Vitamins Blog

Lenting Sedaya Part 5 : Sepupu Jauh

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

209 votes, average: 1.00 out of 1 (209 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

***

“Bagaimana sayang? Apakah putra tante Liona tampan?”

Dengusan terdengar dari gadis yang di tanya itu, ” tidak ma.” Jawabnya lagi dengan terlihat enggan.

“Tidak?” Kedua alis Wanita yang dipanggil mama itu berkerut tanda keheranannya akan jawaban gadis tadi.

“Ya,,dia tidak tampan ma,” jeda dalam kalimatnya, “tapi,,dia,,sangat tampan!” Ucapnya menahan histeris.

“Benarkah?” Tanya wanita itu kegirangan, dan dijawab cepat dengan anggukan dari gadis itu.

Dan sekarang mereka berlonjak kegirangan di sofa depan televisi di ruang keluarga mereka, persis seperti dua remaja yang histeris saat membicarakan pria pujaan hati mereka.

“Kamu tau sayang?” Wanita itu mencondongkan tubuhnya ke arah sang gadis yang duduk di sebelahnya, “mama tuh sengaja minta tante Liona, agar putranya bisa nganterin oleh-oleh itu ke kampus kamu.” Jelas wanita itu pada gadis yang memang adalah putrinya.

“Benarkah? Jangan bilang,, mama udah ngerencanain hal ini?” Dan pertnyaannya hanya dijawab senyum penuh arti dari ibunya.

“Angel anak mama yang cantik,,” raut wanita itu berubah menjadi serius saat memandang putrinya, “mulai sekarang, kamu harus berusaha mengambil hati putra tante Liona. Keluarga tante Williona akan menetap di Indonesia, dan itu kesempatan besar buat kamu untuk semakin mudah mendekati Giaro.”

“Mm.. mama tau keluarga tante Williona akan tinggal di Indonesia?” Gadis itu memasang wajah penuh pertanyaan.

“Apa yang tidak mama lakuin buat kamu sayang?” Mama Angel menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum penuh arti lagi pada Angel putrinya yang kini ikut tersenyum.

“Ma, tau gak, Angel tuh uda sebarin gosip heboh di kampus, kalau Giaro itu pacar Angel yang baru balik dari Australi,” Angel mengangguk-angguk semangat, “dan kemarin, teman-teman kampus Angel makin percaya waktu liat Angel sama Giaro di depan kampus.” Angel tersenyum-senyum membayangkan sosok tampan Giaro.

“Benarkah sayang?” Mama Angel terkejut dengan pengakuan putrinya, bahkan ada raut bangga terlihat dari raut terkejutnya.

Angel kembali mengangguk pada mamanya.

“Kalau begitu, kamu tinggal meneruskan langkah kamu sampai benar-benar mendapatkan Giaro.” Kedua tangan mama Angel menangkup kedua pipi dan menatap Angel lekat, yang dijawab anggukan kepala Angel.

***

Flashback

“Ayah ayah, eyang sukanya apa ya?” Seorang gadis kecil berusia empat tahun menghampiri dan bertanya pada ayahnya yang sedang duduk membaca koran.

“Mm.. apa yaa, mungkin.. eyang putri sukanya dengan sesuatu yang kamu buat sendiri sayang..” jawab sang ayah dengan antusias, dan sekarang memangku putri kecilnya itu setelah lebih dulu meletakkan korannya di atas meja, di sebelah kursi tempat ia duduk.

Mendengar penjelasan dari ayahnya, gadis kecil tampak berpikir sejenak, lalu ia langsung memerosotkan dirinya dari pangkuan sang ayah, yang tersenyum melihat semangat putrinya itu. putri kecilnya yang cerdas.

Dilihatnya sang putri kecil cantiknya sekarang berlari ke ruang belajarnya yang mungil, yang dapat ia lihat dari tempatnya duduk di ruang keluarga sekarang, lalu ia melanjutkan membaca korannya lagi.

Setelah beberapa lama, dihampirinya putri kecilnya tadi di ruang belajarnya. Ruang belajar yang memiliki bangku dan meja-meja kecil rendah untuk putrinya biasa menghabiskan waktu belajarnya, dan ada pula bola-bola dan mainan-mainan serta beberapa boneka yang lucu-lucu di sudut ruangan.

Ketika dilihatnya sang ayah masuk, gadis kecil itu bergegas beranjak dari duduknya menyambut sang ayah.

“Ayah ayah, Witli sudah punya hadiah untuk eyang putli.” Kata-katanya yang masih cadel itu bersemangat menjelaskan pada ayahnya.

“Oh ya? Coba, mana sini ayah lihat.” Ayahnya memasang wajah sangat ingin tau.

Lalu gadis kecil itu memperlihatkan sesuatu yang tadi ia sembunyikan di belakang punggungnya, dan sekarang membentangkan benda itu di depan dadanya.

Sebuah gambar yang dicat dengan pensil warna, yang walaupun garis-garisnya masih terlihat belum terlalu halus, tapi gambar yang dibuatnya itu terlihat sangat bernyawa dan maknanya sangat terasa.

Sang ayah sampai-sampai terkagum melihat gambar itu, merasa sangat bangga dengan bakat yang dimiliki putrinya.

“Waah, bagus sekali sayang,” ucap sang ayah terkagum, “pasti eyang putri akan senang.”

“Iya yah. Kalena, Witli buat sendili gambalnya. Kan ayah bilang, eyang putli akan suka, dengan sesuatu, yang Witli buat sendili.” Jelas gadis kecil itu panjang lebar dengan kalimat yang terbata-bata.

“Iya sayang, eyang putri pasti akan suka.” Sang ayah mengusap lembut kepala putrinya itu, “Ya sudah, nanti gambarnya kita bingkai ya supaya bagus, lalu setelah itu kita bungkus dengan kertas yang cantik. Oke.”

“Oke ayah.” Gadis kecil itu berlonjak semangat.

***

“Ma, kenapa kita beli baju lagi ma?” seorang gadis kecil dengan polos bertanya pada ibunya.

“Iya sayang,, karena besok kita akan menghadiri acara ulang tahun eyang Lastri.” Wanita itu menjelaskan pada putrinya, “jadi, kamu harus tampil cantik sayang, pakai gaun ini.” Ibu gadis kecil itu menunjukkan sebuah gaun mungil cantik berwarna merah, seukuran untuk gadis berusia empat tahunan.

“Gimana sayang, kamu mau kan?” Tawar wanita itu tersenyum pada putrinya.

“Iya ma, Angel mau.” Jawab gadis itu bersemangat dan menganggukkan kepalanya.

“Ya sudah kalau kamu mau, kita beli yang ini ya sayang.”

Setelah selesai membeli gaun yang akan dipakai pada acara ulang tahun nanti, sekarang mereka singgah untuk membeli kado.

“ma, yang itu ma, cantik sekali.” Jari mungil gadis kecil itu menunjuk sebuah hiasan rambut.

“yang mana sayang?” wanita itu mencoba melihat aksesoris yang ditunjuk anaknya.

“yang itu ma..yang ada hiasan bulat-bulat kecilnya..” jari mungil gadis kecil itu masih menunjuk-nunjuk benda tadi yang ada di dalam kaca.

Dapat dilihatnya benda yang ditunjuk putrinya tadi, “Mbak, coba saya lihat yang itu.” tunjuk wanita itu pada sebuah jepit rambut perak dengan hiasan mutiara kecil di ujungnya. Ia juga merasa tertarik dengan jepit rambut dengan panjang sekitar 12cm yang terlihat cantik itu, setelah beberapa saat tadi juga melihat-lihat dulu aksesoris yang dipajang lainnya, “gimana sayang, kita ambil yang ini untuk kado eyang?” wanita itu bertanya pada putrinya, yang dijawab anggukan semangat oleh putri kecilnya itu.

Ia memang terbisa mengajak dan membebaskan putri kecilnya itu untuk memilih barang-barang yang ia sukai. Walaupun putrinya itu masih berusia empat tahun, ia selalu mengikutsertakannya untuk memilih barang yang akan mereka beli.

“mbak, saya ambil yang ini ya.”

***

Hari ini mereka berkumpul di rumah eyang Lastri di bandung, merayakan ulang tahun eyang Lastri yang ke-49. Acara yang di hadiri hanya oleh kerabat saja. Pun hanya berupa acara sederhana, namun terasa sangat kekeluargaan.

“Gilang, Maya, apa kabar kalian.”

“Bayu.. kabar kami baik, kamu sendiri?” Lelaki bernama Gilang itu menyalami Bayu yang menyapanya.

Acara ulang tahun eyang putri seperti ini memang sekaligus menjadi acara bertemu keluarga tiap tahunnya.

“Kami juga baik Gilang. Eh,, ada Angel.. disapa dong sayang..” ucap Bayu pada putri yang digandengnya.

“Halo, Angel…”

“Halo Witri…” jawab gadis kecil yang dipanggil Angel tadi.

Dan dua gadis kecil sebaya itu saling berpelukan, sangat lucu dan menggemaskan.

Mereka berdua adalah sepupu beda kakek, dan merupakan anggota keluarga yang berusia paling muda diantara anak kerabat mereka yang lain, sama-sama berusia 4 tahun.

“Halo Witri.. kamu sudah semakin besar sayang.” Maya tadi mengelus pipi Witri.

“Hahaha. Angel juga sudah besar sekarang sama seperti Witri..” Bayu juga memberi usapan lembut di rambut Angel putri Gilang dan Maya kakak sepupunya.

Obrolan hangat mereka mengalir, juga dengan kerabat-kerabat mereka yang lain. Dan tak lupa mereka juga mendapat sambutan hangat dari tuan rumah yang tak lain adalah sang eyang kakung dan eyang putri.

Dan sekarang, acara utama sudah dimulai dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dan pemotongan kue oleh eyang putri.

Setelah acara pemotongan kue, dan doa yang dipimpin eyang kakung mereka selesai, para kerabat bergantian memberi ucapan pada eyang putri.

“Eyang putri..” Gadis kecil bergaun merah menghampiri eyang putri.

“Aah..Angel, cantik sekali kamu sayang..” Sambut sang eyang mendapati salah satu cucunya itu sekarang menghampirinya.

“Angel, mau kasih ini ke eyang..” Tangan mungilnya menyerahkan sebuah kotak merah kecil.

“Kado buat eyang?” Tanya sang eyang sambil tersenyum sambil menerima kotak itu.

“Iya, eyang buka ya..sekarang..”

Sang eyang menuruti permintaan cucunya yang nampaknya sangat bersemangat, lalu membuka kotak itu.

“Waah, bagus sekali..” Eyang putri mengeluarkan isi kotak itu, sebuah aksesoris rambut berhiaskan mutiara mungil.

“Iya eyang, Angel yang pilih sendiri loh.” Ucap gadis kecil itu.

“Benarkah? terima kasih sayang, eyang suka..” diberinya kecupan sayang di kedua pipi cucunya.

“Benar bu, Angel sendiri yang memilihnya.” Nada bangga terdengar dari Maya.

“Terima kasih Maya.” Senyum sang eyang tulus.

“Sama-sama bu.”

Sesaat, seorang gadis kecil lainnya menghampiri tempat duduk eyang putri.

“Eeh cucu cantik eyang bawa apa..” dengan senyum mengembang eyang putri menyambutnya.

Gadis kecil yang sangat anggun memakai gaun putih sepanjang mata kakinya, yang tak lain adalah Witri kecil.

“Witli, mau kasih ini ke eyang.” Ucapnya sambil menyodorkan dengan kedua tangannya, sebuah bungkusan kado berwarna biru muda yang cantik.

“Waah terima kasih sayang..” eyang putri menerima kado dari cucunya itu, “boleh eyang putri buka sekarang?” Dengan senyum mengembang sang eyang meminta ijin untuk membuka kado itu, dan dijawab anggukan mengiyakan dari sang cucu.

Helaan nafas terperangah terdengar dari sang eyang setelah melihat isi kado itu “Ini bagus sekali sayang,”

Sebuah bingkai berisi gambar yang menunjukkan sosok wanita hampir mirip seperti tampilan dirinya, tengah duduk dan menunduk untuk meniup sebuah lilin di atas kue kecil, yang dipegang oleh seorang gadis kecil yang berdiri di depannya, dan di samping gadis kecil itu berdiri seorang pria seperti sosok ayahnya, yang juga sedikit menunduk dan terlihat tersenyum lebar sambil bertepuk tangan.

Gambar yang tiap goresan garisnya sangat jujur, dan warna-warna cerah di dalamnya mencerminkan suasana ceria dan bahagia. Gambar yang sederhana, namun maknanya sangat tersampaikan dengan sempurna.

“Eyang putli suka? Kata ayah, eyang suka, kalau kado buat eyang, Witli sendili yang buat.” Jelasnya dengan polos.

Dengan terharu sang eyang mengelus rambut cucunya, “Suka nak, eyang suka sekali,” ucapnya haru dan memeluk gadis kecil itu di pangkuannya.

Ia sangat menyayangi cucu kecilnya itu. Parasnya yang cantik, sifatnya yang lembut dan anggun, membuatnya sangat mudah untuk dicintai. Terlebih, memang sudah seharusnya ia memperoleh cinta kasih dari orang-orang sekitarnya, sebagai ganti dari cinta kasih seseorang yang diambil darinya.

“Selamat ulang tahun Bu.” Ayah Witri yang sedari tadi berdiri disebelah putri kecilnya itu, ikut memberikan ucapan pada sang ibu, eyang bagi putri kecilnya.

“Terima kasih Bayu. Kau sudah bekerja keras membesarkan cucu cantikku ini sendirian nak,” jelasnya dengan haru, “terima kasih sudah mendidiknya dengan baik, sehingga dia tumbuh menjadi anak yang pintar.”

Bayu menggenggam tangan ibunya dengan lembut.

Melihat hal itu, keluarga mereka yang dari tadi ikut menyaksikan keharuan itu, juga merasa tersentuh. Mereka tau, Bayu membesarkan putrinya seorang diri. Dan Witri, malaikat kecil itu tumbuh tanpa adanya kasih sayang seorang ibu disisinya.

Tapi bagi seseorang diantara mereka, keharuan tadi bukan merupakan sesuatu yang banyak menyentuh hatinya.

Ia menghela putrinya yang tadi masih berdiri di sebelah eyang putri, untuk mendekat di depannya.

“Dengar sayang,” wanita itu mensejajarkan wajahnya dengan sang putri, menangkup kedua pipi putrinya itu, “kamu, Angel, anak mama, harus menjadi kesangan semua orang. Kamu yang paling cantik, kamu harus jadi yang nomor satu.” Wanita itu memandang lekat mata putri kecilnya, “kamu mengerti sayang?” Kalimat wanita itu lebih seperti perintah, dan dijawab anggukan kepala gadis kecil itu.

Suara sang ibu pada putrinya itu tenggelam di tengah acara yang kembali ceria, sehingga hanya mereka berdua saja yang dapat mendengarnya.

Bagi Maya, Angel anaknya haruslah menjadi yang utama, yang paling cantik, paling pintar, serta yang paling disayang semua orang. Bukan orang lain di sekitarnya, bukan pula Witri anak Bayu yang terhitung sepupu jauhnya itu.

Flashback end

8 Komentar

  1. :ngupildoeloe :TERHARUBIRU

  2. Dari awal nenek nya aja langsung tau bakat terpendam witri .. kapan part giaro ??

  3. KhairaAlfia menulis:

    Emaknya Angel ambisius banget sih,,

  4. Waduhhh sampai segitunya, kasian anaknya

  5. :PATAHHATI

  6. :wowkerensekali

  7. :owlbabycry

  8. Ditunggu kelanjutannyaa