Bab 5. Semua karena Instagram
Bab 4. Gulungan Tak Berarti
Matahari menyinari pandangan Rasha pada pagi hari yang cerah ini. Rasha berjalan di koridor menuju lokernya. Sekolah sudah tampak ramai. Entah dia yang terlalu siang atau semua murid yang terlalu pagi berangkat sekolah, yang dia tahu tadi dia kesiangan bangun tidur.
(No Ratings Yet)
Bab 2. Pamer
Sekolah sudah ramai dikala jam seperti ini. Semua anak berhambur memasuki gedung sekolah SMA Cendakia dengan canda tawa bersama teman mereka. Tak ayal semua perhatian ditujukan pada kelas dan jadwal hari ini. Namun semua perhatian itu berubah ketika semua murid memandang tiga bersaudara yang sedang berjalan santai di tengah koridor. Tak semua murid memandang mereka sama. Ada yang memandang kagum, dengki, terpesona dan pandangan lainnya yang memenuhi tiap langkah mereka ketika masuk di lingkungan sekolah.
Ku datang dg cerita baru nih, judulnya norak amat yah. Yg novel kemarin2 aku post, aku pending dulu, belom jd outlinenya juga. Biasanya aku post cerita fiksi fantasy, tp yg ini ceritanya fiksi realis, haha.
Nih seperti janjiku yg kemarin yg neror minta lanjut. Ini aku posting bab 1 dan semoga memuaskan.
Bab 1. Cube Silver
Hai, penoreh luka hatiku
Apa kabar?
Aku disini tengah mencoba tegar
Merawat luka yang selalu segar
Dengan rasa yang semakin hambar
Hai, penoreh luka hatiku
Bagaimana rasamu?
Aku disini tengah merunduk malu
Menyembunyikan luka yang tak kunjung sembuh
Tanpa seorangpun mampu mengukur
Hmm, ini puisi rada-rada diary dikit. Ini puisi ku ciptakan dulu ketika aku oleh teman-teman dekatku dijauhi karena hal sepele. Huh malah curhat, gpp deh.
Happy Reading…
Ini puisi udh lama banget didraft. Sebelumnya, puisi ini pernah diikutin lomba Hari Kartini di sekolah, alhamdulillah juara satu, dan sekarang aku coba2 post di sini.
Gemuruh riuh menyambar harapan
pejuang terbalas jiwa terkorban
hari bangsa bergulat asa