Pinkie Promise: 4. Sepasang Manusia

**** Tiara hanya bisa tertegun, tak sedikitpun ingin bangkit dari tempatnya terduduk kaku. Rasa sakit yang terasa pada tulang ekornya kini dalam pengabaian Tiara, sebab saat ini ia lebih tertarik untuk memperhatikan dengan saksama penampilan pria asing di depan matanya. Pria itu memakai pakaian serba hitam dan tak terlihat seperti model pakaian yang biasanya Tiara …

Pinkie Promise: 3. Asing

**** Tiara merasakan seluruh tubuhnya terasa sejuk berlebihan seolah semilir angin yang begitu dingin sedang menusuk hingga menembus seluruh tulang belulang yang dibalut oleh kulit tipis dari tubuh mungilnya. “Dingin,” batin Tiara yang masih tetap memejamkan kedua matanya dan memeluk tubuhnya sendiri erat-erat. Tiara merasa sangat enggan untuk terbangun dari tidurnya dan membutuhkan kehangatan. Lambat …

Pinkie Promise: 2. Solitude

**** Ya, sesekali Tiara juga berpikir seegois itu, ingin perpustakaan itu untuk dirinya sendiri.   Tiara melihat jam sudah menunjukkan pukul 09.15 waktu setempat. Sudah lima belas menit berlalu dari jadwal buka perpustakaan, tapi Tiara belum melihat satupun pengunjung mendatanginya. Padahal biasanya akan ada segelintir anak yang mulai berdatangan bahkan sebelum Tiara sempat mempersiapkan segalanya …

Pinkie Promise: 1. Tiara

**** Di suatu pagi yang cerah, ketika matahari telah bersinar hangat dan bersahabat sehingga begitu menyenangkan untuk disambut dengan jiwa yang bersemangat, dari sebuah rumah bernuansa putih dan dikelilingi hamparan rerumputan hijau sehingga terkesan kontras satu sama lain, terlihat seorang gadis belia yang berusaha keras menggeser pintu rumahnya yang lebih mirip seperti bingkai kaca berbentuk …

Pinkie Promise: Prolog

**** “Pergilah Tiara….” Tiara tercenung, hanya bisa diam mematung masih tak berhenti menatap sepasang mata amber yang kini menatapnya dengan kilatan tak bersahabat dan suara yang tengah mengusirnya untuk pergi itu terdengar begitu lirih dan menyeramkan.   Pria dihadapannya itu tak mau mengulang kata-katanya untuk kedua kalinya, mendekatinya dengan bahasa tubuh yang diliputi kegeraman hingga …

Rattleheart Part 1 : Arti Dari Dunia

Arslan adalah seorang tentara bayaran yang mencari arti dari dunia. Baginya dunia tak lagi sama semenjak dia menjadi tentara bayaran, peperangan, rasa sakit, hubungan antara manusia. Apa sebenarnya itu semua? Dalam usia dewasanya ia terus menanyakan arti hidup. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang penyihir perempuan bernama Alz yang meminta Arslan untuk memberikan makna …

Yvonne’s Romance – #4 Percakapan

**** Samar-samar suara gemerisik angin yang menerbangkan dedaunan kering menelusup dan mengantarkan gelombang suara yang menggetarkan kedua membran timpani di dalam sepasang telinga milik Yvonne. Terasa sedikit berisik namun tak mengusik dan sedikitpun tak melunturkan semangat Yvonne untuk tetap memfokuskan kedua bola matanya membaca setiap deretan kata-kata yang membentuk kalimat-kalimat indah dari novel berbentuk buku …

The Red Prince | BONUS PART Mauve’s Story : Sang Penakluk

  (No Ratings Yet) Loading… Dunia langit dilanda mendung pekat selama beberapa hari. Suasana tampak mencekam dengan guntur serta petir yang menyambar tiada henti. Para okultis berkata jika kelahiran sang putra mahkota telah dekat. Semesta sedang berantusias menyambut kedatangan makhluk yang sangat mereka nanti-nantikan itu. Azure berdiri di belakang jendela kamarnya dengan kening mengernyit. Kedua …

The Red Prince | EPILOG : Kencan Ala Reddish

  Flavia duduk dengan canggung di kursinya. Kedua matanya menatap sosok Onyx yang saat itu sedang berdiri di depan meja pemesanan untuk makan siang mereka. Perempuan itu tak mengerti, lelaki yang mengaku bernama Henry itu tampak aneh dengan tiba-tiba meminta bantuannya agar diterima di toko baju tempatnya bekerja. Lebih anehnya lagi, saat ini, ia mau-mau …

[END] The Red Prince | Part 30 : Upacara Penyemaian Warna

    “Sudah cukup. Ayo kita kembali ke kastil masing-masing dan segera berkumpul ke aula besar-” Suara petir yang cukup kencang mendadak menggelegar di atas mereka tanpa peringatan. Rombongan pemimpin klan itu seketika menengadah dan melihat ke sekeliling dengan cepat untuk mengetahui apa yang terjadi. Reddish mengamati dengan cermat pelangi semesta yang masih berada di …

The Red Prince | Part 29 : Cahaya Petir

    “Aku belum berterima kasih padamu.” Reddish memiringkan tubuhnya menghadap perut Azure dan mengecupnya singkat. Sebelah tangannya memeluk hingga punggung, membelainya perlahan. Saat ini keduanya tengah berada di lapangan berumput yang terletak di salah satu sudut taman raksasa kastil merah. Lapangan berumput itu memiliki jenis tanaman rumput berdaun bulat yang tumbuh lebat dengan batangnya …

The Red Prince | Part 28 : Rindu Dan Cinta

    “Tidur? Kaubilang tidur, Azure? Aku dan semua makhluk sangat mengkhawatirkanmu dan ternyata kau sedang tidur?” Reddish berkata dengan menahan-nahan suara sembari mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ia mendadak merasa konyol dengan tingkahnya sebagai suami bodoh yang tak mengerti dengan keadaan istrinya. Oh, jadi karena Azure sedang tidak sakit sehingga kekuatan merahnya hanya terserap di …

The Red Prince | Part 27 : Tidur Panjang

    Tak terlihat apa pun di sana selain kegelapan. Ruangan itu didesain tanpa celah, berada di lantai paling bawah di antara ruang tahanan yang bersusun-susun. Satu-satunya sumber cahaya yang muncul di tempat itu adalah lubang berbentuk segi empat berterali selebar  tiga puluh kali tiga puluh sentimeter yang berasal dari ujung lorong. Itupun tak bisa …

The Red Prince | Part 26 : Manipulasi

  Dan tugasmu pun belum selesai, Azure. Kau masih harus menemaniku sampai hidupku berakhir. ~Reddish “Aku mewakili klan biru memberikan suaraku. Aku datang mendukung suamiku.” Azure berucap sembari mengangkat sebelah tangannya. Tatapannya lurus ke arah Reddish yang sepertinya sedang terkejut atas kedatangannya. Sebelah alis Reddish terangkat dengan pandangannya yang dingin. “Azure. Sedang apa kau di …

The Red Prince | Part 25 : Dukungan Maharani

  Ruang aula kastil putih itu telah dipenuhi dengungan suara para makhluk yang datang memenuhi undangan. Para pemimpin klan dan beberapa anggota koloni warna yang diminta hadir dalam rapat besar pemimpin klan tersebut turut hadir mengisi kursi rapat. Mereka semua duduk berkelompok dengan dahi mengernyit, dilengkapi ekspresi serius yang membuat nuansa ruangan itu menjadi tegang. …

The Red Prince | Part 24 : Karena Kau Adalah Azure

  “Reddish. Aku menyerahkan diri. Hukumlah aku. Penjarakan aku di tempat paling gelap agar aku bisa enyah dari segala rasa bersalahku padamu,” pintanya dengan suara sengau, tak meninggalkan ekspresi wajahnya yang penuh getir, bercampur aduk dengan air mata yang tak habis-habis keluar membasahi pipi, membuat pundaknya berguncang-guncang oleh tangis. Ecru dan Vantablack bersibak, menatap dengan …

The Red Prince | Part 23 : Bui yang Paling Memenjarakan

  “Aku tak butuh lagi tempat tertutup atau ruang tahanan khusus untuk menawan istriku, karena … aku telah memiliki bui yang paling menjeratnya sekalipun ia pergi ke ujung dunia langit untuk menghindar. Aku. Dia akan tertahan oleh hatinya yang terpaut padaku.” ~Reddish   Reddish terduduk di ruang kerjanya dengan sebelah tangan yang menumpu kepala. Ekspresinya …

The Red Prince | Part 22 : Keinginan Reddish

  Mata Ecru menyipit saat berusaha mengenali penampakan bayangan itu. Lalu, saat pengetahuan tentang siapa makhluk tersebut masuk ke dalam benaknya, sontak Ecru ternganga dengan ekspresi terkejutnya. “Vantablack!” Ecru berseru memanggil. Candy yang saat itu masih bersimpuh dengan ekspresi terluka di wajahnya itu menengadah. Tak jauh dari tempatnya berada, Ecru tampak berdiri dengan tatapan lurus …

The Red Prince | Part 21 : Aura Ungu

  Perempuan klan merah itu tampak histeris dan memanggil-manggil nama lelaki makhluk ungu itu hingga suaranya serak. “Carmine! Carmine!” Suasana ricuh dari ruang terbuka dari para makhluk yang berhamburan dan berusaha terbang untuk menyelamatkan diri dari suara dentuman yang mengerikan itu beku sejenak. Candy dengan ekspresi wajahnya yang shock itu berlari menuruni tangga dengan cepat, …

The Red Prince | Part 20 : Pernikahan Agung

  “Reddish! Pernikahan itu harus dilaksanakan lebih cepat! Malam ini juga! Kita tak punya banyak waktu lagi!” Reddish terpaku mendengar perintah itu. Dadanya berdesir. Kedua tangannya mengepal rapat. Entah bagaimana firasat buruk yang semula hanya ia anggap sebagai perasaannya yang sedang penuh oleh rasa antisipasi karena pernikahannya telah begitu dekat ternyata tidak sesederhana itu. Situasi …