Vitamins Blog

PANDORA’S CURSED : PART 9

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

44 votes, average: 1.00 out of 1 (44 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“Saat ini aku sedang tidak berencana untuk menikah,” Ucap Aaron.

“Kau harus melakukannya, Aaron. Kau tidak tahu bila ini adalah suatu keuntungan yang besar bagi Kerajaanmu?”

Charles menjawab sambil menuangkan wine ke gelasnya. Aaron yang tengah mondar-mandir di tengah ruangan menatap tajam kearahnya.

Kali ini mereka tengah berada di ruangan pribadi Sang Ratu. Ruangan yang luas dengan marmer putih dan juga hiasan dengan warna cokelat elegan di sekeliling ruangan. Tentu saja ruang ini adalah ruang tertutup dan juga kedap suara. Tidak ada siapa pun yang bisa mendengarkan percakapan mereka disana.

“Kau tidak memikirkankan perasaanku?” Tanya Aaron tajam. Tentu saja ia sangat tersinggung dengan jawaban Charles.

“Aku juga memikirkan perasaanmu, Aaron,” Charles berdiri dan menghampirinya. “Kau sudah dewasa sekarang. Umurmu sudah sangat cukup untuk berkeluarga, membuat anak, dan juga melakukan hal-hal seperti itu. Aku sangat prihatin melihatmu hanya bisa berdiam diri di rumahmu yang berada di perbatasan ibukota. Aku rasa kau perlu hiburan.”

“Aku tidak menyukai hiburan seperti ini,” Aaron membantah dengan nada mendesis tajam. “Aku hanya ingin menikah dengan wanita yang aku cintai. Aku tidak suka bermain wanita sepertimu, Charles.”

Charles mengetatkan rahangnya saat Aaron mengatakan hal itu kepadanya. Ia mencengkram cangkir wine itu dengan kuat. Awalnya ia berniat untuk memukultelak Aaron, hingga Sang Ratu lebih dulu mendahuluinya.

“Jadi, siapa wanita yang kau cintai?”

Mereka berdua beralih kepada Ratu Theresa. Aaron ingin menjawab, tapi ia memlih untuk tutup mulut.

“Tampaknya kau belum bertemu dengan wanita yang kau cintai,” Kata Charles dengan nada meremehkan.

“Kalau kau belum bertemu dengannya, lebih baik kau menikahi Putri Claudia,” Ratu Theresa meneguk teh-nya. “Bila kau tidak menyukainya kau bisa mencari wanita lain yang bisa menyenangkanmu. Menyewa gundik misalnya.”

“Aku tidak menyukai hal kotor seperti itu.”

“Kotor?” Ratu Theresa terkekeh. “Kau juga berasal dari hal yang kotor, Aaron. Kau tidak tahu bila ayahmu mempunyai anak dari wanita lain dan membawanya ke istana. Ia memberikan segalanya kepada anak itu dan sekarang ia hanya bisa mengigau di ranjangnya saat wanita itu mati dan anaknya aku asingkan.”

Ratu Theresa bangkit dari kursinya. Ia berjalan kearah Aaron sambil membisikkan suatu hal.

“Kau bisa melakukan segalanya, Aaron. Pria mempunyai kuasa yang penuh dalam berbagai hal termasuk wanita.”

–{—

Ophelia berjalan di lorong rumah Aaron sambil membawa lilin di tangannya. Lagi-lagi ia tidak bisa tidur. Ia kembali merasa kedinginan. Ophelia berniat untuk membuat segelas susu hangat dan membawa ke kamarnya.

Ia menuruni tangga menuju daour yang berada di lantai dasar. Tangga itu sedikit berkelok di ujungnya dan lantainya yang terbuat dari batu sedikit licin. Ophelia bisa mendengar suara tetesan-tetesan air yang jatuh dan membunyikan pantulan dari percikan airnya. Ophelia meletakkan lilinnya di meja dan menghidupkan lilin yang lain. Percikan api masih bisa ia lihat di balik bara-bara di tungku. Ia meraih ceret dan menggantungkannya di atas tungku api. Sebelumnya ia telah memasukkan susu ke dalam ceret itu.

“Perlu bantuan?”

Ophelia menoleh kesampingnya. Samuel telah berada di sana sambil menundukkan tubuhnya kearah tungku api tersebut.

Ophelia mengangguk menyetujui penawaran Samuel. Samuel tersenyum dan mulai membuat api menggunakan tangannya. Ia mengusap-usap kedua tangannya dan menghembuskannya kearah batubara.

“Kau kedinginan lagi?” Tanya Samuel.

Ophelia mengangguk. “Aku merasa tidak nyaman dengan cuaca disini.”

“Sebaiknya kau memberitahuku bila kau kedinginan. Aku bisa menghangatkanmu,” Samuel menjawab dengan seringaian menggoda.

Ophelia mengerutkan keningnya. “Bagaimana caranya kau menghangatkanku?”

Samuel mendekat dan membisikkan hal itu kepada Ophelia. “Tentu saja aku akan menidurimu.”

Ophelia mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Samuel. Hingga disaat Samuel mengisyaratkan sesuatu kepadanya, Ophelia terkesiap dan memalingkan wajahnya kearah tungku itu. Wajahnya terasa memanas dan ia malu.

Samuel terkekeh melihat reaksi Ophelia. Tapi tawanya itu berlahan-lahan menjadi menghilang saat mereka mendengar suara tapak kaki yang menuruni tangga bebatuan itu. Ophelia segera menoleh dan mendapati bayangan bertubuh besar yang sedang menuruni tangga.

Charles, tiba diujung tangga dengan mata yang melirik aneh kepada Ophelia. Tentu saja ia tidak mengetahui siapa Charles, mereka telah lama tidak bersua dan Ophelia tidak mempunyai kenangan apa pun bersamanya. Charles telah melupakan Ophelia, menganggap adiknya yang terkutuk itu telah membusuk di pengasingannya. Mereka saling bertatapan bingung, lalu Charles mulai bertanya.

“Kau siapa?”

Ophelia bergeming. Ia tidak ingin memberitahu siapa dirinya. Charles menatap tajam dengan mata biru pucatnya sambil melangkah maju. Ophelia melirik kearah ceret yang sudah mulai memerah dan ia mendapatkan sesuatu untuk menjawab pertanyaannya.

“Aku pelayan baru rumah ini,” Jawab Ophelia lantang.

“Pelayan?” Charles melirik Ophelia dari atas hingga bawah. “Aku tidak mempercayaimu bila kau adalah pelayan. Gaun itu terlalu bagus untuk seorang pelayan rendahan,” Ia memutari diri Ophelia sambil mengendus aroma harus bunga mawar dari tubuhnya. “Apa kau wanita penghibur Aaron?”

“Ha?” Ophelia memutar tubuhnya menghadap Charles.

Charles tersenyum. Ia meraih beberapa helai rambut Ophelia dan menghirupnya. Salah satu tangannya merayap ke pinggang Ophelia dan menarik tubuhnya ke dadanya.

“Kau terlalu cantik untuk berada disini,” Charles mengetatkan rangkulannya ke tubuh Ophelia. “Jadilah wanitaku untuk sementara.”

Ophelia meraih tangan Charles dan mencoba untuk menghentakkan jauh-jauh tangan tersebut.

“Aku tidak mau,” Jawabnya tegas.

Charles terkekeh. “Kalau begitu, kau harus menjadi pelayan pribadiku.”

Charles mendekatkan wajahnya ke wajah Ophelia. Jarak mereka hanya beberapa senti dan disaat hidung mereka bersentuhan, Ophelia memalingkan mukanya. Charles mengerutkan keningnya. Ia merasa tertantang dengan sikap Ophelia. Ia belum pernah melihat gadis yang tidak terpikat dengan pesonanya.

Bibirnya mengecup pipi Ophelia. Ophelia bisa merasakan hembusan nafas Charles yang hangat di telinganya membuat anak rambutnya sedikit berkibas. Jantung Ophelia berdegup kencang saat hawa panas itu mulai menjalari hingga lehernya.

“Aku menunggumu, sayang. Temui aku di gerbang istana bila kau setuju. Katakan bila kau ingin menemui Pangeran Charles.”

Charles menjauhkan tubuhnya dari Ophelia. Ophelia mendorong dada Charles dan berlari menaiki tangga, menghiraukan ceretnya yang telah berbunyi mendenging di dapur.

–{—

Ophelia berlari memasuki kamarnya. Ia menutup pintunya dan berdiri di belakang pintu sambil menangkupkan kedua tangannya di dada. Jantungnya berdegup kencang. Ini kali pertamanya ia bertemu dengan Charles, kakak tertuanya. Kakaknya itu sudah dewasa sekarangnya, tampak telah berumur 35 tahun. Ia tidak bisa mengingat kenangan bersama Charles. Dan ia yakin itu bukanlah kenangan yang indah.

“Kau beruntung.”

Suara Samuel mengagetkannya sampai ia melompat dari posisinya. Ophelia beringsut mundur dan terduduk di pinggir ranjangnya.

“Jalan keberuntungan terbuka lebar untukmu, Ophelia. Charles menjadikanmu pelayan pribadinya. Itu berarti kau bisa memasuki istana.”

Samuel tampak sangat senang dengan kabar ini. Tapi tidak dengan Ophelia, pikirannya benar-benar kalut. Matanya mulai memanas saat ia terpikir mengenai hal-hal yang menakutkan apabila jati dirinya terungkap di istana sana.

“A-aku takut…” Ucapnya lirih. “Ini bukan jalan menuju keberuntungan. Ini jalan menuju neraka.”

“Tidak, sayang,” Samuel duduk disamping Ophelia dan merangkul pundak Ophelia. “Kau tidak tahu bagaimana caranya. Aku akan menunjukkannya.”

“Apa yang harus aku lakukan?”

“Terima tawaran Charles dan ikut bersamanya ke istana.”

“Tidak!” Ophelia mendongak kepada Samuel. “Kau tidak tahu bagaimana berbahayanya istana. Mereka semua saling menggorogoti dan membunuh satu sama lain. Tidak ada kebenaran dalam istana. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan informasi dan apabila mereka mengetahui tentang diriku, mereka akan membunuhku.”

Adanya senyum mengejek di wajah Samuel. Samuel mengelus pipi Ophelia, menangkupnya dan membelainya dengan ibu jarinya.

“Kau mengatakan bila di dalam istana kebenaran itu tidaklah ada. Kalau begitu, gunakan kebohongan untuk melindungimu. Seperti mereka yang menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan informasi, kau bisa menggunakanku untuk mendapatkan informasi. Aku sudah bersumpah padamu untuk menjadi tameng dan pedangmu. Maka gunakanlah aku dengan sebaik-baiknya.”

“Aku… aku tidak akan bisa.”

“Kau pasti bisa melakukannya,” Samuel mengelus puncak kepala Ophelia. “Aku akan selalu berada disampingmu.”

–{—

Claudia melangkahkan kakinya ke salah satu karpet dengan warna merah-kekuningan yang melintasi lorong istana ini. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak melihat-lihat kastil ini. Tidak ada yang baru baginya, semua terlihat sama seperti di Jerman. Hanya saja lorong-lorong ini istana lebih banyak dihiasi dengan lukisan dan kilatan pertama di bingkainya. Semua raja-raja terdahulu di lukis dan dipampang di sepanjang lorong. Seolah-olah itu untuk pengingat mereka akan jasa-jasa raja terdahulu.

“Lukisan ini tampak menakutkan.”

Barbara tiba-tiba saja memberi pendapat mengenai lukisan yang bertengger di dinding tersebut. Claudia mendelik dan menoleh kearah lukisan yang berada di sampingnya. Lukisan seorang pria dengan pakaian mewahnya, berdiri sambil memegang pedang yang menancap di batu. Tanpa dipungkiri pastinya itu adalah salah satu raja terdahulu yang meguasai Prancis.

“Itu Raja Charles.”

Claudia menoleh kearah asalh suara. Charles berjalan mendekati Claudia. Claudia langsung menegakkan punggungnya dan menekuku lututnya sedikit, memberikan hormat kepad Charles. Charles menganggukkan kepala tanda ia menerima penghormatan Claudia.

“Bukankah dia mempunyai nama seperti diriku?” Claudia mengangguk menanggai perkataan Charles. “Beliau mempunyai jasa yang sangat besar semasa hidupnya. Beliau melakukan kompromi dengan Inggris dan bekerja sama dengannya dalam hal ekonomi, memperluas Kerajaan ini hingga ke Andorra dan yang paling penting,” Charles menoleh kepada Claudia. “Dia telah membunuh keturunan iblis itu, Marline.”
“Marline?”

Claudia mengerutkan keningnya merasa bingung dengan yang di maksud oleh Charles. Berbeda dengan pelayannya Barbara, ia sangat terkejut dan kagum secara bersamaan.

“Apa kau tidak tahu, Tuan Putri? Dulu kami dikutuk oleh iblis dan setiap generasi kami akan mempunyai darah iblis di dalamnya. Marline dulu suka membunuh dan memakan jantung manusia.”

Claudia menutup mulutnya dengan tangannya. “Itu sangat mengerikan.”

“Ya,” Charles menghela nafas berat. “Aku berharap aku bisa membunuh iblis-iblis itu nantinya.”

–{—

Ophelia melirik kearah soup dan juga roti yang berada di hadapannya. Ia merasa tidak nafsu makan saat ini. Selera makannya tiba-tiba saja menguap pergi. Ia melirik kearah Aaron yang tampak tenang sambil menyendokkan makanannya masuk ke dalam mulutnya. Merasa di tatap, Aaron mengalihkan pandangannya kepada Ophelia. Sebelah tangannya mengambil cangkir dengan santainya.

“Ophelia,” Aaron menyebut namanya. “Tadi malam aku melihatmu berlari di lorong lantai atas. Tampaknya kau berasal dari dapur, ada apa?”

“Ehm…” Ophelia tidak tahu harus menjawab apa.

“Dan aku melihat Charles muncul dari balik tangga. Kau bertemu dengannya di dapur?” Tanyanya lagi tampak seperti mengintrogasinya.

“I-iya, aku bertemu dengannya. Aku bersyukur Charles menganggapku sebagai pelayan disini.”

“Dia menganggapmu sebagai pelayan?” Aaron mengerutkan keningnya. “Kau tidak mengatakan kepadanya?”

Ophelia menggeleng. “Terlalu beresiko.”

Aaron memundurkan punggungnya agar bisa bersandar di sandaran kursi. Ia mengetahui maksud dari Ophelia, terlalu beresiko untuk ketahuan.

“Bisakah aku meminta tolong sesuatu kepadamu?”

“Ya, apa pun.”

“Berjanjilah untuk tidak memberitahu Charles mengenai diriku, bagaimana pun situasinya.”

Aaron mengangguk mengerti. “Baiklah.”

–{—

Ophelia duduk di depan cermin sambil menatap bayangan dirinya yang terpantul disana. Dibelakangnya, Lynn tengah menyisir rambutnya. Aaron telah lama pergi ke istana. Ia mengatakan ada urusan yang harus ia tangani dan itu tentunya adalah urusan yang sangat mendesak.

Ophelia menghela nafasnya, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya di rumah ini. Mungkin ia bisa mencoba untuk berkeliling di taman belakang rumah mungkin. Ophelia menoleh kearah Lynn

“Bisakah kau menemaniku untuk melihat-lihat taman belakang rumah ini nantinya?” Tanyanya.

“Tentu saja my lady.”

Selesai menyisir rambutnya, Ophelia turun untuk sarapan. Sarapan telah disajikan di atas meja. Bacon, telur goreng, dan juga roti panggang. Itu lebih baik dari pada makanannya di pengasingan. Ophelia segera menghabiskan sarapannya dan juga segelas susu untuk pelengkapnya.

Lynn mengatakan bila di taman belakang ini terdapat istal kuda. Aaron mempunyai dua kuda kesayangannya. Lynn mengatakan bila Aaron suka mengendarai kudanya di sore hari, melintasi bukit yang berada di utara ibu kota. Aaron terkadang membawa bunga liar untuk di letakkan di vas bunga ruang tamu.

“Kau ingin mencoba berkuda, My lady?” Tanya Lynn.

Ophelia ragu-ragu untuk menjawab. Tawaran untuk mengendarai kuda sangat menggiurkan baginya. Saat di pengasingan ia ingat pernah mencoba untuk melarikan diri dengan menggunakan kuda. Samuel tentu saja membantunya, tapi karena ia kurang mahir kuda itu meringkih dan menjatuhkannya dari punggungnya.

Lynn membawanya ke salah satu kuda yang berada di istal. Kuda itu berwarna cokelat susu dengan surai yang berwarna putih keperakan. Ophelia mengelus surai kuda itu. Ia meringkih dan mengendus Ophelia. Ophelia terkekeh saat angin dari hidung kuda itu berhembus ke wajahnya.

My lady!

Seorang tukang masak berlari kearah mereka berdua. Ophelia menoleh dan mengetahui tukang masak itu tampak kacau dan juga gusar. Sebelah tangannya memegang spatula dengan penuh saos berwarna merah.

“Ada apa?” Tanya Lynn.

“Pangeran Charles,” Ophelia membelalakkan matanya saat ia mengatakan hal itu lebih dulu. Tukang masak itu menoleh kepada Ophelia. “Ia mencarimu, My lady

Suara banyaknya langkah kaki langsung terdengar beberapa saat kemudian. Mereka semua terkejut saat Pangeran Charles dengan dua prajurit di belakangnya menyebrangi taman belakang dan langsung menuju istal kuda tempat Ophelia berada. Charles tersenyum saat ia memandang Ophelia lebih dulu.

My lady.”

            Charles langsung meraih tangan Ophelia. Sebelum bibirnya mengecup punggung tangan Ophelia, Ophelia lebih dulu menarik tangannya. Charles terkekeh geram saat Ophelia melakukan hal itu kepadanya.

“Sambutan yang cukup terhormat, Lady…”

Charles melirik kearah Ophelia dan Lynn, ia benar-benar tidak tahu siapa nama Ophelia. Sebelum Lynn lebih dulu menjawab, Ophelia menjawab dengan lantang.

“Ilana. Ilana Laurence, My lord.”

            “Lady Ilana,” Lanjutnya. “Aku datang untuk menjemputmu ke istana.”

“Apa? Ke istana?”

Ophelia tercengang. Ia benar-benar tidak menyangka bila yang dikatakan oleh Charles kemarin adalah pernyataan yang sungguh-sungguh.

“Aaron tidak akan masalah bila wanita simpanannya aku bawa ke kamarku, bukan?”

Charles menjulurkan tangannya ke balik pinggang Ophelia dan menariknya mendekatinya. Tubuh Ophelia terbentuk ke dada bidang Charles. Ophelia mendongak menatap biru-keabuabuan milik Charles dengan tatapan jijik.

“Aku bukan wanita simpanan Aaron,” Ophelia menekankan setiap perkataannya.

“Kalau begitu siapa kau?”

“Aku…”

Ophelia melirik kearah lainnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Melihat Ophelia tak bisa berkata-kata, Charles tersenyum miring dan menghirup bagian rambut Ophelia.

“Jadilah wanitaku. Aku akan memberimu emas, tanah, kuda, atau pun pakaian dan perhiasan yang kau mau.”

“Aku tidak mau,” Jawab Ophelia sambil mendesis tajam.

Ophelia meronta di pelukan Charles.Charles mengetatkan pegangannya di pinggang Ophelia.

“Diam!”

Ophelia terkejut saat Charles menyeruakan dengan keras perintah yang membuat Ophelia tidak bisa bergerak di pelukannya. Charles tersenyum senang. Lalu, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Ophelia.

“Seharusnya kau merasa terhormat apabila aku menyuruhmu datang ke kamarku. Wanita rendahan sepertimu lebih baik tidak seharusnya aku panggil dengan sebutan Lady. Sekali lagi kau membantah, aku yakin tubuhmu sudah berada di tiang sula.”

Ophelia melebarkan matanya mendengar ancaman Charles. Charles menjauhkan wajahnya dan menatap Ophelia lekat-lekat. Gadis itu sangat tegang tentunya mendengar ancaman yang barusan ia katakan. Ophelia masih tampak takut untuk melirik kembali kearah Charles.

“Hanya pelayan, itu saja.”

Charles tersenyum senang. “Baiklah kalau begitu.”

Charles melepaskan rangkulannya. Ophelia mundur beberapa langkah menjauh dari Charles. Charles memberikan isyarat kepada dua prajurit berbaju besinya untuk membawa Ophelia ke dalam kereta. Prajurit itu langsung berdiri di kedua sisi Ophelia dan menuntunnya menuju keluar pekarangan rumah Aaron.

Ophelia melirik kearah Lynn dan juga tukang masak yang berada di belakangnya. Mereka tidak bisa berkutik, tidak ingin membantah perintah Sang Putra Mahkota. Hanya tatapan nanar dan permintaan maaf dari balik sinar mata mereka.

“Sebaiknya kalian tidak perlu memberitahu hal ini kepada Aaron. Aaron akan memaklumi hal ini,” Ucap Charles kepada mereka berdua.

Charles melemparkan dua kantong berisikan koin emas kepada mereka berdua. Mereka tidak menyambutnya, tidak menerimanya. Mereka hanya memandang kantong kulit itu jatuh ke tanah dan menciptakan bunyi gemericik dari balik kantong tersebut.

–{—

Ophelia menatap dirinya di cermin. Ia telah berada di kamar miliknya sebagai seorang pelayan pribadi Charles. Ia memakai potongan pakaian yang sangat sederhana dengan warna hijau kelam. Rambutnya di kepang dan digulung kebelakang. Ia kembali tampak berbeda.

Dahulu ia selalu memakai saree dengan potongan lurus yang membalut tubuhnya, lalu pakaian mewah yang ia pakai beberapa hari sebelumnya dari Aaron, dan sekarang pakaian pelayan. Mungkin selanjutnya ia tidak tahu seperti apa penampilannya lagi. Atau mungkin ia akan melupakan wujud dirinya di cermin.

“Akhirnya kau bisa menginjakkan kakimu di rumahmu sendiri.”

Samuel muncul dari balik dirinya. Bayangannya terpampang di depan cermin.

“Aku tidak tahu ini baik atau buruk,” Ophelia menautkan kedua jarinya gelisah.

“Tentu saja ini adalah hal yang baik, sayang,” Samuel memutar tubuh Ophelia menghadapnya. “Kau beruntung menjadi pelayan pribadi Charles jika kau tahu.”

“Beruntung maksudmu?”

Samuel mendekatkan wajahnya ke wajah Ophelia. Ia membisikkan sesuatu di telinganya. Nafasnya menghembus helaian rambut yang berjatuhan di pinggiran telinga Ophelia.

“Suatu saat kau bisa memperdayakannya menjadi mainanmu.”

Samuel tersenyum penuh arti. Ophelia membelalakkan matanya.

“Benarkah?”

Samuel mengangguk yakin. “Benar.”

Samuel membalikkan tubuh Ophelia menghadap cermin. Ia meletakkan dagunya di bahu Ophelia. Salah satu tangannya mengelus dagu gadis itu, lalu ia kembali membisikkan sesuatu di telinganya.

“Suatu saat, di masa depan. Mereka akan mencium kakimu.”

14 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Yey ophelia update
    Cuzz bca hehe
    Mkshhhhh

  2. farahzamani5 menulis:

    Makin kesini kok Samuel makin bikin merinding yak, beuhhh iblis yg bnr2 iblis dah dia ehh hihi
    Pantes dia ga marah atau bertindak pas Charles meluk2 ophelia di dapur, trnyata ada tujuan ny toh
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat yak

    1. afifah putri menulis:

      Makasih udh baca hehe ini cerita agak sedikiy absurd udh itu berbelit belit kadang ada typo atau gak nyambung mohon di mengerti hehe

    2. farahzamani5 menulis:

      Ga apa2 kok
      Aq paham klo menulis itu ga gampang hehe
      Semangat trs yak

  3. Koment dulu ah

    1. afifah putri menulis:

      Makasih udh baca dan koment ^^

  4. Serem juga samuel :LARIDEMIHIDUP tiba2 nongol .. rrr kaboorr

    1. afifah putri menulis:

      Makasih udh baca ya… Nih cerita masih ada pengembangannya, gambar belum ada soalnya gak tau siapa yg cocok untuk si samuel, kalau harry style gimana? Atau ada usulan lainnya?

  5. Kyaaa, akhirnyaa setelah menunggu sekian lamaaaaa. Finally!!
    Keren bgt nih ceritaanya. Samuel tetep ya yg pling di tunggu2, well sisi jahat samuel itu ngeri, tapi romantis

    1. afifah putri menulis:

      Kayaknya semua pada suka samuel ya, terkadang aku mikir nih kalau di kasih visualisasi atau gambar aku gak tau apa yg mau aku masukin gambarnya tapi makasih udh baca ya^^

    2. farahzamani5 menulis:

      Tuhhh kan bnyk yg suka Samuel
      Hidup Samuel ehh haha

  6. :inlovebabe :inlovebabe

  7. fitriartemisia menulis:

    Samuel iblis beneran ya haha
    ngehasud mulu :LARIDEMIHIDUP

  8. :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP