Coretan By Chocovado

2. Would You?

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

24 votes, average: 1.00 out of 1 (24 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

 ===========

classroom-windows

Saat itu musim semi. Sakura mulai mekar di sepanjang jalan menuju sekolah, pepohonan mulai hijau, bunga-bunga mulai bermekaran, dan saatnya memulai tahun ajaran baru.

Namun, musim semi juga adalah waktu di mana langit musim seminya yang khas berkibar gagah dengan warna merah, waktu di mana suara burung gereja pulang dan waktu di mana aku memilih tetap tinggal di dalam kelas, tak segera beranjak pulang.

Bukan tanpa alasan aku berada di sini, di hadapanku terbentang buku juga kertas-kertas laknat yang membuatku sakit kepala setiap kali melihat tulisan pada lembarannya, dan ada juga dia yang terus sibuk dengan semua rumus-rumus dalam kertas laknat itu. Mengabaikanku yang tengah dalam kondisi yang mengenaskan.

Bagaimana tidak? Baru saja aku diputuskan oleh kekasihku.

Ya, walau sejujurnya aku tidak peduli dengan mereka. Aku tidak peduli dengan gadis yang mencampakanku atau mencintaiku, aku tidak peduli jika aku dikhianati atau ditinggalkan. Namun, entah bagaimana aku tak bisa berpura-pura tak peduli jika dia yang mengabaikanku seperti ini.

Ck!

“Kenapa?” Aku berhasil menarik perhatiannya karena dia segera bertanya.

“Aku baru saja diputuskan oleh kekasihku,” jawabku cepat.

Hmm,”

Hanya itu? Kau serius?

“Aku tidak mengerti kenapa mereka bisa melakukan ini? Ini sudah kelima kalinya aku dicampakan? Menurutmu bagaimana? Apa yang salah?”

“Entahlah.”

“Padahal aku sudah sangat baik, aku juga selalu menuruti semua kemauan mereka, aku bahkan rela meluangkan waktuku untuk mereka. Kau pikir, akulah yang salah?”

“Mungkin.”

“Apa mereka tidak berpikir? Aku tampan, tinggi, murah senyum, manis, juga baik. Apa kurangnya aku? Ya, aku tahu aku tidak populer atau pintar. Tapi aku tampan dan berkharisma. Kau setuju, kan?”

Hmm.”

“Katakan sesuatu atau katakan hal lain selain gumaman singkat itu. Aku membutuhkan pendapatmu,” gerutuku bersungut-sungut.

Gadis itu menghela napas panjang sebelum akhirnya mendongak dan langsung menatap lurus mataku.

Tatapan mata itu tetap sama, terlihat datar dan beku. Tatapan mata yang terkadang terlihat sangat kesepian dan kedinginan.

Menerima tatapan mata itu, entah kenapa aku tiba-tiba saja aku merasa gugup merambati jiwaku.

Apakah mengganggunya dan mengajaknya bicara seperti ini serta memaksanya menanggapiku, adalah sebuah kesalahan?

“A-aku, aku tidak bermaksud mengganggu belajarmu sungguh. Ma-maaf,” seruku terburu-buru.

Gawat, apa dia marah?

Gadis itu memasang ekspresi tak peduli mendengar ucapan maafku.

“Apakah menurutmu ….” Dia tiba-tiba berucap, mengejutkanku. “Menurutmu, kriteria apa yang kau tetapkan saat kau memutuskan bahwa orang itu cukup penting bagimu?”

Pertanyaan tak disangka itu benar-benar membuatku tertegun. Aku mengedip dua kali sembari memikirkan apa yang baru saja dia katakan padaku.

“Ha?” tanyaku seperti orang bodoh.

Gadis itu menipiskan bibir, tetapi dia tak keberatan untuk mengulang.

“Bagaimana kriteriamu saat kau menganggap seseorang itu penting bagimu? Bagaimana kau mengklaim jika orang itu penting? Apa karena dia banyak meluangkan waktu untukmu? Atau karena dia dekat denganmu? Atau karena dia mengerti dirimu? Aku … ingin tahu semua itu.”

Sesaat setelah kalimat itu terucap dari bibirnya, angin musim semi masuk dari jendela membawa kelopak sakura berhamburan di dalam ruang kelas, berpadu dengan suara riuh rendah suara anak klub baseball di lapangan. Entah kenapa telingaku bisa menangkap suara halus daun jendela terbuka yang tertiup angin, juga bau pelicin pakaian dari seragam kami.

Dan yang paling terpatri adalah pemandangan indah helai halus yang berkibar dari surai lembut hitam yang digoda tiupan angin, bersimponi dengan tatapan datar dari seorang gadis bermata gelap yang seolah mengisapku ke kedalamannya.

Saat itulah degup jantung seseorang terdengar di antara kami.

Aku tidak tahu, degup itu milik … siapa?

Ah! Ya! …  dasar bodoh, ini milikku. itu suara jantungku sendiri …

Aku tidak tahu sebenarnya seberapa penting gadis-gadis itu? Mereka datang dan pergi, berlalu tanpa meninggalkan jejak di hatiku. Namun, gadis ini berbeda. Yang kutahu pasti, aku tidak tahu kenapa aku bisa kehilangan minatku pada hal lain ketika aku sedang bersama gadis ini. Aku tidak tahu kenapa aku tidak suka ketika dia mengabaikanku. Dan aku tidak tahu … kenapa di setiap detiknya, ternyata aku … selalu memikirkan gadis ini.

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Karena sesungguhnya aku … aku sudah tahu, tetapi aku bersikeras untuk berpura-pura tak tahu.

“A-anu…”

Suaraku tersekat saat aku mencoba berbicara dan aku menelan ludahku dengan susah payah. Untuk pertama kalinya aku merasa gugup, ini adalah pengalaman pertamaku di mana aku merasakan hal seperti ini.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya, jantungku berdegup dua kali lipat dari biasanya.

Kenapa? Padahal ini sudah biasa, padahal kami selalu bertemu seperti ini di akhir jam sekolah, di kelas yang sama dan melakukan hal-hal sederhana yang sama.

Tapi untuk pertama kalinya hari ini … ada yang aneh dari diriku.

Debaran jantungku semakin keras, tetapi sekarang aku yakin bahwa aku ingin tahu. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya aku rasakan saat ini? Apa yang sebenarnya aku rasakan selama ini? Apakah perasaan ini nyata?

“Aku … aku…”

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat dan telapak tanganku berkeringat saking gugupnya. Aku menarik napas panjang-panjang sebelum akhirnya bicara parau ke arahnya.

“Kau sendiri… jika aku memintamu, apakah kau bersedia menjadi seseorang yang penting untukku?”

Ketika itu suara angin musim semi berembus di sisi kananku, lalu mata yang teduh itu seketika melebar karena terkejut.

Saat itu senja berkibar gagah dengan warna merah, menembus kaca tiap-tiap kelas, lorong terlihat sepi, suasana terasa damai. Ya, damai dan tenang, hatiku jelas terasa riang dilingkupi kelegaan yang entah sudah sejak lama aku rindukan.

Aku yakin dengan apa yang aku katakan sekarang.

“Aku … menyukaimu!” ungkapku penuh keyakinan kemudian.

Gadis itu ternganga, dan seketika itu juga, topeng dingin, berjarak serta kaku di wajahnya runtuhlah sudah

Ha?”

October 02, 2015 (20:01)

 

guilherme-araujo-final-chibi-port-removebg-preview

-edited by @author9 projectsairaakira-

 

10 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Haii haiii
    Itu ratings ny ga berubah jdi lope2
    Cba diedit lgi penulisan nya, itu dikau nulis ratings ny pake R, nahh harusnya pake r kyk gni [ratings] Yuks diedit lgi, tanpa spasi, pake r, tambahin huruf s dibelakangny
    Mga berhasil
    Aq blom bca, tp nnt insya Allah dibaca dan dikomen hehe
    Semangat yak

    1. Wah salah ya :ragunih
      thanks udah kasih tau :inlovebabe :inlovebabe

    2. farahzamani5 menulis:

      Sma2 yak hehe
      Ga apa2, kan bsa diperbaiki hihi
      Dan aq blom bca jg huhu

  2. Waduh dia di tembaakkkk :LARIDEMIHIDUP
    Cie-cieee. PJ nya yakkk :KETAWAJAHADD pajak jadian hihihi :dragonhihihi
    Ditunggu next nya yaaaa :superhero

    1. Wkwkwkwkwkwk,
      PJ PJ, PJnya lagi puasa :KETAWAJAHADD

  3. Eaaa, ditembak nih, masih dilanjut kh?

  4. Kok aku ngk bisa kasih vote ya? :LARIDEMIHIDUP

  5. fitriartemisia menulis:

    weiii ditembakkk hehe

  6. Tks ya kak udh update