Vitamins Blog

Across The Railway – Chapter 1 : Rumah Bibi Abe

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

43 votes, average: 1.00 out of 1 (43 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

CAHAYA matahari yang semakin lama semakin merangsek masuk menembus jendela kamar membuat Alexa mau tidak mau harus membuka mata dan merelakan untuk mengakhiri masa hibernasi yang seharusnya baru akan berakhir tiga jam mendatang.

Well, pada dasarnya memang tidak akan ada –tidur- yang menyenangkan jika kalian ada di kamar bibi Abe dengan kasur yang berada persis disamping jendela besar yang selalu siap sedia menampilkan sebuah matahari sesilau lampu 1000 watt. Apalagi jika kalian adalah tipe bocah yang cinta untuk bangun siang. Alexa bisa jamin, segala macam cara tidur yang kalian gunakan tidak akan ada yang berhasil membuat kalian bertahan di atas kasur hingga lebih dari jam tujuh pagi, dan pada akhirnya kalian hanya menikmati sisa hari dengan merenung di atas kasur sambil meratapi nasib hibernasi yang terhenti dengan sia-sia.

Sungguh menyedihkan bukan?

Dan mungkin seperti itulah sisa hidup Alexa hari ini.

Ouch bad day.. Mari salahkan Max yang dengan brutalnya menolak untuk berbagi kamar kesayangannya itu dengan dirinya, dan salahkan pula sofa di ruang bawah yang rusak tepat waktu, sehingga Alexa terpaksa tidur di kamar bibi Abe.

Suara deru kereta yang sangat kencang membuat Alexa tersadar dari ratapan nasib yang sedang ia lakukan. Dengan sedikit malas akhirnya ia beranjak dari kasur dan turun ke lantai bawah.

Rumah bibi Abe terletak persis di pinggir rel kereta api, dan setiap sepuluh jam sekali selalu ada kereta yang datang melintas. Tapi ironisnya suara seberisik apapun itu tidak akan membangunkan Alexa, karena ia tidak peka terhadap suara, tapi sangat peka terhadap cahaya.

Yash. She’s a weird girl.

Oh ya, rumah yang berada di pinggiran rel kereta sudah pasti bukanlah sebuah rumah mewah. Seperti halnya rumah bibi Abe yang sangat sederhana ini. Semua dinding, tangga, dan lantainya hanya terbuat dari kayu. Bahkan beberapa anak tangganya juga sudah ada yang rusak karena lapuk di makan usia. Namun hal itu tidak masalah, bagi Alexa rumah ini justru terkesan ringan, sangat apa adanya, dan yang terpenting di rumah ini ada bibi Abe yang tidak akan ia dapatkan di Boston, tempatnya tinggal.

Alexa tersenyum melihat bibi Abe yang sibuk memanggang roti di tengah keributan yang tercipta karena Max yang bertengkar dengan Mia. Entah apa yang sedang mereka rebutkan, apakah piring bergambar Winnie The Pooh itu, atau justru sosis bakar yang ada di atas piringnya. Entahlah, Alexa tidak dapat menebaknya. Mungkin apabila ia adalah orang awam yang tidak mengenal Max dan Mia, ia pasti langsung bisa menebak kalau kedua makhluk itu sedang memperebutkan sosis bakar yang ada di atas piring.

Tapi sayangnya Alexa bukan orang awam. Dan ia tidak akan terkejut jika kenyataannya, hal yang mereka perebutkan adalah piring Winnie the Pooh itu, bukan sosis bakarnya.

Tidak usah heran, karena Max dan Mia adalah penganut anti mainstream jalur keras. Bibi Abe dan Alexa mengerti akan hal itu, dan mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan Max dan Mia bahagia dengan jalan yang mereka pilih.

God bless them.

“Morning guys.” Sapanya kepada mereka semua.

Hanya bibi Abe yang langsung menjawab “Morning Alexa.” Sedangkan si kembar masih ribut perihal piring dan sosis.

Alexa tersenyum.

Bibi Abe itu adalah adik kandung ibunya, mereka berdua sama dengan Mia dan Max, sama-sama kembar. Jadi meski Alexa tidak pernah melihat bagaimana rupa ibunya, setidaknya dia masih bisa mengilustrasikannya melalui bibi Abe.

Mari kita lihat. Bibi Abe itu memiliki badan yang bagus, dia tinggi namun tubuhnya proporsional. Dia juga punya kulit putih, hidung yang mancung dan bibir tipis yang merah alami. Secara keseluruhan, bibi Abe sempurna untuk ukuran seorang wanita. Dan pastinya ibu Alexa juga tidak jauh berbeda. Secara, mereka berdua kan kembar.

Namun sayang, baik ibu Alexa ataupun bibi Abe keduanya tidak memiliki nasib yang bagus. Seperti ibu Alexa yang meninggal, dan bibi Abe yang hidup namun hanya berputar putar di kota kecil ini. Mengurusi ladang dan dua orang anak sendirian, tanpa adanya suami yang menemani.

Karena menurut apa yang Alexa tau, suami bibi Abe –pamannya- pergi entah kemana sejak si kembar masih sangat kecil. Alexa juga belum pernah bertemu dengan pamannya itu. Dan ia harap ia memang tidak akan bertemu dengannya.

Well. Alexa memang tidak pandai, tapi ia tau jika pamannya sudah meninggalkan bibinya, berarti orang itu adalah orang brengsek, dan Alexa tidak mau bertemu dengan seorang pria brengsek yang telah membuat bibi Abe bersedih.

Bibi Abe menoleh ke arah jam yang terletak di atas lemari lalu menoleh kepadanya. “Mengapa kau sudah bangun?”

Tanyanya horor seperti baru melihat vampir keluar di pagi hari.

Alexa meringis, menyadari bahwa bibi Abe kebingungan karena biasanya jika sudah tidur ‘Alexa sama saja dengan seonggok bangkai manusia’. Tidak goyah dan gentar meski dunia di luar sana sedang melakukan serangan rudal beruntun.

Well, sebenarnya itu terlalu berlebihan.

“Kukira kau baru akan bangun siang nanti, mengingat semalam kau baru sampai dan masih mengalami jetlag.” Kata bibi Abe.

Alexa hanya mengedikkan bahu sambil lalu. Mulai mengambil piring dan membantu bibi Abe menaruh roti panggang yang sudah matang. Mengerti jika ia yang mengambil alih memanggang roti, bibi Abe berjalan ke arah Max dan Mia yang masih sibuk bertengkar dan menjitak kepala mereka satu persatu.

“Bisa tidak sehari saja kalian bersikap sedikit lebih waras?”

Mia spontan mengaduh sambil mengusap kepalanya. “Aduh ibu, ini sakit sekali.”

Sedangkan Max hanya mendengus melihat tingkah Mia yang menurutnya amat berlebihan. “Dasar drama queen, seperti itu saja kesakitan. Bagaimana kau mau bersaing denganku di perlombaan minggu depan huh?”

Mia melotot tidak terima. ” Kenapa kau jadi bawa-bawa perlombaan minggu depan? Lihat saja, aku pasti memenangkan perlombaan itu.”

“Haha mimpi saja kau sana, Mia si ratu drama!” Setelah mengatakkan itu, Alex dengan cepat mengambil piring yang masih Mia pegang, dan menyeringai melihat Mia yang hanya bisa terkejut melihat piring itu sudah ada di tangannya.

“Lihat. Bahkan untuk piring ini, aku yang akhirnya bisa menggunakannya. What a looser..”

See, terbukti bukan jika yang mereka perebutkan adalah piring itu.

“AAA-LEX!”

“APA MIIII-AAA?!”

“Kembalikan piringku!” Jerit Mia.

“Ambil saja kalau bisa!” Teriak Max.

Dan perang dunia episode selanjutnya berlangsung kembali. Bibi Abe sebenarnya gemas dengan tingkah anak kembarnya itu. Tapi pada akhirnya ia hanya menggeleng pasrah. Mengambil alih pemanggang roti dan menyuruh Alexa untuk duduk, menunggu di meja makan.

“Jadi apa kegiatanmu hari ini?”

“Urm, entahlah bibi. Aku ingin kembali tidur tapi aku sudah tidak ingin tidur.” Ia menyeret kursi dan meletakkannya di seberang Mia dan Max yang masih terus bertengkar. “Kira-kira apa yang enak untuk dilakukan di sini saat musim panas?”

Ya, Alexa memang sudah sering mengunjungi bibi Abe saat liburan, tapi selalu saja bertepatan dengan musim dingin, dan kali ini ia baru mendapati musim panas di Klora. Jadi dirinya tidak tau apa yang biasanya warga Klora lakukan di saat musim panas.

Bibi Abe tampak berfikir sebentar lalu seperti teringat sebuah hal spektakuler ia langsung menyatukan kedua telapak tangannya. “Ah, mungkin kau bisa ikut Max dan Mia ke ladang.”

“Memangnya ada apa di ladang?”

“Nothing special. Hanya sebuah pohon cherry tua. Aku dan ibumu dulu sering sekali ke sana hanya untuk sekedar duduk-duduk sambil membaca buku. Dan jika kau beruntung, mungkin kau bisa menemukan beberapa ukiran yang ibumu buat di pohon itu.”

Mendengar hal itu Alexa spontan mengusap liontin merah pekat yang ada di lehernya. Tidak ada hal-hal lain yang ibunya tinggalkan selain liontin itu. Dan ketika bibi Abe mengatakkan jika ada ukiran yang ibunya buat, hati Alexa langsung berdebar karena perasaan senang yang meluap-luap.

Tidak sadar, bibirnya sudah tersenyum amat lebar. Alexa mengangguk menatap bibi Abe yang juga tersenyum menatapnya. “Aku ingin ke sana.”

Bibi Abe mengangguk. “Pergilah nanti dengan Max dan Mia. Tapi sebelumnya kau harus makan dulu.” Katanya sambil menaruh roti panggang yang sudah di olesi selai rasa anggur kesukaan Alexa.

Alexa mengambil roti itu dengan antusias.

Dan dirinya semakin tersenyum lebar ketika menyadari satu hal.

Bahwa dengan hatinya yang sedang bahagia, sebuah roti panggang dengan selai anggur bisa terasa seperti steak daging kesukaannya.
*****

19 Komentar

  1. Lucu ya si kembar .. kalo deket bertengkar tp kalo jauhan pasti kangen ?

    1. gitudeh kalo ade kaka, kembar, beda genre pula. kalo ngga tengkar rumah malah sepi?

  2. ChofeeJunes menulis:

    Good job?

    1. bintarinf menulis:

      cek part yang baru yukk.. voment ya thenkyuuu :tepuk2tangan

  3. Ya Tuhan!! Rebutan piring??
    Winnie the Pooh pula??
    OMG!! Kembar aneh,,

    1. bintarinf menulis:

      itu baru sedikit cerita keanehan mereka, masih banyak lagi di chapter selanjutnya, so cek part yang baru yukk.. voment ya thenkyuuu :tepuk2tangan

  4. Bagus euy ceritanya…enak dibacanya…semangat yaa

    1. thankyou ka☺️

  5. Hihi si kembar bikin gemes, tp kenyataan emang gitu sih
    Deket adu murut tp kali kau kangen deh

    1. bintarinf menulis:

      iya.. daripada pas ketemu diem-dieman eh pas jauh malah berantem. lah gimana tuh? hihi

  6. :MAWARR

    1. bintarinf menulis:

      :tepuk2tangan :tepuk2tangan :tepuk2tangan

  7. farahzamani5 menulis:

    Wahhh bru mampir kw vitamin blog lgi ni aq dan cerita ini di rekomen sama ka mimin loh di wall hehe, jdi penasaran dan wow wow wow seruuuuu hehe
    Alexa, Max, Mia dan bibi Abe, okehhh sippp, simpen di otak hihi
    Kembar sll ribut ya dmn2 tuh hihi, ribut2 tp sebenarnya saling sayang ya sayang ny lewat acara ribut2 gtu hihi
    Lanjut ke part berikutnya
    Semangat trs yak

    1. ??

  8. Suka sukaaa :inlovebabe

    1. thankyou :MAWARR :RAKUSS

  9. Dina ACHSYA menulis:

    Baru baca ini cerita, tertarik baca terus suka deh sama ceritanya. Ceritanya bagus

    1. terimakasih ^^
      baca terus ya, kalo enggaaaaa…

  10. fitriartemisia menulis:

    kembaaarr hehe
    gemesin pula, umur max dan mia berapa ya?
    alexa juga berapa ya umurnya?