Vitamins Blog

Feuillemort II : Fire Lily

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Yang lebih penting, siapa target mereka? Para pengikut Keluarga Clawford? Keluarga Clawford atau—Liliya?”

.

_..::O0O::.._

Feuillemort II : Fire Lily

_..::O0O::.._

.

West City             : Lexus                  (Head of The Family : Luciano Aquila Lexus)

East City               : Clawford           (Head of The Family : ? )

.

Pagi itu aku merasa… sedikit agak gila.

Baru kali ini aku melihat banyak pengikut Keluarga Lexus yang bersiap di halaman depan mansion dengan berbagai senjata.

Revolver yang tersembunyi di balik seragam hitam yang mereka pakai, AK-47 yang menggantung di salah satu pundak mereka—tunggu, apa itu Dragunov?

Aku tidak mungkin salah melihat, karena aku sangat hafal bentuk dan warna dari masing-masing Dragunov yang diproduksi kota barat ini. Beberapa dari mereka memasukkan senapan runduk berwarna hitam itu ke sebuah tas lengkap dengan teleskop dan bidikan besinya.

Itu—Dragunov dengan polimer hitam, artinya mereka bisa menggunakannya di malam hari. Dulu Dragunov di desain dengan kayu, tapi karena terlihat jelas jika musuh menggunakan night vision, maka desainnya diperbarui.

Keluaran terbaru? Mereka gila!

Aku menyembunyikan diriku di balik dinding.

Di daftar orang yang harus disalahkan atas segalanya… sudah pasti ayahku. Sepertinya aku tidak akan mendapat informasi karena mereka begitu setia dengan ayah.

Aku yakin ayah meminta mereka, untuk membunuh dari jarak jauh.

Snayperskaya Vintovka Dragunova adalah senapan semi-otomatis dengan tipe senapan penembak jitu.

Dengan Dragunov itu artinya kau bisa membunuh seseorang menggunakan peluru berkecepatan delapan ratus tiga puluh meter per detik, dalam jarak enam ratus hingga satu kilometer.

Dalam jarak sejauh itu, aku tidak mau menghitung berapa mayat yang akan kutemukan setelah pengikut Keluarga Lexus ini selesai berpatroli. Karena pasti jumlahnya akan sangat banyak, apalagi bisa saja para pengikut ini menyembunyikan Dragunov mereka dengan cerdik.

Bisa saja yang kutemukan ini bahkan hanya seperlima dari yang mereka bawa.

Meskipun keluarga kami bermusuhan, tetapi kami selalu mentaati hukum internasional. Salah satunya tidak menggunakan senapan khusus penembak jitu. Bahkan wilayah timur telah menyatakan tidak menggunakan Strumgewehr 44 milik mereka karena jangkauannya cukup jauh.

Dan kami harusnya telah menyatakan pula untuk memendam Dragunov.

“Kurasa… ayah mau membuat kekacauan bukan hanya dengan wilayah timur, tapi juga internasional.” aku bergumam pelan.  

Yang lebih penting, siapa target mereka? Para pengikut Keluarga Clawford? Keluarga Clawford atau—Liliya?

Aku berbalik, dengan langkah gusar kubawa diriku ke satu-satunya ruangan tempat dalang semua ini. Kudobrak pintu ganda sombong berwarna coklat mengkilat milik ruangan ayah.

Si brengsek itu pasti di sini.

Habis sudah kesabaranku.

“Aku tidak ingat membesarkanmu menjadi manusia bar-bar, Zeno.” ayah dengan entengnya membalik koran yang ia baca. Ayah duduk di sofa ruang kerjanya, dengan secangkir teh dan beberapa kue yang terlihat tidak manis.

Aku menunjuk ke arah luar ruangan. “Snayperskaya Vintovka Dragunova, beraninya kau mengeluarkan senjata itu.”

“Kenapa aku harus merasa takut?” ayah mengangkat kedua bahunya. “jika ingin membunuh musuhmu, lebih baik menggunakan rencana licik.”

“Apa kau terlalu licik sampai melupakan undang-undang internasional yang mengecam penggunaan senapan penembak jitu?” aku memutar bola mataku. “ah… aku lupa seberapa naifnya ayahku hingga menggunakan segala cara hingga terlihat seperti pengecut.

Seperti anjing yang menyembunyikan ekornya.

“Jaga mulutmu, Zeno.” ayah mendelik dari balik cangkirnya.

“Untuk apa?” tanyaku berani. “untuk melihatmu membunuh semua orang di kota timur tanpa aturan? Jangan bercanda. Yang akan kau bunuh itu manusia, bukan tikus got. Dasar bar-bar.

“Kenapa kau sekarang begitu menentangku? Begitu terlihat sok suci dan berjalan di jalan tuhan yang  paling benar. Biasanya kau diam saja saat membunuh.

Apa karena kau tahu bahwa aku akan membunuh Nona Liliya tercintamu itu?”

“Jangan pernah berani melakukannya,” ancamku marah.

“Coba saja kita lihat, Anak Muda.

Ayah menyeringai, membuatku seketika ingin muntah dihadapannya. Pria ini… sudah jauh dari kata menjijikan, hingga membuatku berada di titik ingin berdoa eksistensinya menghilang ditelan bumi.

Atau mungkin, harus aku yang bergerak untuk mengabulkan doa itu.

.

Dengan langkah lebar dan tak sabar, kulewati lorong menuju kamar Setelah sampai, kubuka pintunya dan membiarkan terbuka.

Kuraih jaket hitam musim dingin dan syalku dari lemari. Lalu mengenakannya secepat mungkin, sambil membuka loker tepat di bawah lemari.

Loker yang terbuka itu memamerkan banyak sekali jenis senjata yang diproduksi kota barat. Aku meneliti satu per satu, lalu memutuskan untuk membawa beberapa dari mereka. Menyembunyikannya di balik baju atau jaket.

Ada beberapa senjata yang kumasukkan ke dalam tas hitam, seperti dua pisau komando, korek api, kotak p3k,  night vision, dan satu buah Revolver beserta pelurunya. Kupakai tas hitam legam itu setelah isinya kurasa cukup.

Kuikat erat tali sepatuku, sebelum bersiap di depan jendela kamar.

Persetan dengan pintu masuk. Aku yakin ada banyak pengikut Keluarga Lexus yang berjaga di sana.

Beruntung aku tidak sarapan, karena pasti koki di mansion ini pun sudah bersekutu dengan ayah. Siapa tahu di pring-piringnya telah tersebar obat tidur? Beruntung jika itu adalah obat tidur. Bagaimana kalau racun?

Well… lebih baik kelaparan, dibanding mati mengenaskan.

Aku melompat dari jendela kamar.

_..::O0O::.._

Waktu menunjukkan siang yang sudah agak tua—hampir menuju sore.

Butuh waktu cukup lama untuk mencapai perbatasan antar kota. Ah… ditambah menghindari pengikut keluarga Lexus, waktu yang kubutuhkan untuk sampai jadi dua kali lipat.

Aku meminum sedikit air yang berada di dalam botol, sebelum akhirnya memasukkan botol itu ke dalam tas.

Aku sudah sampai di lambang perbatasan.

Lambang perbatasan kota barat berbentuk dua tiang berwarna putih dengan pola yang indah terlukis emas di setiap sisi.

Setelah lambang perbatasan kota itu, ada lapangan luas bersalju yang selalu menjadi saksi bisu pertikaian Keluarga Lexus dan Clawford. Baru setelah itu, ada dua tiang berwarna dan berdekorasi sama yang menandakan lambang perbatasan kota timur.

Ini gila!

Mana bisa aku dengan tidak bersalahnya melewati lambang perbatasan kota timur. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat para pengikut Keluarga Clawford tahu bahwa aku di sini?

Oh. Kalau mereka tahu aku ada di sini, kurasa aku akan menjadi daging bakar.

Kuacak-acak rambut perakku. Bodohnya aku, datang tanpa rencana dan persiapan matang!

Tapi, jika aku tetap ragu hingga malam nanti, sudah pasti semuanya akan terlambat. Aku atau siapapun harus ada yang memberitahu Keluarga Clawford kalau ayah menggunakan cara licik.

“Mungkin satu-satunya cara adalah menerobos masuk,” gumamku setengah ragu.

Setelah berancang-ancang, aku berlari melewati lambang perbatasan kota barat meuju lapangan luas bersalju. Kulihat ada beberapa salju yang jatuh hinggap di rambut dan jaketku, tapi aku tidak peduli. Aku harus sampai di seberang sana bagaimanapun caranya.

Belum setengah jalan kulewati lapangan bersalju itu, seseorang berseragam coklat khas Keluarga Clawford berdiri di depanku.

Pemuda itu terlihat sangat muda, mungkin sekitar lima atau enam belas tahun. Tapi, tubuhnya begitu menyakinkan seragam yang melekat dengan bangga.

Padahal sosoknya kontras dengan salju, tapi kenapa aku tidak menyadarinya?

Aku berhenti mendadak, menimbulkan suara terseret di atas salju. Dengan tangan meraba Pistolet Makarova yang tersembunyi di balik jaket, aku beranikan bertanya.

“Siapa?”

Pemuda itu menoleh. Aku yakin dia hanya berpura-pura mengetahui keberadaan diriku, karena dia terlihat cukup terlatih.

Dia yang berambut coklat terang itu menatapku dengan datar. Seingatku, selama hidup ini hanya satu orang yang pernah menatapku dengan warna mata itu.

Warna mata Bunga Lily Jingga.

“Kenapa bertanya?” suara pemuda itu terdengan hampa, tanpa perasaan. “bukankah kau tahu sedang apa aku di sini, Tuan Lexus?”

Aku menahan napas.

Pemuda itu menggenggam pistol kota timur tipe semi-otomatis Walther PP, yang entah sejak kapan. Saat pelatuk ditarik, pistol itu menimbulkan suara lumayan nyaring, menembus keheningan lapangan salju ini.

Beberapa detik kemudian, kurasa lenganku tersengat.

4 Komentar

  1. :LARIDEMIHIDUP zeno kena tembak .. gak rela gak relaaa

  2. Entahlah kata katanya banyak yg perlu diperbaikii Semangaaat !!!

  3. fitriartemisia menulis:

    ditembak? :KAGEET

  4. :aaaKaboor :aaaKaboor