanita yang dipanggil mama itu berkerut tanda keheranannya akan jawaban gadis tadi. “Ya,,dia tidak tampan ma,” jeda dalam kalimatnya, “tapi,,dia,,sangat tampan!” Ucapnya menahan histeris. “Benarkah?” Tanya wanita itu …
Lenting Sedaya Part 4 : Gadis Kecil Itu
*** “Ayah.” Witri bergegas menghampiri lalu mencium punggung tangan ayahnya, bahagia menyambut ayahnya yang baru tiba di rumah. “Hahaha. Anak ayah. Apa kabar? Sepertinya ada yang kangen sama ayah.” Tubuh Witri segera berpindah ke pelukan ayahnya. Terasa tangan besar sang ayah mengusap lembut rambut panjang Witri. Ayah Witri dapat merasakan rindu yang dirasakan Witri kala …
Lenting Sedaya Part 3 : Sahabat Lama
*** “Bayu..hahaha. lama tak bertemu. Apa kabar.” Seorang pria yang tadinya duduk itu, berdiri dan merentangkan kedua lengannya untuk menyambut kedatangan sosok pria lain yang dari tadi sengaja ia tunggu. Seorang pria yang nampak sebaya dengannya, yang adalah sahabatnya sedari mereka duduk dibangku SMA dulu. “Hahaha. Gantara..” Pria yang baru datang itu membalas pelukan pria …
Lenting Sedaya Part 2 : Nama yang Mengusik
*** “Kamu jangan nakal. Ayah akan tetap mengawasi kamu walaupun ayah tidak sedang dirumah.” Witri, mbok Nah, dan pak Minu mengantar ayah Witri ke depan rumah untuk berangkat ke Bandung pagi ini. “Ayah cepatlah pulang. Jangan terlalu lama di Bandung.” Witri memandang lembut ayahnya. Lengan ayah Witri membawa Witri ke dalam pelukannya. Mengusap lembut rambut …
Lenting Sedaya Part 1 : Saksi Hidup
*** Riakan kecil pada air kolam mengejutkan beberapa ikan yang segera saja bersembunyi dibalik bayang-bayang daun teratai. Lalu hilir mudik berenang kembali setelah air kolam tenang. “sepertinya kalian sedang lapar.” Suara lembut seorang gadis terdengar prihatin pada ikan-ikan itu. Dia terlihat mengeluarkan makanan ikan dari wadahnya. Segera ikan-ikan dengan warna-warni yang cantik itu mendekat pada …
Lenting Sedaya : Sinopsis
“Kumohon, jangan sakiti aku, menjauhlah, kumohon, kau akan terluka, menjauhlah.” Mimpi itu seperti nyata, dan kenyataan itu seperti mimpi. Witri tersakiti, dan akan lebih tersakiti lagi saat ia tersakiti. Pangeranmu akan datang, jangan menolaknya, karena sang takdir sendirilah yang akan bekerja keras, memaksamu untuk menerimanya. “Biarkan aku memelukmu, biarkan aku menjauhkanmu dari rasa sakitmu, aku …
Canda Lara
Dosa bila ku ucap, aku tak butuhmu Di sana dalam kenangan, meremang kau angkat juangku Tiada lancar jalanku jika tanpamu, sampai buntunya tanpa keengganan Tapi engkau ada, jadi akupun ada Bersisian, entah kalut entah canda, entah tawa entah lara Menyimpul keeratan karib Canda lara, bumbu kita berdewasa Terpatri dalam penghormatan masa
Si Numpang Lewat
Darr Oh astaga, pasti dia Tak pernah ada sosok seberisiknya Berlaluan Dasar si sepintas Si numpang lewat Mengagetkan, ramai menentu, tapi lucu Apalah engkau yang begitu Bikin ku radang terledak, tawa tergelak Si pengheboh suasana, sayangnya dia temanku
Ada apa dengan sekarang
Malam ini aku suntuk, bintang redup cahayanya Bulan tak sedang senyum, padahal ku senyuminya Kunang sekarang, malas melincah Padahal aku lincah, ajak bermain Kerumun, mengerumun, lenyap Gelap, gemerlap, senyap Ada apa dengan sekarang Berubah, kalap merayap Hilang, meratap
Cinta Tapi Robot
Terekam dari intaianku Kala menjejak awal bersama Aku melihatimu Aku meresapimu Kau berbeda Bersikapmu sungguh kaku Tatapanmu terpaku-paku Bicarapun terdengar sengau Ku sebut itu cinta tapi robot Cinta ala dirimu Cinta dengan warnamu Kadangkala bisa juga kau tersipu Padahal hanya sedikit aku mencandaimu Tampan Si kaku pemalu yang tampan Aku tertawa kau tersenyum Aku terbahak …
Jomblo Penyendiri
Dia bilang dunia ini telah hancur Dia bilang dunia jadi hampa Cetusnya sandal lebih beruntung dikarena punya pasangan Sang jomblo tersendu Teringat akan kenangan Dalam prasangkanya dia masih memiliki kekasihnya Dalam benaknya mereka masih bersama Sendiri Ternyata dia sendiri Lalu silau lampu menelusupi jiwanya Jomblo penyendiri membangun tekad Melompati kesedihan yang terpuruk Di depan sana …
Di Ujung Amarah
Dua pasang mata saling membara Luncuran kata melecuti jiwa Istana cinta terporak tanpa daya Retak Nelangsa di ambang batas kehancuran Lalu lengking suara membuyar suasana Ayah Bunda Ayo kita tidur Si kecil menjinjit meraih kelingking dua sosok dewasa panutannya Dua pasang mata saling bicara Menjalin rembuk tanpa suara Memadam lautan bara Di ujung amarah Terutus …
Halalkan Aku
Hati tergenang dalam curahan cinta suci Membuncah bahagia Tatkala menyambut ketulusan niatmu Aku merona sembari melafaz hamdalah Lirihku memecah keheningan Halalkan aku Dua kata jawabku yang mengembangkan senyummu Caramu memujaku dalam kepatuhan kepada-Nya Memberanikanku menerima kehadiranmu Memantapkan hatiku memilihmu sebagai imamku
Bertatap muka
Aku ada di sana Di dalam binar matanya Terpatri kuat semakin lama oleh sorot tanpa jeda Begitu dalam Begitu membuat merona Kuserap bayangnya Mencari sirat rasa kepemilikan atas sang jiwa Menjalin simpul keakraban tanpa kata Dan sang waktu mengawasi dalam bisu Saksi dua raga yang kini saling mengenali Bertatatap muka untuk kali pertama
Suara Kodok
Saat beban dunia tak sanggup lagi ditanggung Ketika lelah membuat raga mati rasa Kala resah menyeret jiwa ke ruang kosong gelap nan hampa Dengar suara kodok Di situ diajarkan arti permohonan juga syukur kepada Tuhan Renunglah
Semesta Tanpa Tulisan
Semesta Adalah wadah bahasa Menitiskan setiap makna pada jiwa-jiwa yang ingin mengerti Lalu bagaimana bahasa dapat dimengerti oleh jiwa yang merasa Warisan pada kehidupan esok yang baru Ialah tulisan Wujud penyampai berisi makna itu Semesta tanpa tulisan Hampa tak terbayangkan Seperti raga mendamba sang jiwa
Malam
Kalaulah malam adalah seorang ibu Pasti ia senantiasa memelukku Kalaulah malam adalah ayah Tentunya ia selalu menopang langkahku Karena malam mendamaikan jiwa Karena malam merenggangkan lelah