Aku
30 Agustus 2019 in Vitamins Blog
Di umurku yang menginjak ke 26 tahun ini, akhirnya aku kembali ke negara ini. Setelah di umurku yang ke 17, aku pergi Mengembara ke benua lain. Aku kuliah di Sidney, dan bekerja di Inggris. Lebih tepatnya tempat terlama aku tempati yaitu Sidney, karena aku kuliah disana selama 3 setengah tahun. Setelah lulus, aku bekerja di Inggris selama setahun. Setahun kemudian aku ke Swedia, lalu ke Paris dan kemarin aku berkutat di korea. Dari sejak sd aku sudah iseng menulis, pertama kali di terbitkan yaitu di majalah anak-anak. Kemudian aku mulai melanjutkannya sebagai hobi, hingga buku pertama milikku naik cetak di kelas 2 SMP. Dari pertama aku menulis, aku selalu menulis kisah yang ku alami atau orang lain alami. dulu ada pamanku yang mengenalkanku pada penerbit, hingga aku tidak perlu bersusah payah mencari uang untuk jajanku. Tapi saat di SMA, pamanku yang baik itu mengalami kecelakaan yang menyebabkan kematian nya. Meski pamanku sudah tidak ada, tempat penerbitan itu selalu menerima tulisanku. Dan membuat semua buku yang ku tulis menjadi best seller. Aku mendapatkan pundi pundi rupiah dari sana, dan ku tabung tanpa sepengetahuan siapapun. Selama waktu 5 tahun, aku sudah merampungkan 7 buku dengan nama pena Aprhodite. Namaku yang jarang di ketahui oleh orang orang yang mengenalku.
Felice Aprhodite leovarzen, nama yang sudah tercoret dari keluarga Ganadarma sejak masih bayi. Karena aku anak haram dari rahim keturunan Ganadarma yang terhormat. Karena itu, ibuku sendiri membenci aku yang lahir ke dunia ini. Dia mengurusku semata mata karena rasa kasihan, aku sendiri sudah sejak lama sudah bertekad untuk keluar dari rumah itu hingga setelah kelulusan SMA, aku bisa pergi meninggalkan tempat yang memuakkan ini.
” Felice…. Astaga… Ini lho… Kok masih kecil Sich.” Seru Meisya sahabatku sejak SD, dia begitu anggun dan seksi dengan pakaiannya. Tapi itu rusak total saat dia berteriak menggelegar dan berlari dengan cara yang tidak ada anggun anggunnya sama sekali.
” Kau sendiri kenapa semakin terlihat tua saja.” Ayolah, aku mempunyai tinggi yang rata rata perempuan Asia. Yaitu 162 cm, beda 3 cm dengan Meisya yang 165 cm. Tapi kenapa dia selalu bilang aku kecil sih, apa karena wajahku yang babyface ini dan tubuhku yang kurus.
” Kurang ajar, gimana petualangan lo. Gue udah beli semua buku Lo, dan btw gue jadi CEO di tempat penerbitan Lo. Hehe…” Meisya adalah anak dari penerbit yang pamanku kenalkan dulu, semenjak itu kami bersahabat dan terus berkomunikasi meski jarak memisahkan kita.
” Tentu saja, kau kan anaknya. Mana mungkin kau akan menjadi pegawai biasa di perusahaan dirimu sendiri.” Dia merebut koperku, menarikku untuk cepat cepat.
” Ya, kau memang benar. Ayo kita ke apartemen, aku tidak sabar membongkar oleh oleh darimu.” Dasar Meisya, dia hanya memikirkan hal itu.
……
Sudah seminggu aku tinggal disini, aku kesini karena permintaan Meisya. Dia ingin membatalkan perjodohan yang terjadi antara dia dengan anak pertama keluarga Arzanov pengusaha yang berkuasa di Asia . Dia mengatakan dia menyukai adiknya yang setahun lebih tua dari kami.
Aku setuju saja, karena ini akan menjadi inspirasi untuk buku baruku.
Aku sudah janjian dengan Meisya di club, dia mengatakan ada pesta disana. Dengan gaun malam berwarna hitam tanpa lengan. Aku memasuki club Ter elite di kota ini.
Aku duduk di depan bartender, ku edarkan pandanganku hingga mengunci satu tempat di lantai 2 yang kebetulan terlihat dari tempat dudukku. Meisya disana, dia bersikap angkuh duduk di apit 2 pria yang terlihat mirip.
Dia pria itu tidak terlalu tertarik dengan lingkungan ini. Tapi pria yang lebih muda seperti waspada akan keadaan sekitar, sesekali dia menatap Meisya dan saat Meisya menatapnya dia seakan tak perduli.
” Antarkan pesanan ini ke orang orang yang duduk di lantai dua.” Seru bartender pada seorang pelayan.
” Aku saja, aku kenal mereka. Ini untuk kalian” aku mengeluarkan uang satu juta di meja, dan membawa pesanan ke atas.
Sejak aku melangkah di lantai 2 ini, pria calon tunangan Meisya terus menatapku dengan pandangan kelam.
” Ini pesanan anda, tuan tuan.” Ku letakkan minuman mereka di meja, lalu kembali berjalan menuruni tangga. Aku duduk lagi di tempat ku semula, dan melihat ke atas. Ternyata orang itu menatapku juga, aku lemparkan senyuman padanya.
Xavier Lucius Arzanov, dia berumur 34 tahun. Pengusaha sukses di Asia dan sedang merambah ke Eropa. Adiknya Xander Theodore Arzanov, 27 tahun. Dia memegang beberapa perusahaan di Asia, membantu kakaknya.
Pria itu turun, lalu duduk di sisiku. Dia seperti predator yang mengintai mangsanya, mereka berdua terkenal dengan sifat playboy mereka. Tapi aku tahu, hati Xander sudah bertaut kepada Meisya.
” Apa anda ingin yang lain tuan, anda cukup memanggil pelayan. Tidak harus turun kesini.” Aku memainkan gelasku yang berisi tequila, setelah menoleh menatapnya.
” Kau bukan pelayan disini, tapi kenapa kau mengantarkan minuman ku??” Tanya Xavier dengan wajah dinginnya.
” Karena aku tertarik denganmu, pengusaha muda yang sangat populer.” Aku memandanginya dengan intens, dia tidak berkata apa-apa. Hanya meraih pinggangku hingga tubuhku di peluk olehnya.
” Kau merayuku, padahal kau masih ingusan. Berani sekali anak kecil seperti dirimu mencoba menggodaku.” Oh ayolah, kenapa aku selalu di anggap sebagai anak kecil.
” Karena om tampan, kalo om yang bantu aku untuk tumbuh dewasa. Aku pasti akan bahagia.” Ku genggam tangannya dan mengarahkannya ke dadaku yang tidak memakai bra di dalam gaun tanpa lengan ini. Xavier meremas dadaku, lalu mencium bibirku. Seseorang di ujung sana sudah siap dengan kameranya, Xavier perlu dengan keluarga Meisya agar bisa membangun perusahaan nya disini. Sejak 6 bulan lalu dia sudah tidak terlihat bersama wanita, sebagai salah satu syarat dari perjodohan mereka. Tapi hanya dengan rayuan kecil, dia sudah melupakan hal penting yang dia usahakan. Sungguh tragis, dia terlalu terlena oleh wanita.
” Om terlalu sempurna, aku tidak bisa bersama om. Aku takut nanti om tinggalkan setelah om dapat yang om mau.” Ku dorong dirinya hingga terjatuh dari kursi. Dia terperangah karena dorongan ku.
” Lagipula aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan.” Xavier terkekeh, dia mengelap bibirnya dan menatapku geli.
” Kau selalu begini, aku selalu penasaran seperti apa wanita yang di bicarakan oleh kedua sepupuku. Hanya dengan Mendengar cerita dan photo mereka tentangmu, aku selalu bergairah. Dan akhirnya aku bisa bertemu denganmu, lalu memuaskan rasa penasaranku.” Aku menyipitkan mataku karena tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Aku mulai melangkah meninggalkan dia yang sepertinya sudah gila.
” Aprhodite….” aku langsung berbalik saat mendengar dia mengatakan hal itu dengan keras.
” Daniella, dan Edwin Hubble. Apa kau ingat mereka.” Dia mengingatkan tentang dua orang yang pernah ku tolong, lebih tepatnya aku yang mencampuri urusan mereka. Edwin Hubble yang memiliki kekasih yang selalu berselingkuh di Sidney, dan menjadi inspirasi untuk buku ku yang ke 10.
Lalu Daniella, gadis malang yang memiliki tunangan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dia menjadi inspirasi buku ku yang ke 20 saat aku berada di Paris.
” Mereka mencari dirimu, tapi ternyata kau menghampiri aku dengan sendirinya.” Ku putar bola mataku jengah karena seringainya.
” Tentu saja aku akan menghampiri seseorang yang bisa membuatku mendapatkan inspirasi untukku menulis. Aku tidak akan sembarangan menghampiri orang, jika orang itu tidak menarik.” Ku berikan senyum manis ku padanya dan meninggalkan dia.
asyca mate : perlahan bangkit
30 Agustus 2019 in Vitamins Blog
” Angel, dari sini kau kemana???” Marsya teman baikku semasa kuliah menanyakan hal yang tentunya tidak perlu di pertanyakan lagi. Pastinya, aku akan langsung bekerja di caffe sebrang kampus. Aku yang anak yatim piatu harus bisa cari uang sendiri saat usiaku mulai menginjak usia 13 tahun. Tidak ada yang mau menjadi teman sekamarku di panti, mereka menyebutku anak aneh. Aku pun akhirnya harus berbagi tempat tidur di gudang bersama perabotan yang tidak berguna di sana.
Makanan pun mereka selalu mengakhirkan aku. Di umur ke 13 aku yang berjalan tidak tentu arah karena kelaparan dan pulang sekolah terdiam di depan caffe ini. Aku mengagumi kampus ini, aku begitu berhasrat ingin masuk ke perguruan tinggi disini.
” kau punya cit-cita yang tinggi. Apa otakmu bisa sampai jika kau sendiri sepertinya tidak punya uang dan kelaparan.” Ungkap seorang perempuan dewasa dengan pasangannya di belakangnya.
” kau meragukan aku, walau aku miskin dan hidup di panti asuhan. Hanya bermodalkan kepala ini aku sudah di bangku SHS dan sebentar lagi akanmasuk universitas ini.
” siapa namamu anak cerdas???” Tanya pasangan wanita itu.
“Angelucia artde Gellwyn paman.” Jawabku lugas.
Paman ituterperanjat, dia menatapku terus.
” Kau tinggallahbersama kami di caffe ini. Akan ku biayai sekolahmu, jadi pulanglah besok kau bekerja disini.” Paman Sam berlalu.
Itulah awal mula aku bisa berada disini, aku yang susah dulu kini bersyukur bisa seperti ini berkat mereka.
……………………….
” Lucia ayo bantu aunt, hari ini banyaksekali pelanggan yang datang. Kau layanilah meja pojok itu.” Tutur aunt Gritte padaku yang baru berganti pakaian.
Ku ambil buku catatan buku menu dan pulpen untukmenuliskan pesanan.
” Permisi,apa ada yang ingin di pesan tuan.??” Tanyaku sesopan mungkin.
” aku pesan …”
” mine…”
” maaf tuan bisa di ulangi.” Aku tau dari jas yang mereka pakai, mereka adalah orang kaya. Tapi sungguh aku tidak mengerti, saat mereka akan menyebutkan pesanan. Orang paling pojok itu bicara, dan semua orang di meja langsung terdiam tak jadi pesan.
“kami pesan yang paling di minati disini saja untuk kami semua” orang yang duduk di dekat pria yang paling menonjol diantara mereka mengambil alih pesanan.
” Pesanan akan segera kami antarkan, mohon tunggu sebentar.” Aku membawa catatan ku untuk ku bawa ke belakang.
” Mine…. ummmhhh….. melati yang harum sekali” aku terpernjat kaget. Karena pria itu ada di depanku dalam sekejap. Ditambah tangannya memeluk pinggang ku dan wajahnya menyusup ke ceruk leherku.
” Maaf tuan, bisakah anda lepaskan pelayan saya. Dia sedang bekerja” paman Sam mencoba berbicara pada pria yang sedang memelukku, tapi pria ini malah mengeratkan pelukannya.
” Wahhhh…. ada serigala ya. Sedang apa kau di wilayahku” beberapa pria perlente masuk ke caffe, mereka langsung saling berhadapan bersiap untuk saling hantam.
” kau sendiri, sedang apa disini. Kau bangun karena kelaparan eh…” ejek pria yang memelukku itu.
” owhhh… serigala peliharaanku. Apa kabarmu bung” kata kata yang terlontar dari pria yang baru datang itu sungguh menggelikan. Tapi pria itu berucap dengan wajah datar tanpa ekspresi. Hingga terlihat menakutkan.
” Dan kau majikan tak tau diri, meninggalkanku begitu saja di tempat antah berantah” decak pria satunya, tapi dia membungkuk memberi hormat di sela celaannya.
” Ku terima hormat mu, dan alangkah baiknya. Kau bebaskan dia, dia bukan milikmu Gultom” pria baru itu dengan mudahnya memerintah pria di sampingku, meski seakan tidak rela dia tetap melepaskan aku.
” terimakasih karena kau melepaskan mateku” dia menyeringai, aku sungguh ketakutan. Aku yang berancang-ancang lari, hanya diam terpaku . Entah mengapa, kakiku tidak bisa digerakkan sama sekali.
Married life 5a
9 September 2018 in Vitamins Blog
Aku heran, setelah aku keluar dari rumah sakit. Aku melihat Neo yang babak belur, walau kini terlihat samar-samar. Tapi aku yakin, dia sudah dipukuli dan tidak melawan.
” Kalian sedang apa???” Luca dan Zian sedang mengotak Atik komputer mereka yang sepertinya bermasalah.
” Bu bos, ini tiba tiba kena virus. Kita sedang memperbaikinya, untung di komputer ini tidak ada data rahasia.” Ungkap Zian yang dari tadi mengotak atiknya.
” Minggir, biar saya yang coba” ku cabut USB yang terpasang di CPU, lalu memasukan serangkaian sandi dan data untuk menghapus virus dengan cepat.
” USB nya mengandung virus, selama kalian masih menghubungkan USB ini dengan komputer. Maka virus ini tidak akan bisa terhapus. ” Luca dan Zian menatapku tanpa berkedip hingga aku merasa aneh dengan tingkah mereka.
” Sedang apa kalian???” Regio datang dengan yang lainnya, dia baru pulang dari kerjanya sebagai polisi.
” Pak bos, punya kenalan atau kembaran Bu bos tidak!!!. Kalau ada, saya mau.” Seru Luca yang mendapatkan tatapan dingin Regio.
” Sayangnya kalian gak akan menemukan wanita seperti saya. Karena saya limited edition” aku tersenyum jahil pada mereka, lalu menghampiri Regio untuk bergelayut manja di tangannya.
” Lucia Aimee…. ” Teriakan seseorang yang sangat nyaring membuat kami berlari ke depan, hingga kami menemukan beberapa orang dengan banyak barang berdiri di halaman.
” Kami tidak menerima, pengemis, pengungsi apalagi peminta minta. Silahkan pergi dari rumah saya.” Ku putar bola mataku, lalu kembali ke dalam tanpa menghiraukan mereka yang sepertinya akan meledak sebentar lagi.
” Lucia…… Are you crazy….. Lo ngusir kita dari rumah kita, dan sekarang Lo nggak mau tanggung jawab” mereka sungguh mengganggu, meski begitu aku membutuhkan mereka berada di sampingku.
” Mas, apa masih ada kamar disini. Kasian gelandangan ini tidak punya tempat tinggal, kalau tidak keberatan. Mereka bisa bekerja disini sebagai pembantu, atau pegawai di caffe ku.” Ku pandangi Regio dengan pandangan memohon, dia tersenyum dan mengelus rambutku.
” Tentu, tapi apa kamu mengenal mereka??” Tanya Regio yang penasaran dengan mereka.
” Ester Hamada, dan Han Yoona. Mereka temanku yang menyewa rumahku, tapi sudah 4 bulan mereka menunggak pembayaran. Tante menagih uangnya, mungkin dia mengusir mereka. Aku tidak tahu pasti, yang pasti mereka yatim piatu sama seperti aku.” Aku mengungkapkan sedikit identitas mereka pada Regio yang didengarkan oleh semua orang.
” Ya sudah, mereka bisa tinggal di faviliun bersama yang lain. Kalau tidak salah masih ada kamar kosong disana. Dieza tolong antarkan mereka ke faviliun.” Regio adalah sosok orang yang sangat baik, hingga mudah untuk di bodoh oleh musuh. Contohnya adalah, diantara anak buahnya terdapat mata mata yang mengancam usahanya. Entah karena tidak menyadari, atau sengaja untuk mengasuh mata mata musuh. Sebagai seorang detektif, dia pastinya sudah tau jika di dalam anggotanya ada penyusup.
” Nyonya muda, oleh oleh.” Yoona melemparkan sebuah paket padaku, kemudian dia duduk di kursi dengan gayanya yang sembrono. Dia memang sangat tidak sopan, tapi dia adalah salah satu kartuku yang berharga.
” Gue nyonya di rumah ini, jaga sikap Lo kalo Lo gak mau gue usir dari sini.” Aku berucap sinis padanya, aster dan Yoona adalah saudara dari ibu yang kembar. Ibu mereka yang satu menikahi orang Jepang, satunya lagi orang korea. Ibu mereka sama dengan Tante Karina, tapi mereka harus pergi dalam sebuah tragedi yang sama dengan orang tuaku. Hingga kami di besarkan bersama, walau lebih banyak aku di besarkan oleh Tante Karina. Mereka di ambil dari keluarga mereka saat mereka berumur 10 tahun. Ester sendiri di besarkan pertama kali di lingkungan Yakuza, sedangkan Yoona di panti asuhan. Melihat lingkungan mereka sebelumnya, seharusnya Ester lah yang memiliki sifat tak tahu malu. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Ester lah yang paling pendiam dan selalu bersikap anggun dalam segala hal.
” Yoona, bersikap yang baik lah. Kita sedang menumpang di rumahnya, kita tidak boleh membuatnya marah. Karena kita tidak punya tujuan lain, selain bergantung pada aimee…” Ester memang yang terbaik dalam mengatur Yoona. Tidak ada orang yang sanggup menangani Yoona selain Ester.
” Jaga dia, gue gak mau ada kekacauan disini karena ulahnya. Sekarang, bantuin gue masak buat semua orang” Regio meletakan tangannya di pinggangku, dia menatapku heran karena titahku.
” Mereka baru sampai sayang, tidakkah kamu biarkan mereka untuk beristirahat dulu.” Regio terlihat kasian pada mereka, yang sebenarnya juga aku kasihan.
” Baiklah, karena mood ku sedang tidak baik karena kedatangan mereka. Maka kamu yang masak, biarkan mereka beristirahat sebagai ganti kamu yang ingin aku suruh istirahat.” Aku harus menunjukkan sikap anti terhadap mereka, karena aku ingin membangun chemistry permusuhan dengan mereka di tengah tengah orang orang ini.
” Tidak apa apa, kami baik baik saja. Di terima disini saja kami sudah berterima kasih. Kalau begitu bisa kalian tunjukan dimana dapurnya. ” Ester menengahi keadaan kami, dia benar benar bisa diandalkan. Aku pun menarik kerah pakaian Regio dan membawanya ke dalam kamar kami.
” Ada apa???” Regio mengerutkan keningnya tanda dia kebingungan sekarang.
” Mandi, mas kelihatan capek. Biarkan mereka berkenalan dengan anak anak yang lain. ” Aku sudah membicarakan hal ini padanya, jika aku akan membawa 2 orang sahabatku untuk menjagaku disini. Regio juga Daddy sudah menyetujui hal ini, karena mengkhawatirkan keadaan ku.
“Mas pengennya dimandiin sama kamu” Regio mulai menggodaku, entah darimana dia mempelajari hal hal yang membuat aku tersipu malu.
……
Setelah beristirahat, aku keluar dari kamar jam 7 saat makan malam. Semua makanan sudah tertata rapi di meja makan. Terlihat acak acakan penyajian makanan ini, menandakan jika yang memasak adalah Ester seorang. Jika yang memasak Yoona, dia tidak akan secara asal meletakan hidangan. Dia akan mempercantiknya, walau akhirnya itu akan di makan juga. Rasa makanannya sama enaknya, tapi yang membedakan mereka adalah dari cara penyajiannya.
” Wah rasanya enak, walau lebih enak buatan Bu bos.” Puji Vero pada mereka yang berakhir pujian untukku.
Married life : 5
7 Maret 2018 in Vitamins Blog
Sebulan sudah mereka hidup bersamaku, tidak ada hal yang mencurigakan. Dan tidak ada kemajuan yang berarti dalam kasus pengeboman markas mereka. Mereka seolah buntu, tidak menemukan jejak sedikitpun saking rapinya si penjahat dalam menjalankan aksinya.
Perhatianku tertuju pada Neo, yang terlalu sempurna di mataku. Dan apa aku harus bilang, jika aku mengenal wajahnya dulu.
” Akhh….” Aku terpeleset hingga berguling-guling di tangga yang untungnya tinggal 10 anak tangga lagi menuju ke bawah. Semua orang entah kemana, yang menghampiri ku adalah Neo.
” Anda tidak apa apa Bu bos” tanya Neo dengan nada kaku. Aku hanya bisa melotot, karena dadaku sesak dan tubuhku lemas semua.
” Ada apa ini??? Ai kamu kenapa???” Regio datang menghampiri ku, dan langsung menggendong ku ke mobil, yang lagi lagi di bawa ke rumah sakit.
” Kaki kamu retak, ceroboh banget Sich.” Decak Regio, yang marah melihatku terluka lagi.
” Maaf, aku lagi banyak pikiran. Soalnya Tante Karina menghilang, dia tidak bisa di hubungi sama sekali” ku ungkapkan kegelisahan ku pada Regio, dia pun terlihat berfikir dan menghela napas.
” 2 Minggu lalu, Tante Karina memberiku voice mail. Badai di sungai yang tenang. Dan setelah itu, aku tidak bisa menghubungi dia.” Kode merah, voice mail itu adalah kode merah untuk seluruh anggota. Agar melarikan diri, juga menghapus dan mengunci seluruh data untuk kerahasiaan GOLDROSES. tapi kenapa aku tidak mendapatkan kode itu, yang artinya aku yang di tumbalkan oleh Tante Karina untuk menjadi buruan si badai.
” Aku mau pulang, mas… Please…” Aku merengek pada Regio untuk di pulangkan segera.
” Ngga, sampai kaki kamu pulih. Kamu akan tetap disini, juga tenang saja. Anak anak akan bergantian menjaga kamu. Juga para bawahan Daddy ikut menjaga kamu” tegas Regio.
” Terserah, but i Love you hubby” aku menyembunyikan wajahku yang memerah, karena ini pertama kalinya aku mengatakan itu. Tak berapa lama ku rasakan Regio yang ikut berbaring bersamaku di ranjang sempit ini.
” Katakan lagi, aku merasa itu hanya halusinasi ku saja.” Pinta Regio.
” Tidak ada siaran ulang, aku malu.” Cicit ku di dalam selimut.
” I love you so much too, ai” suamiku membuka selimut yang menutupi wajahku yang merah, dengan lembut dia menciumku penuh perasaan.
” Ekhem….” Dehem seseorang yang bikin aku kembali menutup wajahku dengan selimut.
” Dia sedang sakit son, tahan sedikit gairahmu itu. Aku tau kau ingin segera menimang anak, tapi ini di rumah sakit.” Daddy berkata begitu frontal, aku benar-benar malu.
Setelah beberapa lama, Regio di usir secara halus oleh Daddy dengan dalih kami lapar.
” Daddy sudah menempatkan beberapa orang Daddy di rumahmu, juga di antara suster dan dokter juga para penjaga di sini untuk keselamatanmu. Atas perintah Tante mu.” Dan benar saja apa yang aku duga, Tante Karin membuatku menjadi target utama.
” Selama 2 tahun ini, mereka menyerang hanya untuk mencarimu. Dan tantemu tidak tau, apa yang kau lakukan hingga ada orang yang terobsesi denganmu. Dia menyerah, dan kini kamu tanggung jawab kami. Sebagai menantu kami.” Ungkap Daddy yang membuatku terharu.
” Terimakasih Daddy, maaf aku hanya bisa membuat masalah saja.” Daddy memelukku, dia menatapku dengan kasih sayang.
” Orang tuamu menyelamatkan hidup Daddy dahulu, dan kau saat ini adalah bagian dari keluarga kami. Sudah sepantasnya kami melindungimu layaknya keluarga. ” Ku balas pelukannya, untuk ucapan terimakasih ku.
” Daddy,,,, dia milikku.” Regio ternyata sudah datang dan terlihat kesal karena aku di peluk oleh Daddy.
Aku dan Daddy tertawa karena kekonyolan seorang Regio dengan tubuh kekarnya.
” Cemburuan sekali, ya sudah Daddy pulang dulu. Semoga lekas sembuh.” Doa Daddy sebelum dia pulang.
“Makan lah, aku tau kamu ngga suka makanan rumah sakit.” Regio menyuapiku dan dirinya sendiri hingga makanan itu habis.
Saat memikirkan nasibku sekarang, aku teringat temanku di Italia. Apa kabar dia sekarang??? Apa dia sudah menikah atau belum. Sepertinya aku harus menghubungi dia, untuk meminta sedikit bantuan.
Married life: 4A
22 Desember 2017 in Vitamins Blog
Setelah melayani suamiku makan, aku kembali ke ruang kerjaku. Membiarkan mereka berbuat semaunya di rumah ini, yang penting nggak ganggu wilayah kamar dan tempat kerjaku.
” Untuk sementara mereka tinggal disini, sambil jaga kamu juga. Kamu gak keberatan kan ai” tanya suamiku yang baru bertanya setelah semua barang barang mereka pindah ke rumah ini.
” Kamu nanya aku buat apa??? Toh kamu udah masukin mereka ke rumah kamu. Aku mah apa atuh, gak perlu ngerasa gak enak sama aku mah.” Aku melengos ke kamar yang diikuti olehnya.
” Maaf aku gak diskusikan dulu sama kamu, aku gak tau harus mindahin. Kemana, karena yang aman cuma rumah ini.” Dia memelukku dan mengecup keningku lembut.
” Serasa gak di hargain, padahal aku lagi belajar jadi istri yang baik buat kamu. Tapi kamunya gitu.” Aku mencoba melepaskan pelukannya yang nyaman banget, tapi lagi lagi karena kekuatan yang tentunya beda banget. Bukannya lepas malah makin erat.
” Jangan marah ai… Love you…” Dia memegangi leherku, lalu dia melumat bibirku dengan lembut dan perlahan.
” Akh… Mata gue….” Seru Ribka yang aku kira sudah pulang.
” Kamu ganggu Abang adja, pulang sana.” Seru suamiku kesal.
” Kamu juga gak kira kira, nyium aku di sini. Kan kita gak tinggal berdua lagi.” Aku berniat meninggalkan dia untuk ke kamar, tapi tertarik olehnya hingga didudukan di meja makan.
” Makan, kamu dari tadi siang belum makan.” Orang orang disana pada mencar setelah mengambil makanan. Kayaknya mereka segan sama aku, karena perkataan ku tadi.
” Aku gak suka ada orang yang makan keluar dari wilayah meja makan, ngerusak pemandangan adja. Besok kamu ganti meja makannya sama yang lebih besar dan banyak kursinya. Supaya mereka gak berkeliaran ke seluruh penjuru rumah pas makan” aku dengan cuek mengatakan hal itu, Regio sendiri malah tersenyum dan mencium bibirku sekilas.
” Thanks ai… Suapin dong” ungkap Regio, dia dengan wajah konyol memintaku menyuapinya. Aku terkekeh dan dengan sigap menyuapinya.
” Kalian lagi ngapain?? Duduk. Kalo yang ngga kebagian ya di bawah dulu. Besok saya beliin meja yang muat buat kita semua, sebelum nyonya marah dan ngusir kita.” Orang orang yang salah tingkah itu pun duduk di meja dan di lantai.
” Cuci masing masing ya, habis memakai perabotan langsung cuci. Jangan biarkan menumpuk gitu, kalian itu jorok banget Sich.” Omel ku karena melihat dapurku sangat berantakan.
” Gini dech, karena aku suka rumah yang bersih. Aku mau kalian bersihkan apapun yang sudah kalian pakai atau tempati, bukan untuk aku sendiri. Tapi untuk kenyamanan kita bersama, karena bersih lebih enak di lihatnya daripada kayak gitu. Ngerusak mood makan tau nggak.” Omel ku pada semuanya
” Siap bos.” Ungkap mereka.
” Bagus, kalian tinggal di sini. Jadi ikutin peraturan tidak tertulis disini. Dan kalo mau nyimpen Snack jangan di mana saja. Lemari pojok tempat snack. Kalian bisa ambil atau Pake nyimpen Snack kalian di sana.” Tunjukku ke tempat snackku .
” Guys… dia Lucia aimee.. istriku dan sayang. Dia Neo, Luca , Gladieza, Zian dan Vero. Yang terbaru Annette… ” Regio memperkenalkan mereka padaku, dan yang terakhir membuatku menatap lama.
” Aku rasa ini menyenangkan, mempunyai banyak orang yang bisa ku pekerjakan di rumah.” Aku tersenyum manis pada mereka yang bergidik ngeri.
” Kamu duluan tidur ya, aku harus meeting dulu bersama mereka.” Regio menyuruhku untuk ke kamar, karena penasaran aku malah mengambil Snack dan ikut masuk ke ruangannya.
” Aku tidak akan mengganggu, aku hanya ingin tau. Lanjutkan saja.” Aku bermain dengan hpku dan mendengarkan rencana mereka untuk menangkap pelaku pengeboman di markas mereka. Yang menurutku akan gagal total, karena aku merasa ada orang dalam yang terlibat di dalamnya.
” Aku ingin bicara dengan Anne.. tinggalkan kami berdua.” Titah ku pada mereka.
” Kau mengenalnya???” Tanya Regio yang sepenasaran itu.
” Tidak, tapi aku tidak suka dandanannya yang seolah merayu kamu.” Ketusku.
” Jangan mendiskriminasi dia ya.” Regio mencium keningku dan meninggalkan kami berdua.
” Jadilah anak baik, dan terima saja kau jadi tumbalku.” Dia tersenyum padaku.
” Sejak kapan kau tak menjadikan kami tumbal, kau itu seperti mendendam pada kami. Meski niatmu tak pernah kami pahami awalnya. Kau sulit di tebak Miss. A. Tapi aku terima, karena itu pasti sesuatu yang baik akhirnya.” Jawaban Annette membuatku tersenyum lebar. Aku tau, dia salah satu orang yang bisa aku andalkan.
“Tapi jangan goda suamiku.” Ancam ku.
” Baik Miss.” Aku keluar dari ruangan dan menggandeng Regio yang berdiri di depan pintu.
” Istirahat lah, kalian pasti lelah. ”
Ku rebahkan tubuhku di ranjang kami, dengan santai Regio ikut berbaring di sisiku.
” Aku ingin menimang anak” bisikku pada Regio tanpa malu malu.
” Agresif sekali.” Decak Regio yang langsung merengkuhku .
…………………………
Siang ini meja makan sudah tiba, aku menata masakan di meja untuk kami semua. Mereka sangat canggung di depanku, terlihat dari canggungnya mereka duduk di meja makan.
” Jangan begitu, anggap saja rumah sendiri. Aku cerewet karena sudah menganggap kalian bagian dari rumah ini. Jangan jaim, karena aku bukan orang yang mudah di bohongi dengan sikap kalian. Jadilah diri kalian sendiri. Ayo makan.” Mereka akhirnya rileks dan mulai menyantap masakan ku.
” Mbak Lucia, makanannya enak banget. Makasih mbak.” Ungkap Gladieza.
” Tentu saja, aku belajar dengan chef terkenal dulu.” Jawabku acuh. Aku sungguh berharap ini hanya intuisi ku saja, jika diantara mereka sedang menggali informasi mendalam untuk seseorang di luar sana. Jika ya, dia begitu berani masuk ke arenaku untuk mengobrak abrik wilayahku.
Married life: 4
18 November 2017 in Vitamins Blog
Keluar dari rumah sakit, aku terkurung di rumah. Banyak petugas dari kepolisian dan anak buah ayah Leones yang menjaga rumah kami. Bukannya tidak bersyukur aku sangat di jaga oleh mereka, tapi aku sungguh bosan terkurung disini selama seminggu tanpa tau bagaimana caffeku.
” Mbak… Dimana???” Seru si bungsu Ribka, yang tiap hari mampir ke rumah untuk numpang makan.
Tidak ku hiraukan seruan Ribka yang kini tidak terdengar lagi, pastinya dia sedang makan makanan yang memang sudah ku siapkan supaya dia tidak mengganggu aku.
“Ai… Ai.. ” suara Regio mengagetkan aku, buru buru aku keluar dari ruang kerjaku.
Dari lantai atas ini, aku lihat banyak orang berbaju hitam yang mindahin barang barang ke dalam rumahku.
” Emang kantor kamu pindah ke rumah kita ya??” Aku bersandar di pembatas lantai, memperhatikan orang yang lalu lalang di bawah.
” Markas kami kena bom, tadi malam. Untuk sementara, para secret Eagle akan bekerja di sini.” Jawab Regio yang menghampiriku.
” Secret Eagle??? Apa itu??” Tanyaku penasaran.
” Secret agent milikku, salah satu markas kami di serang. Dan untung saja, barang barang rahasia masih aman. Jadi untuk sementara, kami beroperasi disini.” Tutur Regio.
” Kok kuno banget ya perangkat komputer kalian” aku turun ke ruang makan, disana sudah ada beberapa orang yang ikut makan bersama dengan Ribka. Mereka malahan saling rebutan makanan.
” Anggota kamu bar bar amat, makanan adja Ampe rebutan gitu.” Komentarku, orang orang yang berebut dan makan itu terdiam tidak enak.
” Kamu mau makan apa???” Tanyaku pada Regio.
” Apa saja, yang penting kamu yang masak.” Jawab Regio.
” Aku masakin telur adja yah, yang penting kan aku yang masak.” Ku keluarkan sebutir telur dan memperlihatkan nya pada Regio.
” Terserah, di kasih nasi adja juga gak papa.” Tambah Regio.
” Tapi aku males, untung aku masak banyak. Dan tempat nyimpen makanannya, untung Ribka gak tau tempatnya. Jadi gak di habisin.”
Married life : 3
16 November 2017 in Vitamins Blog
Regio beserta polisi di tempat, sebagian melakukan pengejaran dan sebagian olah TKP. Jalan ini pun di tutup untuk umum agar bisa steril saat di lakukan pemeriksaan.
” Mas, laptop aku. Itu penting banget, kalo jatuh ke tangan yang salah 1 dunia bisa perang.” Aku menghampiri Regio yang sedang memerintahkan bawahannya.
” Aku bilang kamu harus ke rumah sakit, Tika. Tolong bawa istri saya ke rumah sakit.” Regio tidak menggubris perkataan ku, dia malah memanggil salah satu polwan disini.
” Ini udah di obati tadi, lagian lukanya cuman sedikit. Mas, please… Laptop aku.” Rengek ku.
” Nanti aku cari, kamu harus ke rumah sakit sekarang.” Keukeuh Regio.
” Kalo kamu lupa, lewat laptop aku lho aku tau kalo tadi itu bom. Ya… Terserah Sich, kalo jatuh ke orang jahat atau tukang korupsi. Satu negara ini akan krisis. Dan perang dimana mana” gerutuku, dengan terpincang-pincang menjauhi Regio.
” Cari laptop yang jatuh di aspal itu, jangan sampai kita kehilangannya laptop itu.” Seru Regio yang baru mencerna kecemasanku.
” Masuk ke mobil, aku gak mau kamu terlibat lebih jauh.” Bisik Regio.
” Ini Ndan, emang apa isinya Ndan?? Itu kan barang bukti di lokasi.” Richard yang membawa laptopku langsung ku rebut.
” Kamu sudah memberikan laptop ini ke petugas barang bukti belum??” Tanya Regio.
” Belum Ndan, saya juga baru Nemu barusan. Kenapa emangnya??” Tanya Richard penasaran.
” Disana banyak photo saya dan istri saya yang nggak perlu semua orang tau. Terimakasih kalau kamu mau tutup mulut tentang laptop ini ” aku di papah ke mobil oleh Regio, tak lama ayah mertua datang dengan beberapa bodyguard nya juga tangan kanannya. Di tambah adik Regio yang kedua, yaitu Gibraltar.
” Kakak ipar gak papa???” Tanya Gie yang kawatir banget.
” Apa kamu tidak lihat, dia terluka. Ayo masuk nak, kita ke rumah sakit untuk mengetahui seberapa parah lukamu.” Ajak ayah Leones.
” Aku baik baik saja, tidak perlu ke rumah sakit ayah.” Tolak ku.
” Tidak” aku di bentak oleh 3 pria di sekeliling ku. Mereka terlihat marah, juga khawatir yang akhirnya membuat aku pasrah.
” Ayah, tolong jaga dia. Aku takut dia jadi incaran penjahat yang lainnya, dan kamu. Kita akan bicara nanti.” Regio pergi setelah mengecup kening ku.
Aku sendiri harus pasrah di bawa ke rumah sakit oleh mereka. Tiba di sana, beberapa dokter ahli sudah berjejer menungguku.
” Ini berlebihan ayah” protes ku.
” Tidak ada yang berlebihan untuk keselamatan keluarga Eaglynd Jadi jangan protes.” Tegas ayah Leones.
Seluruh rangkaian pemeriksaan fisik dilakukan, aku hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan para dokter untuk memuaskan rasa penasaran mereka.
” Aku senang kamu baik baik adja,” hampir jam 2 malam, bisikan Regio membangunkan aku yang memang sangat sensitif.
” Aku, bangunin kamu ya. Tidur lagi.” Regio masih memakai seragam dinasnya, dia terlihat sangat kelelahan.
” Aku kan udah bilang, aku baik baik adja. Dan gak perlu sampai menginap seperti ini.” Protes ku pada Regio.
” Tapi kami khawatir, tolong mengerti.” Regio berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Keluar dari sana, dia terlihat lebih fresh meski wajahnya masih menunjukkan kelelahan.
” Tidur lah,” Regio mengecup keningku, dia sepertinya ingin tidur di sofa.
” Disini adja, aku mau di peluk.” Pintaku yang tidak tega melihat dia tidur di sofa.
” Ranjangnya sempit, aku takut menyakiti kamu.” Tolak Regio.
” Tidak, ini lumayan lebar. Masih banyak space yang kosong. Ayolah…. Aku ingin tidur di peluk.” Rengek ku.
” Baik nyonya, laksanakan.” Akhirnya Regio mau naik ke ranjang ku yang memang lumayan lebar. Cukup muat untuk dua orang meski berdempetan.
” Tidurlah, kita bicara di rumah besok.” Kami berdua pun akhirnya terlelap.
” Mbakkk…. Upps…” Suara cempreng si bungsu Eaglynd membangunkan aku.
” Mas, udah siang.” Aku yakin saat ini, Regio sudah terlambat untuk masuk kerja.
” Terimakasih , tidurku sangat nyenyak.” Regio mengecup bibirku dengan sedikit lumayan.
” Akh ya ampun…. Mataku ternoda.” Jerit si bungsu.
” Berisik, antarkan mbak mu ke rumah. Abang harus kerja,” setelah semalaman aku di rawat di sini, akhirnya aku bisa pulang.
” Siap Ndan, laksanakan.”
Married life : 2
10 November 2017 in Vitamins Blog
Aku di bawa Regio ke ruangannya, dia mendudukkan ku di kursi depan kursi kebanggaannya.
” Kamu gak kasian sama mbak Miranda yang melas banget tadi???” Tanyaku penasaran.
” Aku malah kasian sama kamu, yang selalu ngasihani orang yang suka sama aku. Aku malah ngerasa aku nggak berarti buat kamu, karena keacuhan kamu.” Jawab Regio menohok hatiku.
” Emangnya aku harus gimana?? Aku nggak ngerti harus ngapain setelah kira nikah saat ini.” Ku buka bungkus nasi Padangnya, ku ambil sendok plastiknya. Dan menyuapkan satu sendok nasi ke Regio.
” Hidup aku dari dulu selalu berkutat dalam sekolah, dan memasak. Aku pun tidak tau seperti apa sebuah keluarga” aku ikut makan, karena wanginya tercium enak.
“Belajarlah mengurusku, dan belajar mencintaiku. Seperti aku yang tergila-gila padamu.” Ku suapkan lagi sesendok nasi Padang itu ke mulut Regio. Aku tidak bisa berkata-kata lagi, dan memilih diam.
” Aku antar ke caffe. Sekalian aku ada razia di daerah sana” selesai makan, Regio melingkarkan tangan kanannya di pinggangku. Kami berjalan bersama keluar ruangan.
” Bobby, ajak yang lainnnya yang akan operasi pakai mobil patroli. Saya akan pakai mobil saya sendiri sekalian nganterin nyonya Eaglynd pulang.” Regio memperkenalkan aku tanpa basa basi ke teman temannya. Aku sungguh malu, melihat beragam reaksi mereka dan tidak enak pada mbak Miranda yang kebetulan lewat.
” Jadi beneran komandan udah nikah, kirain cuma hoax. Selamat ya komandan, istrinya cantik banget.” Seru pak polisi di pojok.
” Yah, padahal tadi mau minta nomernya. Buat dijadiin calon, ternyata udah taken. Sama bis lagi. Tapi nyonya komandan kalo khilaf, lupa sama komandan. Inget saya ya, saya bersedia jadi pengganti nya.” Regio langsung melemparkan pajangan di meja depan ke pada polisi yang ngomong itu, yang untungnya bisa dihindari olehnya.
” Galak banget si Ndan orang cuma bercanda, gak dapet jatah ya dari kemaren.” Gerutu orang itu.
” Bercanda kamu gak lucu, saya duluan.” Regio menarikku untuk berjalan ke mobil, selama perjalanan kami saling diam dengan pikiran masing-masing.
” Udah sampe, kamu gak mau turun??” Tanya regio.
” Temenin, aku mau bawa cake buat temen-temen kamu. Aku mau ikut kamu tugas.” Selama perjalanan tadi, aku sudah memikirkan hal apa yang akan aku lakukan untuk keluarga kecilku ini. Mulai dari ikut melihat kegiatan kerjanya yang aku tidak tahu. Untuk mengenal jauh seorang Regio.
” Serius kamu mau ikut??? Panas lho disana” Regio sendiri terlihat kaget akan keinginanku yang tak biasa.
” Biarin, aku mau ikut.” Rajukku.
” Baik nyonya, laksanakan.” Regio mengantar ku mengambil beberapa cake untuk teman temannya. Juga beberapa botol isotonik untuk mereka.
” Jangan terlalu baik sama yang lain, ntar mereka ngelunjak.” Nasehat Regio saat melihat barang bawaan ku.
” Sekali kali sayang… Gak papa kan.”
Married life : 1
23 Oktober 2017 in Vitamins Blog
Hari ini, aku dan mas Regio belum bertemu sama sekali, karena kemarin dia berangkat tugas dan belum pulang sampai sekarang. Dia yang bekerja di bidang pengintaian mempunyai tugas yang penting saat ini, itu katanya.
Aku yang tidak begitu paham, hanya mengiyakan saja. Sebelum pergi, dia memberikan baju Bayangkari untukku. Dia tau, aku tidak suka keramaian jika itu bukan duniaku sendiri. Dia masih saja memberikan seragam itu padaku, yang jelas tidak akan memakai pakaian itu.
” Mbak Lucia, ini titipan dari Daddy buat Abang. Katanya harus di kasih hari ini juga.” Ribka adik dari suamiku datang tiba-tiba ke tokoku, dia berteriak lantang dan membuat seisi toko menatapnya. Tapi dasar Ribka, dia acuh acuh saja. Malah dengan santai dia menunjuk cake yang ingin dia makan.
” Bayar, gak setiap kamu kesini aku gratisin ya.” Aku mengambil barang yang di bawa ribka setelah mengganti pakaianku yang lumayan lusuh setelah berkutat di dapur.
” Ekh… Kakak kamu dinasnya dimana Sich???” Tanyaku yang memang tidak tau dia bekerja dimana.
” Astaga…. Kalian nikah udah 1 bulan. Tapi kakak gak tau Abang dinas dimana, katanya kalian. Pacaran dulu sebelum nikah. Kok kayaknya gak tau apa apa.” Ribka dengan mulut toanya perlu di beri lakban sekali kali, semua yang ada disini menatapku dengan berbagai pandangan.
” Kayak kakak kamu tau tentang aku segalanya adja, ngga kan. Lagian Abang mu itu irit bicara, capek hati kalo ngomong sama dia.” Aku dan Regio jarang berkomunikasi, saat dia dinas pagi. Kami hanya bisa sarapan bersama, karena aku selalu pulang malam dan langsung tidur kelelahan. Dan selama dia dinas malam, kami bisa sampai seminggu tidak bersua. Hanya sekali dua kali kami bertukar kabar. Aku tidak begitu tau bagaimana kehidupan rumah tangga, karena sejak kecil aku hanya di asuh oleh Tante Karin yang memilih hidup sendiri. Dan datang sewaktu-waktu kalau dia memberi ku uang bulanan. Sejak kecil aku terbiasa sendiri, Tante Karin selalu melanglang buana ke seluruh dunia, dia tidak pernah mau mempekerjakan pembantu full, baby sitter untukku. Saat aku masih kecil, dia selalu membawaku ikut bersamanya yang bekerja dari satu tempat ke tempat lain. Walau kerjaannya hanya duduk di depan banyak sekali komputer. Di rumah kami pun ada satu set kumputer yang membuat aku tertarik dengan dunia Tante Karin.
Akhirnya, aku sampai di tempat dinas Regio. Dia ternyata bertugas di Kapolda.
” Maaf pak, ada pak Regio. Saya mau ngasih barang titipan.” Aku bertanya pada polisi di depan meja pelayanan.
” Tunggu sebentar ya, pak komandan Regio sedang bertugas di luar. Jam makan siang pasti balik kesini. Adek siapanya pak Regio??” Aku yang tidak suka keramaian hanya mengundang teman terdekat dan beberapa petinggi kepolisian di pernikahanku. Tante Karin sendiri datang hanya 1 jam di acara itu, bersama om Rahardian yang bertugas menjadi waliku. Yang entah bagaimana caranya aku punya wali untuk pernikahanku. Yang ku tau, hanya Tante Karin adik ibuku. Tidak ada sanak saudara yang dia ceritakan, atau dia perkenalkan padaku dari dulu.
“Adek kenapa gak telpon pak komandan kalo ada hal penting. Coba dech telpon pak Regio nya.” Usul salah satu polisi yang menatapku kasian karena sudah 1 jam nunggu.
” Hp saya hilang kemarin, jadi saya gak punya nomernya.” Dua hari lalu, hpku tercebur ke sungai saat kemarin aku dan para pegawai berlibur di puncak.
Aku melihat Regio masuk ke dalam kantor kepolisian, disisinya ada seorang polwan cantik yang berjalan bersisian. Walau ku tau langkah Regio lebar, tapi sang polwan mencoba menyamai jalannya.
” Dan, ada yang nyari.” Seru bapak depanku.
” Hp kamu gak aktif selama 2 hari, aku kira kamu lowbat kemarin. Tapi sampel hari ini, aku gak bisa ngehubungi kamu” aku hanya tersenyum saat Regio mencerca ku dengan pertanyaannya.
” Hp aku ilang di sungai pas ke puncak kemaren, ini dari Daddy. Katanya penting. ” Ku berikan barang titipan dari Daddy ke orangnya, dia membuka nya dan kembali menutupnya setelah tau apa itu.
” Udah beli ponsel baru???” Tanya Regio.
” Belum, lupa.” Aku mengedikan bahuku acuh, polwan cantik itu masih berada di sisi Regio. Seolah menegaskan dia mempunyai hubungan spesial dengan Regio.
” Udah ya aku mau pulang, kamu nanti pulang kan. Atau mau kencan sama mbak polwan ini??” Bukan aku mau menyindir atau apa, tapi melihat sang polwan yang terlihat mulai gak senang liat aku akrab dengan mas Regio. Aku merasa kasian.
” Kamu cemburu???” Tanya Regio dengan wajah yang aneh.
” Nggak, cuman kasian. Dia kayaknya ngebet banget sama kamu, dan dari tadi dia masih adja berdiri di sisi kamu. Mungkin dengan dinner romantis dia gak terus terusan ngintilin kamu” wajah bripka Miranda udah merah kayak kepiting rebus. Semua polisi disini mendengarkan percakapan kami, meski tidak terlalu kentara.
” Susah banget ya bikin kamu cemburu, padahal aku sendiri mati Matian nahan cemburu kalo ada pelanggan kamu yang mau kenalan. Yuk makan siang, Bripka Miranda ngebeliin aku nasi padang.” Regio menggenggam tanganku, membawaku berjalan bersamanya menuju ruangannya.
” Ekh, makasih ya mbak Miranda.” Seruku.
Married life
18 Oktober 2017 in Vitamins Blog
Aku menikah, di umurku yang ke 25 ini Akhirnya aku menikah. Suamiku seorang pengusaha hebat, saking hebatnya aku tidak pernah tau apa pekerjaannya Sebelum kami resmi menikah.
Dia hanya datang ke tokoku, kadang dia hanya duduk diam di meja pojok sampai toko kueku tutup. Dia melakukan hal itu selama 1 bulan penuh, hingga aku menegurnya. Dan dia bilang bahwa dia hanya ingin mengenalku, dengan caranya sendiri.
Aku tertarik, tentu saja. Dia tidak banyak bicara, tapi berbanding terbalik jika bersamaku. Aku yang di desak untuk mencari calon suami, tentu menargetkan dia sebagai calon suamiku. Setelah sebulan penuh itu, aku melihat dia memakai seragam polisi. Aku tentu heran dan penasaran, kenapa dia bisa memakai Seragam itu. Dan dia jawab dengan enteng, bahwa sebelum dia datang ke tokoku. Dia mengalami kecelakaan, dan sebulan itu dia mendapat cuti pemulihan yang dia pergunakan untuk mengenalku.
Aku ingat, seminggu sebelum dia ke toko. Aku menolong beberapa pria berseragam polisi yang mengalami kecelakaan, aku hanya membawa mereka satu persatu keluar dari mobil yang sudah ada percikan api. Sekuat tenaga, di jalan sepi tengah malam. Ku tolong mereka dengan menjauhi mobil. Sesaat polisi terakhir keluar, mobil polisi itu meledak terbakar seluruhnya. Aku ingat, dia salah satu dari para polisi itu.
Asyca mate: new family
13 Oktober 2017 in Vitamins Blog
Aku menatap takjub ke arah kastil yang terlihat kuno ini, tanganku di Tarim Damien masuk ke dalam. Terasa aura modern di dalam sini dengan barang barang yang berkelas, dan mewah.
Pelayan berbaris dari pintu masuk hingga tangga menyambut kedatangan kami, di bawah tangga ada beberapa orang yang ku yakini mereka keluarga Damien.
” Dia terlihat rapuh, apa benar dia orang yang kau cari.” Sambutan yang sinis terlontar dari bibir wanita yang berdandan anggun dan sexi. Dia bersandar pada pria yang tersenyum tulus padaku.
” Jangan dengarkan apa kata dia, dia memang seperti itu. Aku Milano dan dia mateku Sia. Di sebelahku Daren dan matenya Nara. Adik dari pria di sebelahmu, sedangkan aku hanya sahabatnya yang beruntung menjadi mate dari adiknya yang kedua.” Milano memperkenalkan orang orang di depanku, dia murah senyum tidak seperti orang di sisiku yang minim ekspresi.
” Minggir lah, dia butuh istirahat.” Damien kembali menarikku untuk mengikutinya.
” Aku lapar…” Cicit ku yang merasa lapar, meski malu ku katakan apa yang aku rasakan padanya.
” Bawakan makanan ke kamarku.” Serunya tanpa menghentikan langkahnya.
” Akh… Aku rindu aromamu” dia membalikkan badannya, dan menghimpit ku di pintu sesaat aku di bawa masuk ke kamarnya.
” Kau ini, apa kepada setiap wanita kau melakukan hal ini. ” Sentakku yang sangat risih dengan kelakuan orang ini.
” Tidak, hanya padamu aku begini. Karena aromamu membuatku ingin menghirupnya selalu.” Dia terus saja membenamkan wajahnya di leherku, lama kelamaan aura Damien berubah. Dia terlihat panas dengan aura merahnya, dia menatapku sendu.
” May i” tatapannya sungguh sendu ditambah tatapan yang tidak ku mengerti. Dia seperti menahan sesuatu yang sangat menyiksa.
” Apa??? Kau membuatku takut” aku benar benar takut melihat dia seperti ini. Dia menjilat bibirnya sensual, dan tatapannya lurus ke leherku.
” Aku tidak tahan” dia memerangkap ku lebih erat, dia menjilat leherku dan menggigitnya.
” Arghhh……”
Cinta
11 Oktober 2017 in Vitamins Blog
Di hari yang seharusnya membahagiakan untuk sepasang insan yang melangsungkan pernikahan hari ini, tragedi terjadi di detik detik sebelum ijab Kabul.
Seorang wanita datang dengan perut buncitnya, memaki kedua mempelai. Dan membuat kacau pesta hari ini.
” Lo gue tungguin di rumah, Lo bilang Lo mau nikahin gue secara sah. Dan apa yang gue lihat, Lo mau nikah sama cewek ini. Lo keterlaluan Arman.” Jerit wanita hamil yang datang tiba-tiba itu.
” Lelucon apa ini??? Lo kok jahat banget Sich sama gue.” Lirih sang mempelai wanita, kekecewaan tergambar jelas di wajahnya.
” Aku bisa jelasin, dia bukan siapa siapa. Dia cuman mau ngerusak kebahagiaan kita.” mempelai pria mencoba untuk mengelak dari situasi.
” Lo bilang gue bukan siapa-siapa. Ini anak Lo brengsek, dan ini Poto pas kita nikah siri. Lo masih mau ngelak hah, Lo tega. Gue nungguin Lo di rumah, sedangkan Lo asyik nikah disini sama cewek lain. Lo kejam tau gak.” Mempelai wanita sudah shock berat, dan langsung di jauhkan dari tempat ijab kabul. Acara hari ini kacau balau, seluruh keluarga menanggung malu akibat insiden ini.
…..
” Laura… Ini tempat kerja kamu. Ini pelimpahan tugasnya, kamu sabar ya. Bosnya agak galak. Semangat ya kerjanya.” Tutur mbak Dewi HRD di PT Aestro yang menerimaku Bekerja di sini.
Aku yang kabur dari kota kelahiranku, mencoba peruntungan di kota tetangga. Setelah 8 bulan melamar sana sini tanpa koneksi dari ayah, akhirnya aku di terima di perusahaan property. Dan mengejutkan karena aku yang tidak berpengalaman kerja, di terima menjadi sekertaris CEO.
” Pagi pak. Ini Laura yang menggantikan Arum.” Aku dan Mbak Dewi memberi hormat.
” Buatkan saya teh, gulanya 1 sendok.” Sang CEO langsung masuk setelah mengatakan hal itu.
” Kamu buatin ya Laura, anterin ke dalem. Disana pantry nya. Saya mau kembali ke ruangan saya dulu. Selamat bekerja” mbak Dewi meninggalkan aku, dengan cepat aku membuat tehnya.
” Permisi pak, ini teh nya.” Aku mengetuk pintu ruangannya.
” Simpan disini” Pak Reka menunjuk tempat kosong di atas mejanya.
” Apa ada lagi pak???” Tanyaku takut jika dia membutuhkan sesuatu lagi.
” Agendaku hari ini apa saja???” Tanyanya.
” Jam 10 pertemuan dengan PT angkasa. Dan jam 2 meeting di bagian produk pak. Hanya itu saja.” Jawabku yang untungnya sudah membaca jadwalnya hari ini.
” ya sudah. Selamat ya atas pernikahan mu” aku berbalik ingin keluar tertegun, aku kembali berbalik dan memperhatikan wajah atasanku yang tidak ku perhatikan sejak tadi.
” Reka… Astaga… Oh.. makasih.” Aku tersenyum kecut karena kembali diingatkan tentang kegagalan pernikahanku.
” Bagaimana kabar Arman, kalian pindah ke sini dan Tinggal dimana???” Tanya Reka yang sepenasaran itu.
” Dia baik, aku maaf. Aku mau mempelajari tugasku dulu. Supaya aku bisa bekerja dengan baik, maaf pak.” Aku keluar dari ruangan nya.
Ku coba memfokuskan diri untuk mempelajari tugasku sebagai sekretaris, walau fikiranku semrawut akibat dari pertanyaan Reka.
Reka adalah teman Arman dan mantan pacarku saat di SMA dulu. Kami berteman begitu erat, tidak ada kecanggungan saat kami bersama.
Aku paling manja padanya, dan sering merecoki dia saat dia bersama wanitanya. Awalnya kami bertiga hanya berteman, tapi 2th lalu Arman mengutarakan perasaannya pada ku. Aku yang memang menyukai Arman menerima dia dengan senang hati. Saat itu, Reka yang tau kami berpacaran mulai menjauh. Perasaanku mulai terasa nyata, saat Reka menjauh. Aku ternyata lebih membutuhkan Reka daripada Arman. Tapi karena tidak ingin menyakiti Arman, ku kubur dalam dalam perasaanku. Hingga kejadian itu menimpaku, membuat aku sadar. Jika Arman memang bukan orang yang bisa mendampingi hidupku sampai akhir hayat.
Aku benar-benar tidak tahu, jika Reka ada di Singapura. Dan aku melamar ke perusahaan miliknya, karena dia menghilang sejak pertama aku berpacaran dengan Arman.
Aku tidak mau berharap lebih, karena kami hanya teman biasa. Dan aku mungkin berencana untuk single saja, kejadian kemarin itu mengguncang jiwaku begitu dalam. Aku sekarang masih trauma untuk berkomitmen.
” Arman tidak menjemputmu??” Tanya Reka yang berdiri di sisiku di dalam lift ini.
” Bapak tidak tau atau pura pura tidak tau” tanyaku, karena pertama pernikahanku yang gagal di liput oleh media. Karena ayah seorang pengusaha
” Maksud kamu?? Saya tidak mengerti.” Reka terlihat kebingungan, dan aku menyimpulkan dia tidak tahu masalahku.
” Dia tidak akan menjemput ku, dia sibuk.” Jawabku seadanya.
Sebulan sudah aku bekerja di sini, Reka tidak kejam seperti yang di bicarakan oleh orang lain. Dia hanya tegas, dan seorang yang minim ekspresi.
” Ara, aku ingin mengajak Arman untuk bermain bisbol Minggu besok. Apa bisa kau katakan padanya, aku ingin kita seperti dulu lagi.” Entah ada angin apa Reka mengatakan hal itu.
” Ini nomornya, aku tidak tau itu masih aktif atau tidak. Hubungi saja langsung, aku tidak ingin menghubungi dia.” Ku sodorkan nomer Arman yang belum ku hapus pada Reka.
” Apa Arman menyakitimu?? Itu sebabnya kamu disini.” Tangan Reka meremas bahuku, dia menatapku penuh kekhawatiran seperti dulu.
” Aku yang menyakitimu, aku adalah wanita bodoh yang malah keliru saat memilih. Harusnya aku memilihmu” isakku yang sudah tidak tahan dengan perasaanku.
” Apa yang kamu katakan, sungguh aku tidak mengerti. Jangan menangis, tangisanmu menyakitiku” Reka meraih tubuhku ke dalam pelukannya, dia menenangkan aku dengan elusan lembut di kepalaku.
” Aku masih single, apa kau tidak membaca berita. Apa kau tidak memeriksa bio lamaranku. Kami batal menikah.” Ungkapku.
aisya Ra : awal
11 Oktober 2017 in Vitamins Blog
” untung saja tuan Dares yang menemukan mu tadi, jika orang orang at Taher yang menemukanmu. Entah apa jadinya dirimu saat ini” ibu Jameela langsung mengungkapkan kekhawatirannya terhadapku.
” sepertinya, aku harus membelimu dari keluarga ini. Kau akan lebih aman jika bersama keluargaku di Dubai.” Ungkap tuan Dares yang tidak ku mengerti.
” memangnya kenapa jika saya disini??, Saya sudah merasa betah berada disini.” Ungkap ku yang sangat penasaran.
” aku adalah sahabat ibumu dan ayahmu, juga adik ipar ibumu. Istriku adalah adik dari ibumu, kami kehilangan ibumu 20th lalu. Saya sudah mencari ibumu di Indonesia, tapi ibumu terlalu lihai dalam menyembunyikan diri. Paman ingin menebus rasa bersalah paman padamu, dan ingin melindungimu. Paman mohon, ikutlah dengan paman.” Hidupku yang sulit, kini bertambah sulit dengan adanya masa lalu ibuku yang perlahan terkuak.
” Tapi apa aku harus percaya dengan perkataan paman, aku tidak mau terlibat masalah yang rumit paman. Karena hidupku pun sudah rumit.” Aku masih ragu untukmempercayai dia, hingga masuklah seorang wanita yang menatapku dengan tatapan haru.
” kau sangat cantik, secantik ibumu.” Wanita itu membuka penutup wajahnya, dan terlihat kemiripan wajah wanita itu dengan ibuku yang sangat ku rindukan.
” dia istriku, bibimu. Tidakkah kau lihat dia sangat mirip ibumu. Percayalah, kami ingin melindungimu dan menebus rasa bersalah kami pada ibumu dulu” mereka duduk bersimpuh di depanku, ibu Jameela menangis haru.
” nak, mereka keluargamu. Untung saja mereka juga tamu undangan pesta ini, jadi aku memberitahu mereka tentang kau. Jika kau tidak bersama mereka, lambat laun at Taher akan tau dan menyeretnya ke dalam keluarga itu.” Tutur Bu Jameela.
” baiklah paman, aku mau ikut bersama kalian.” Mereka memelukku, lalu tanpa kata mereka keluar.
” mereka pasti sedang bernegosiasi, tuan Dares masih keluarga inti Al Rasyid. Pasti mereka akan merelakanmu, dan semoga hidupmu lebih baik lagi bersama mereka.” Doa ibu Jameela untukku.
” terimakasih ibu, meski aku tidak mengerti dengan situasi saat ini. Tapi aku bersyukur jika aku masih punya keluarga. Dan aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan Anda.” Ibu Jameela memelukku, dia menangis.
” dan aku amat bersyukur bisa melihatmu, walau ibumu sudah tidak ada. Tapi kau sudah mengobati rasa rinduku pada sahabatku itu.” Tak berapa lama paman Dares datang, dia membawa kursi roda.
” mereka merelakanmu dengan percuma, tinggal aku mengurus segala sesuatunya . Ayo, kau masih sakit. Duduklah disini, kau dan bibimu harus berangkat sekarang. Untuk menimalisir kecurigaan semua pihak.” Ibu Jameela ternyata sudah mengemasi barang-barangku. Aku di bawa Maya dan ibu Jameela lewat gerbang belakang menuju parkiran mobil. Disana sudah siap mobil milik paman Dares yang menungguku. Aku di dudukan di jok belakang, dan barangku di simpan di bagasi.
” berbaringlah, supaya kau tidak terlihat saat bibimu masuk di pintu utama nanti.” Pesan ibu Jameela yang langsung ku turuti.
” mom, dia siapa???” Seru anak bibi Radea adik dari ibuku itu.
” dia jakak mu yang baru mom temukan, dia anak dari kakak mom yang sering mom ceritakan padamu” jawab bibi radea pada anaknya.
” hai kak, namaku Richard Gero El Shaarawy. Maaf tadi aku kaget, tapi aku senang mom menemukanmu.” Keluarga ini begitu baik padaku, mereka seakan melindungi aku. Ku rasa, aku menemukan kembali arti sebuah kasih sayang dari mereka.
……………………
” Aisya… Bangunkan adik pemalas mu itu. Ini sudah siang” gerutu bibi radea yang menyuruhku untuk membangunkan Richard yang sangat pemalas. Dari hari ditemukannya aku di Saudi, sudah hampir 1th aku tinggal bersama keluarga El Shaarawy. Bibi radea memberiku kamar yang luas, dan fasilitas yang sama dengan Richard.
Malah, mereka memasukan ku ke dalam kartu keluarga mereka. Kini di belakang namaku ada nama El Shaarawy, dan itu diakui dalam pemerintahan Dubai.
” Boleh aku masuk???” Tanyaku lewat interkom yang ada di setiap pintu kamar.
” Akh… kenapa mom menyuruhmu untuk membangunkan aku. Kau itu terlalu cantik untuk diabaikan.” Seru Richard dari dalam kamar, pintu kamarnya terbuka dan terlihat Richard yang sedang duduk di tepi ranjang.
” Jika kau sulit mengabaikan aku, mandi lah. Lalu turun, untuk mengantarku kuliah.” Aku di masukan ke universitas di Dubai, entah bagaimana caranya. Karena ku tau aku hanya punya ijasah kesetaraan bukan ijasah pada umumnya. Tapi El Shaarawy disini lumayan berpengaruh, ku yakin uanglah yang melancarkan segalanya.
” Kau tau aku baru pulang jam 2 tadi, aku masih lelah.” Richard mulai memberi alasan. Ya walaupun itu memang nyata, tapi saat ini kami harus kuliah. Sekolah adalah cita citaku, dan aku membenci orang yang menyia nyiakan pendidikan yang dia jalani.
” kau tau aku sangat ingin sekolah, ya sudah jika kau tidak mau. Aku bisa naik kendaraan umum.” Ini jurus jitu untuk meluluhkan seorang Richard, dia tidak bisa menolak keinginanku atau bibi radea jika kami sudah memperlihatkan wajah sedih.
” Heyyy… tidak ada dalam sejarah El Shaarawy naik kendaraan umum. Tunggu dulu, aku mandi dulu.” Rayuan pagiku kembali berhasil meluluhkan Richard, aku kembali ke lantai bawah untuk menikmati sarapan yang di sediakan oleh bibi radea sendiri.
” ayo pergi.” Ajak Richard, aku mengambil beberapa tangkup sandwich dan sebotol air mineral untuk sarapan Richard di jalan.
” kami berangkat” seru Richard pada bibi radea yang entah berada dimana.
” holla…. selamat pagi” sapa Jessica El Shaarawy salah satu keluarga El Shaarawy yang seumuran denganku. Dan dia pun satu kelas denganku, karena dia masuk kuliah saat aku masuk. Katanya, tidak enak jika hanya dia sendirian kuliah dari keluarga El Shaarawy. Jadi saat aku masuk, dia kembali berkata jika kini bukan hanya dia keturunan El Shaarawy yang harus kuliah. Jadi dia ingin kuliah karena ada keturunan El Shaarawy yang seumuran dengan dia.
Entah bagaimana pemikirannya, kami hanya bisa menghela nafas karena hanya dia yang ajaib di keluarga ini.
” ku kira kau tidak akan kuliah, akh aku menang taruhan lagi.” Jessica berlari ke arah 2 pria yang masih keturunan El Shaarawy. Entah taruhan apa lagi yang mereka lakukan, sejak aku sering mengajak Richard masuk kuliah. Mereka mulai taruhan masuk tidaknya seorang Richard.
” heyyy…. siapa yang akan menolak jika tiap pagi kau di bangunkan oleh gadis cantik. Jadi pastinya aku akan masuk kuliah setiap hari” keluarlah modus recehan seorang Richard, aku hanya bisa tersenyum sambil mengikuti langkah mereka.
” pagi” ucapan selamat pagi mengalir tiap kali kami masuk kuliah. Para fans cewek dari El Shaarawy selalu berteriak saat Aaron, Dylan atau Richard melemparkan senyum pada mereka.
Mine
10 Oktober 2017 in Vitamins Blog
” Mbak, ngelamun lagi ya. Ngelamunin apa Sich mbak?? Serius amat.” Tanya Desi pelayan di caffe ku, pelayan yang bekerja sejak caffe ini di buka 2th lalu.
” Hanya menikmati hujan, tidak ada yang spesial.” Jawabku yang selalu sama jika ditanya seperti itu.
” Menikmati hujan, kan mbak gak suka hujan. Menikmati apanya” gerutu Desi yang berlalu karena ada pelanggan yang masuk.
Brukkk
” Duduk, pesan apapun yang kalian mau.” Tas besar dengan warna loreng hijau mengagetkan aku yang sedang asyik melamun, caffeku di datangi oleh sepasukan anggota TNI yang sepertinya baru pulang dinas. Di lihat dari barang bawaan mereka yang berada di bawah kursi yang mereka duduki.
Aku meneguk kopiku yang sudah dingin, tanpa menghiraukan mereka.
Hingga sebuah kotak di hadapanku menarik perhatianku. Kotak cincin yang entah sejak kapan ada di depanku.
” Pakailah,” setelah 3th tidak bertemu, orang ini masih saja tidak bisa berbasa basi.
” Tidak, aku sudah memakai cincin lain.” Jawabku yang memperlihatkan jari manis ku sudah terisi cincin lain.
Raut wajahnya yang sudah kusut Masai semakin kusut, aku sungguh tidak tega melihat dia kelelahan.
” Apa maksudmu?? Kamu menghianati aku.” Wajahnya yang terlihat kaku.
” Tidak, aku di beri oleh sepasang orang tua. Setiap pesta yang ku datangi mereka selalu mengenalkan aku sebagai menantunya. Bagaimana bisa aku selingkuh, setiap pria di kota ini segan mendekatiku.” Cibirku. Dia tidak terkoneksi, karena kelelahan.
” Pria pria itu segan mendekatiku, karena di belakangku ada pak komandan Anan Dewantara beserta ibu Dewantara yang siap menodongkan pistolnya. Dan mengomeli pria pria itu.” Aku membawa cangkir yang sudah kosong ke belakang.
Aku kesal, karena orang itu tidak memberitahu aku kapan dia pulang. Setelah 3 tahun dia ditugaskan di Lebanon. Dia jarang sekali mengabari aku, ada kabar pun harus melalui pak Anan yang menghubungi tempat disana. Baru dia menghubungi kami disini.
Kami pacaran sejak SMP, dulu SMP dan SMA tempat dia belajar bersebelahan. Karena intensitas sering bertemu dengan anak SMA, membuatku yang mudah bergaulSering menghabiskan waktuku dengan mereka.
Dia adalah anak cerdas dan populer, juga berteman dengan Alian sepupuku yang sama populernya.
Dari sana kami dekat, dan saat kelulusannya dia membawaku ke rumahnya. Dia memperkenalkan aku kepada orang tuanya begitu saja.
” Kok kakak ngenalin aku sebagai pacar kakak, kita kan cuman temenan.” Protes ku setelah kami makan malam bersama orang tua dia yang sangat antusias akan kehadiranku.
” Owh gitu ya, ya udah kan udah terlanjur. Ya kita pacaran adja sekalian. Yuk pulang” itu adalah cara nembak yang nggak romantis, tapi namanya juga cinta. Ya Nerima adja lah kalo cara nembaknya kayak gini.
………………..
” Yang…. Kamu marah??” Tanya dia yang ikut ke rumah. Setelah tadi memaksaku duduk bercengkrama bersama teman temannya.
” Nggak, pak komandan Radeon Dewantara. Aku mah apa atuh, nggak mungkin bisa marah sama bapak. Takut di masukin ke penjara pak.” Cibirku yang kesalnya gak ketulungan kepadanya.
” Owh, beneran marah ya. Kirain cuman bohongan” dalam 10 tahun kita bersama, kenapa dia semakin menyebalkan ya.
” Nyebelin…. Bukannya ngasih oleh oleh. Malah bikin kesel,” dia memelukku hingga aku terjelembab ke sofa.
” Kangen kamu…” Aku yang ditiban tubuhnya yang gede gak bisa bergerak juga sesak nafas.
” Mandi sana… Kamu bau. Heiii… Minggir berat tau.” Seruku yang sangat jengkel.
” Kejam banget Sich. Sama suami sendiri” Ungkapnya.
Heh… Apa banget. Suami… Sehari setelahnya dia pergi 3th ke Lebanon. Aku itu kayak masih lajang, tapi udah terikat.
Untuk Arran dan Remi WOA
10 Agustus 2017 in Vitamins Blog
Hayyy…. Aku nggak mau ikutan lomba akh… Cuman mau mengapresiasi karya WOA dalam imajinasi ku. Dengan tulisan. Hehe…. Maaf kalo jelek.
Api, itu dirimu.
Aku tidak tau harus bagaimana, perlahan kau datang mengungkung diriku dalam pusaran kobaran amarah dan dendam yang kau ciptakan. Aku hanyalah air yang bisa menyusut jika kau terus mengobarkan api kebencian. Aku akan menguap dan menghilang, saat kau terus menerus menusukku dengan lidah apimu.
Aku lemah tak berdaya, aku ringkih dan tak berguna.
Kau kuat, dan berkuasa. Kau hebat tanpa tandingan. Kau memiliki segala kelebihan yang tidak orang lain miliki.
Tapi apakah kita bisa bersatu, saat kau sadar aku sudah menghilang. Apakah kita akan bersama saat kau tau, betapa sakitnya aku akibat bara apimu.
Kau api, dan aku air.
Kau panas, lalu aku dingin .
Arran,
Aku pasti menghilang, aku pasti menguap. Meninggalkan amukan dan egomu yang tinggi. Meninggalkan dirimu yang perlahan terbiasa saat kita berdampingan, meninggalkan kenangan saat kita bersama.
Tapi taukah kau, akan ada saatnya. Aku perlahan kembali bersamamu. Saat aku perlahan, memadamkan api dendam mu. Saat perlahan ku redakan amarahmu, dan saat kau tau aku begitu penting bagimu.
Aku pasti akan kembali, perlahan dengan tetesan air layaknya hujan membasahi bumi.
Kita berbeda Arran, kita tidak sama. Tetapi kita dituntut untuk saling membutuhkan, kita ditakdirkan untuk saling melengkapi.
Kau, aku diharuskan berjalan searah, dan melangkah berdampingan.
Police
8 Agustus 2017 in Vitamins Blog
Di tilang polisi, udah biasa. Di ciduk polisi, banyak yang ngalamin. Di giring ke kantor polisi, empthhh… Udah pernah sekali pas ikut tawuran SMA dulu.
Pengalamanku sekarang ini beda, yaitu kepergok di kamar kosan sama polisi dan yang parahnya. Kita di pergoki sama satpol PP yang bertugas, dalam keadaan yang nggak banget. Karena aku sendiri baru keluar dari kamar mandi, pake handuk doang. Dan sialnya aku teriak hingga para satpol PP masuk ke kamarku.
Gilanya, tuh polisi lempeng lempeng adja. Kayak gak ada malunya gitu pas kita di giring ke kantor polisi rame rame.
” Malu maluin banget kamu, gitu adja teriak.” Hello, apa banget ya tu orang. Yang bikin aku teriak kan dia, pak polisi yang tiba-tiba nongol dari balik selimutku. Dalam keadaan Shirtless lagi, kok malah nyalahin aku.
” Ekh, bapak Kompol yang terhormat. Saya yang harusnya nyalahin situ, karena situ seenaknya sendiri masuk ke kamar saya. Mikir dong, gimana gak kaget coba.” Seruku mulai marah karena malu dan kesal ulah kelakuan manusia satu ini.
” Kamu mau tidur di sini??? Saya mau pulang.” Dasar rese tu orang, seenaknya aja ninggalin aku di depan kantor polisi. Kalo bukan karena sayang, udah aku timpuk dech sama tasku.
Ini nich ciri ciri, om om ngebet kawin. Tau aja, momen yang bisa bikin orang di kawinin. Padahal aku lagi mumet mumetnya bikin skripsi, bukannya bantuin malah bikin stres sama kelakuannya.
Perkenalan ku dengan pak pogan (polisi ganteng) yang namanya Arga Kelana shergand itu, pas tawuran pelajar kelas 2 SMA dulu.
Anak anak yang lain babak belur pas di bawa ke kantor polisi, sedangkan aku gak ada lecet sedikitpun. Jangan ngira aku cuma lewat ya, tapi aku wakil ketua anak anak. Aku lumayan bisa taekwondo, dan aku selalu di belakang. Jadi pas polisi Dateng, aku belum ikut baku hantam.
Di sana aku ketemu pak Arga, dia nanya nomer orang tua aku. datanglah ayah, atas panggilan itu. Ternyata mereka saling kenal, terus ngobrol ngalor ngidul. Ya walaupun, cuman ayah yang cuap cuap.
Dari sana, aku sering ketemu. Pas naik ke kelas 3 dia bilang sama ayah.
” yah, Camella itu buat saya saja. Saya ingin menjaga dan menyayangi dia sepenuh hati saya, jangan biarkan dia mempunyai pria lain. Karena saya sudah mengklaim bahwa Camella itu kekasih saya.”
Kata kata itu meluncur gitu adja dari dia, tanpa ada celah buat aku protes atau nolak. Walau awalnya terpaksa, tapi karena udah biasa. Aku jadi sayang, dan tahun ini tahun ke 5 kita pacaran. Dan, dia berumur 31 tahun. Hingga akhir akhir ini, dia neror aku dengan cara dia yang bikin kepala rasanya mau meledak saking gilanya.
” Aku anter ke kosan lagi” tanya Arga, sok baik.
” Gak mau, malu. Mau pindah adja” ketusku.
” Ya udah, pindah ke apartemen aku adja. Gak papa kok.” Ichhh…. Gak punya prikepacaran banget sih. Itu mah enak di situ nggak enak di aku.
” Gak jadi, anterin ke rumah mami Yuli adja.” Ralatku.
” Oke, kita omongin kalo kamu udah gak kuat sendirian. Dan butuh aku segera buat jadi suami kamu secepatnya.” Duh… Tolong. Aku beneran pengen pentokin dia ke jendela dech rasanya, tapi aku juga masih mau idup. Jadi di pendam adja keinginannya.
” Kak Mella , seriusan kakak diciduk pas lagi begituan sama kak Arga.” Seru indah adik arga dari lantai atas, sedetik saat aku baru saja mendaratkan tubuhku di sofa.
” Seriusan Mella, duch ya kalo gitu kenapa gak dari tahun lalu kalian nikah adja. Jadi gak begituan sebelum sah, kan Arga udah mapan. Kalian nunggu apa lagi.” Timpal mami Yuli, maminya mas Arga.
” Mami, ketentuan dan persyaratan dari aku kan udah jelas. Aku mau lulus dulu, baru nikah. Supaya aku bisa ngurus mas Arga dengan baik, gak kebagi sama tugas kampus atau skripsi. Dan soal berita itu, itu nggak bener. Mas Arga nya adja yang tiba tiba ada di kosan aku pas aku baru selesai mandi.” Ku jelaskan alasanku yang berulang kali aku katakan pada mereka, yang gak mereka gubris karena ngebet pengen cucu.
” Tapi, kamu tau kan Arga itu udah Kompol. Mau taruh dimana muka dia kalo udah begini, mami juga pasti malu karena hal ini. Ini menyangkut pekerjaan Arga loh mell, apa kamu gak kasian. Ya walaupun kalian gak ngelakuin itu, tapi coba dech ngertiin Arga.” Kata kata mami Yuli buat aku dilema, ya masa aku harus punya calon suami pengangguran Sich karena insiden tadi. Kan gak mau.
” Ya udah, iya aku mau nikah sama Arga dalam waktu dekat ini.” Aku pun mau gak mau harus nikah demi nama baik semuanya.
” Ya harus Sich, kan undangannya udah di sebar Minggu kemaren. Dan kemaren juga kak Mella udah fitting baju kan. ” Tunggu dulu, perasaan kemaren aku milihin undangan buat pesta pertunangan indah dech, dan fitting pun katanya untuk acara dia. Kok aku nggak ngeh ya, gara gara skripsi juga yang pengen ngebut. Jadi pas di kibulin aku nggak nyadar. Dasar pak polisi pemasksa, kayaknya ini udah dia rencanain semua dech.
” Yang penting kan kita bakal nikah Minggu depan, gak usah terharu gitu dong yang” aku kesel sekesel keselnya, bukan terharu. Yang ada, aku pengen nangis karena di paksa nikah. Padahal aku udah punya planning sendiri tentang hidup aku.
” Enaknya ya jadi polisi, bukan cuman ngatur masyarakat. Pacar adja di atur supaya gak bisa nolak nikah.” Sindirku setelah mami Yuli ke dapur.
” Hahaha….. Kak Mella gak tau ya, setahun ini kak Arga uring-uringan liatin temen temennya nikah. Kakak Sich enak masih muda, lah kak Arga apa kabar. Udah kepala 3 lho. Jadi aku saranin ide ini dech.” Fix, mereka keluarga tukang maksa. Meski aku harus berkejaran dengan skripsi, yowes lah. Terima nasib adja bentar lagi jadi istri pak Kompol. Arga Kelana shergand.
Aisya Ra
27 Juli 2017 in Vitamins Blog
Proses demi proses ku lewati dengan patuh, meskipun tubuhku sudah meneriakkan kata lelah.
” ini kamarmu, perkenalkan aku Jameela selaku kepala pelayan di istana ini. Istirahatlah, besok pagi jam 3 subuh kita akan mulai bekerja.” Selamat datang di dunia baru, dunia para asisten rumah tangga. Aku memilih bekerja di luar negeri akibat dari gaji pembantu di tempatku tinggal hanya sedikit. Tidak bisa memenuhi kebutuhan yang semakin besar tiap saat, di tambah para majikan ku yang selalu menggoda ku untuk jadi simpanan mereka. Aku sangat muak dengan hal itu, dan dengan bulat ku putuskan untuk bekerja di arab Saudi.
….
Sebulan sudah aku ada di sini, mereka begitu baik dalam mengajariku bagaimana menjadi pembantu yang baik dan benar. Disini dituntut memiliki etika yang baik walau hanya seorang pembantu. Karena disini aku bekerja dalam lingkup istana keluarga Al Rasyid yang terkenal.
Dalam sebulan, sudah 2 kali para putri dan pangeran mengadakan pesta. Hal itu membuat pekerjaan kami semakin banyak, hingga rasanya aku ingin kembali ke kampung halaman.
” Aisya, bersihkan kamar pangeran di atas. Berdua bersama Maya, cepat.” Perintah ibu Jameela untuk pertama kalinya, aku di suruh membersihkan kamar pangeran.
Dengan teliti dan cepat kami membereskan kamar luas ini, aku dan Maya lalu keluar membawa cucian kotor.
” kau tau, pangeran katanya sedang mendekati putri dari keluarga At Taher. Yang katanya lagi keluarga itu kehilangan salah satu istri kesayangan raja 20 tahun yang lalu, dan sang istri sedang dalam hamil muda.” Gosip Maya padaku, yang sangat tidak nyambung antara kedekatan sang pangeran dengan kisah raja Taher kehilangan istri.
” apa hubungannya coba??” Ku ungkapkan kebingunganku akan gosip yang dia berikan.
” ya siapa tau kau itu anak yang hilang itu, kau itu kan campuran dari Arab dan Indonesia.” Ungkap Maya yang menurutku konyol.
Aku hanya bisa tersenyum kecut, mamah meninggal saat umurku 15. Dia hidup dengan pas Pasan, hingga aku harus puas dengan mencicipi bangku SMP saja. Mamah tidak pernah mengungkit atau membicarakan tentang ayahku, dia selalu berkata jika ayahku itu terlalu jauh untuk di gapai. Biarkan dia dengan dunianya, dan kami menjalani hidup di dunia kami sendiri. Setelah mamah meninggal, aku ikut tetanggaku bekerja di kota menjadi pembantu. Banyak para majikan yang menggodaku, hingga aku selalu berpindah pindah majikan akibat sang majikan cemburu padaku.
2 tahun lalu aku akhirnya bisa menetap di rumah majikannya yang sudah lansia dan sendirian. Disana aku bisa meraih paket c. Di sela sela pekerjaanku. 4 bulan lalu nenek Lala meninggal, hingga mau tidak mau aku menganggur. Tetanggaku menawarkan jadi pembantu di luar negeri, karena sudah tidak punya siapa-siapa. Akhirnya aku disini sekarang, mencoba peruntungan di negeri orang. Hanya 2 buah photo dan kalung berliontin gembok yang di tinggalkan mamah padaku. Tidak ada barang berharga lainnya selain photo itu dan kalung yang selalu ku pakai kemanapun aku pergi.
” jangan bergosip, bekerja kembali” tegur ibu Jameela pada kami.
Selepas bekerja, jam 9 ini adalah jam bebas kami. Kami sedang berkumpul di ruangan khusus para pembantu wanita. Mereka membuka segala atribut yang mengharuskan kami tertutup walau sedang bekerja.
Mereka saling mendandani, termasuk aku yang di dandani Maya.
” lihat, Aisya terlihat seperti para Puteri jika berpenampilan seperti ini” seru Maya membuat semua Menoleh padaku.
” rasanya aku seperti mengenal wajahmu, wajahmu mengingatkan aku pada seseorang” ungkap ibu Jameela, dia menatapku lekat.
” Siapa nama ibumu???” Tanyanya dengan serius.
” Nama ibuku, Ranisa Saleema. Ini photonya” ku keluarkan photo ibuku dari dompetku, tanpa pikir panjang ku perlihatkan pada Bu Jameela.
” astaga, kau anak Ranisa. Dulu ibumu dan aku bekerja di tempat yang sama. Pantas saja kau familiar, kau di satu sisi mirip dengan mereka.” Ibu Jameela memelukku, dia menangis membuat kami semua terperangah.
” ibu kenal ibu saya” tanyaku tak percaya.
” ya saya kenal, bagaimana kabar ibumu. Kenapa kau malah kesini?? Apa ibumu tidak melarangmu.” Dia membawaku ke kamarnya sebelum bertanya seperti itu padaku.
” ibu saya sudah meninggal saat saya berumur 15. Dan saya tidak punya keluarga lain selain ibu saya.” Jawabku dengan jujur.
” masyaallah, inalillahi. Malang benar nasibmu nak, tapi sungguh keajaiban kita di pertemukan di sini. Saya bersyukur, bisa melihat engkau tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita.” Pujinya yang membuatku melupakan kesedihanku.
” besok ada penjamuan keluarga At Taher, saat mereka datang. Kau harus bisa bersembunyi dan lebih baik berdiam di sini. Ibumu dulu punya masalah dengan keluarga itu, jika aku saja bisa merasa familiar melihatmu. Mereka pun bisa merasa kau mirip ibumu. Jadi kau bisa berpura pura sakit besok. Ingat pesanku ya, ini demi kebaikanmu.” Tutur ibu Jameela padaku, kata katanya membuatku ngeri. Walau penasaran, aku tidak ingin menanyakan masalah apa yang terjadi pada ibuku.
Biarlah nanti setelah jamuan ini selesai aku akan menanyakan masa lalu ibuku pada ibu Jameela.
………….
Alangkah terkejutnya aku, saat ini. Karena saat bangun tadi tubuhku benar-benar lemas, dan tak perlu berpura-pura sakit untuk membuatku tidak ikut bekerja. Karena saat ini aku sudah meringkuk dengan badan yang serasa panas terbakar.
Aku meraba nakas di sisi tempat tidurku, aku sangat kehausan. Tapi gelas dan pocinya kosong tanpa air, tidak ada satu orang pun di tempat ini. Karena mereka sibuk menyiapkan jamuan, aku dengan bersusah payah keluar dari kamar. Berjalan dengan meraba dinding untuk mencapai dapur, kepalaku semakin berat, seluruh ruangan serasa berputar. Tetap ku paksakan untuk berjalan karena rasa haus itu semakin menyiksaku. Baru selangkah, tubuhku tidak bisa ku gerakan lagi. Aku sudah membayangkan jika aku akan jatuh menghantam lantai, sebelum kegelapan menyelimuti. Ku rasakan tangan kokoh meraihku, hingga aku tidak menghantam lantai.
the moon
27 Juli 2017 in Vitamins Blog
Dia meringkuk di depan perapian rumahnya yang tidak pernah padam. Harusnya dia tenang, karena setiap saat dia selalu menghadapi situasi ini. Tapi entah mengapa, malam ini terasa berbeda. Dia merasa takut yang berlebihan, dia ingin lari tapi tidak ada pijakan untuk dia lari dari ganasnya laut. Karena rumah mungilnya berada di atas bukit karang yang berada di tengah lautan luas.
Malam yang menyiksa telah lenyap, digantikan dengan terbitnya matahari. Penghuni rumah itu keluar, berharap ada ikan atau apapun yang terdampar di sisi karang untuk dia makan. Selama hidupnya , dia bergantung pada laut yang memberi dia ikan untuk perutnya atau hewan lain yang terpaksa dia olah agar tidak kelaparan. Dari yang enak hingga yang tidak, dari yang baik untuk tubuh hingga yang beracun sekalipun dia makan. Walau pertama makan dia hampir mati, tapi lama kelamaan dia sudah kebal terhadap racun.
” kau sudah bangun, kemari. Di sisi sana banyak yang terdampar. Dari buku hingga yang aneh” seru mahluk mungil yang menemani si penghuni dari pertama dia di lahirkan.
Si penghuni mengikutinya, dia dan mahluk kecil itu mengumpulkan semua yang terdampar di karang. Juga beberapa ikan yang ikut terdampar untuk makannya hari ini.
” mau kau apakan ikan itu???” Tanya mahluk mungil itu.
” hanya membakarnya seperti biasa.” Jawab sang penghuni rumah yang ternyata seorang gadis. Mahluk mungil itu mengurusnya dari bayi, dia juga yang membuat rumah di tempat ini. Dia mengajarkan semua hal yang dia bisa, terkadang mahluk itu harus terbang ke daratan untuk melihat dan meniru manusia untuk di ajarkan pada gadis itu. Termasuk mencuri pakaian, buku buku dan alat tulis untuk dia ajarkan pada sang gadis. Tujuannya, jika nanti dia berada di daratan dan bertemu orang orang. Dia tidak di bodohi oleh manusia licik disana. Karena pasti ada saatnya dia kembali ke tempat manusia berada.
Tokk…. tokkk… tokk…
Sang gadis dan mahluk itu terperanjat, karena ketukan di pintu yang baru mereka dengar seumur hidupnya.
” jiene, apa itu???” Bisik sang gadis.
” tenanglah biar ku periksa lebih dulu.” Jiene, sang mahluk kecil terbang dan hinggap di ventilasi melihat keluar. Dia terperanjat saat melihat 3 orang pria yang terluka di depan rumahnya.
” Lunar , ada manusia yang terluka. Mereka sangat mengenaskan, sepertinya mereka terbawa ombak semalam.” Ungkap jiene yang terlihat panik.
” apa mereka jahat jiene??” Tanya Lunar dengan wajah penasaran.
” entahlah, tapi saat ini mereka tidak bisa berbuat jahat karena tubuh mereka yang terluka.” Jawab jiene santai.
” ayo kita tolong, aku tidak mau mereka menjadi bangkai disini.” Ajak Lunar pada jiene.
Lunar membuka pintu rumahnya, dia berusaha membawa satu persatu orangorang itu yang tak sadarkan diri lagi itu. Dia mengobati mereka semampunya di bantu sihir dari jiene hingga luka yang dalam terobati.
” sepertinya ikan ikan ini takkan cukup sampai besok pagi, mereka pasti kelaparan.” Gumam Lunar yang duduk di dekat perapian, memperhatikan 3 pria yang terlentang di lantai rumahnya.
…………..
Tubuhku terasa kaku, denganperlahan ku buka mataku. Hingga mataku terpaku ke atap rumah.
Aku ingat, tadi malam 2 pangeran gila menantang ku untuk berlayar bersama dengan perahu kecil. Mereka begitu senang saat aku menyetujui ide mereka untuk turun dari kapal besar ke perahu kecil. Kami berlayar agak sedikit jauh dari kapal, hingga tiba tiba cuaca berubah drastis. Ombak besar menggulung kami hingga kami tidak ingat apapun lagi.
Saat tadi tersadar sesaat, aku dan kedua pangeran bodoh itu melihat sebuah rumah di puncak bukit karang. Dengan susah payah kami kesabaran berharap ada penghuninya, di saat aku hampir tak sadarkan diri lagi. Aku melihat sesosok gadis yang menyeret ku masuk ke rumah ini. Dan ingatan itu membuatku mengedarkan pandangan hingga terlihat seorang gadis berambut putih pirang , dia sedang duduk di dekat perapian yang menyala. Dia sedang menatap buku di tangannya dengan serius.
Aku mencoba untuk duduk, ku renggangkan otot tubuhku yang kaku. Karena ku rasa luka dalamku sudah sembuh, ditambah aku bukan manusia biasa hingga luka di kulitku perlahan sembuh dan hilang. Dan seharusnya itu berlaku juga dengan dua pangeran yang masih tak sadarkan diri di sampingku.
” kau sudah sadar, ini minumlah. Dan aku hanya punya ini, makanlah.” Dia menyodorkan satu ikan bakar dan segelas air padaku. Lalu kembali berkutat dengan buku di tangannya.
” Terimakasih sudah menolong kami” ungkap ku di sela sela makan ku, sambil mencuri pandang untuk melihat wajahnya yang sangat cantik.
” ya, jika bisa kalau sudah sehat pergilah dari rumahku bagaimanapun caranya.” Meski kata katanya angkuh sarat dengan pengusiran, entah mengapa sikapnya membuatku jatuh cinta hanya dalam sekali lihat.
” namaku Elios, namamu siapa???” Tanyaku.
” Lunar moon, kau boleh memanggilku Lunar.” Jawab sang pemilik dengan senyuman yang indah.
asyca mate: pria misterius 2
13 Juli 2017 in Vitamins Blog
” karena usiamu sudah matang untuk bersuami, jadi kami datang untuk melamarmu atau setidaknya membawamu hidup bersama secara sukarela ataupun tidak.” Jawaban yang absurd dia katakan padaku, ingin rasanya aku menendangnya hingga dia jatuh tersungkur. Tapi itu hanya angan ku, karena aku masih dalam kungkungannya yang lembut tapi erat memelukku.
” Kau kesal ya, tapi itu kenyataannya. Mereka memburumu, hingga berbuat onar seperti ini. Mereka hibrid manusia setengah dewa, yang dari dulu selalu memburu gadis gadis seperti dirimu” dan kini aku pusing dengan penjelasan Damien yang berbelit-belit. Ada satu orang yang berhasil menerobos barikade bawahan Damien, dia pun ikut duduk di depanku dengan sikap bak pria sejati. Ku akui dia terlihat bersinar, orang di depanku sangatlah tampan. Tapi jika di bandingkan dengan Damien pria itu terasa biasa saja. Ku akui jika Damien termasuk pria yang ku sukai, minus dengan wajah datarnya dan kata kata menggelikan yang dia ucapkan. Dan pria di depanku memang menawan, tapi aku merasa ada yang salah di dirinya. Terbukti dengan seringai jahatnya yang dia perlihatkan padaku saat ini.
” akh dia yang terakhir ya, cantik sekali. Perkenalkan namaku Carlos Vela Tevez, senang bisa melihatmu my lady” Carlos hampir meraih tanganku, tapi dengan sigap Damien menepisnya hingga pria itu menabrak dinding sampai ambruk.
” kekuatanmu belum sebanding denganku, dan kalian berhenti bermain main. Cepat bereskan mereka semua.” Hardik Damien pada anak buahnya.
Tanpa waktu lama, banyak mayat bergelimpangan di depanku. Mereka menebas, mencakar dan mencabut jantung para manusia hibrid itu tanpa perasaan. Aku semakin bergetar ketakutan melihat pembantaian ini.
” kau harus terbiasa melihat semua ini, karena ini takdirmu sebagai yang terakhir. Akan ada yang lebih mengerikan dari ini, jadi jika kau takut kau bisa bersembunyi di dadaku. Dengan senang hati aku akan memelukmu hingga takutmu hilang” disaat aku ketakutan setengah mati pun, dia masih bisa berkata menggelikan. Sebenarnya dia itu raja apa?? Kenapa dia bisa sesantai ini dan bisa mempunyai mulut perayu ulung.
” Ada yang melarikan diri my lord, tapi kurasa dia akan mati sebelum sampai ke tujuan. Semua akan kami bereskan, tuan bisa kembali ke kastil” lapor salah satu orang yang tadi datang bersama Damien.
” baiklah Louis, aku percayakan mereka padamu. Ayo sayang, kita harus pulang. Disini tidak aman untuk keselamatanmu” ku tatap paman Sam, dan dia menganggukan kepalanya tanda dia setuju aku ikut dengan pria itu.
Aku kira karena kekuatan yang dia miliki aku akan di ajak menghilang atau setidaknya kami terbang. Tapi ekspetasi ku buyar seketika saat dia mengajakku masuk ke dalam Ferrari hitam yang terparkir rapi di parkiran caffe. Aku mendengus lelah, dia memiliki kekuatan yang mungkin sangat hebat. Tapi kenapa dia harus repot-repot menyetir mobil sendiri, disaat dia dengan mudah menepis hibrid itu tanpa tenaga hingga terpental. Owh God, adakah yang lebih absurd dari ini, ku harap hanya dia seorang yang memiliki kepribadian yang sangat tidak jelas. Jangan di tambah lagi orang orang seperti dia di kastilnya nanti.