Sudah hampir satu minggu tapi Langit tidak menemuiku lagi. Terakhir kalinya kami bertemu waktu di JN’s dan sedang mengasuh Varo. Setelah itu dia tidak memberi kabar apapun, dia benar-benar memberikanku waktu untuk berpikir ternyata. Pertemuan terakhir kami kurasa juga tidak cukup baik. Penuh kecanggungan dan itu membuatku tidak nyaman sama sekali. Tapi aku juga tidak …
Langit untuk Jingga (Delapan-B)
Setelah berhasil membungkam mulut Vanya dan Nada dengan mengancam aku tidak akan melanjutkan ceritaku jika mereka terus mengoceh sendiri, akhirnya kedua orang itu mau diam juga. Membiarkanku bercerita hingga selesai. “Ughh apa gue bilang. Gue dari dulu udah firasat kalau Langit ada perasaan sama lo J,” ujar Vanya. “Kasihan banget Langit J, selama ini berarti …
Langit untuk Jingga (Delapan-A)
Jalanan penuh, sesak, panas, dan macet sudah menjadi hal yang biasa di Jakarta. Apalagi hari Senin seperti ini, rasa-rasanya aku ingin mencekik leherku sendiri gara-gara frustasi akan kemacetan yang semakin menggila. Sejak se-jam yang lalu mobilku hanya melaju tak sampai 20 meter membuatku jengkel sendiri. Aku melirik kearah Nada yang duduk disampingku dengan headset menempel …
Langit untuk Jingga (Tujuh)
Deanada: besok rumpi cantik aja nih gaes? Alya: eh udah balik lo Nad? Alya: lo bawain nggak pesenan gue? Deanada: dah Deanada: ada satu, buat gue doang tapi Alya: serius? Mana-mana liat! Bulunya lebat nggak? ? Alya: eh Jingga engga lo bawain juga, kejam lo Nad Deanada: iya bulunya lebat banget, lembut, enak di elus-elus …
Langit untuk Jingga (Enam-B)
“Ontyyyyy,” teriak dua orang gadis kecil berambut ikal dari arah Ontyyyyy ruang tengah. Mereka berlari menuju ke arahku dengan antusias. Aku menundukkan badan dan menangkap kedua tubuh mungil itu dalam pelukanku. “Baby KeyMoz!” kukecup pipi kedua ponakan kembarku secara bergantian, mereka langsung tertawa renyah. Asli, kangen banget sama kedua bocah ini. “Uncle dimana Onty J?” …
Langit untuk Jingga (Enam-A)
“Riana minta break,” gumam Ozi. Kami akhirnya berhenti di sebuah coffe bar pinggiran kota sambil dan menikmati hangatnya kopi di pagi hari. Masih jam 7. Setengah jam lagi mungkin nggak masalah, sehingga kami nggak terlalu terlambat sampai ke Bandung nanti. “Just ‘break’?” tanyaku sambil mengangkat alis. “Iya, tapi tetep aja dia ada niat buat akhiri …
Langit untuk Jingga (Lima-B)
Ck! Aku berdecak sebal mendengar ucapan Ozi. Kami terus berbincang hingga lupa akan keterdiaman kita beberapa waktu lalu. Hingga tak sengaja aku membahas tentang omongan mama tempo hari kepadaku, tentang Ozi yang mau melamar Riana yang jujur saja sedikit mengusikku. Bukan apa-apa, aku tidak ingin membuat anggota keluargaku semakin mendesakku jika mengetahui aku dilangkahi oleh …
Langit untuk Jingga (Lima-A)
Aku segera turun ke bawah setelah mengangkat telepon dari Ozi karena dia sudah menungguku di parkiran apartemen. Aku dan Ozi memang sama-sama di Jakarta, tapi dia punya apartemen sendiri yang dekat dengan kantornya. Aku memang selalu pulang ke Bandung dengan Ozi, kecuali kalau dia sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan baru aku ke Bandung …
Langit untuk Jingga (Empat)
Kecanggungan sungguh terasa diantara kami. Akhirnya tadi aku mempersilahkan Langit ikut masuk ke ruang tunggu, dan sekarang dia hanya menatapku yang sedang berpura-pura bermain dengan Varo. “Oty boceen.” Tiba-tiba meletakkan mobil-mobilannya begitu saja di karpet. “Mau maen apa lagi sayang?” aku membongkar isi tas yang diberikan Alya tadi, kulihat sebuah puzzle bergambar induk bebek dan …
Langit untuk Jingga (Tiga-A)
Alya: lo lagi sibuk nggak? Gue minta tolong dong. *Read* Aku baru membaca chat dari Alya yang ternyata sudah sejak setengah jam yang lalu. Aku tadi sedang melayani pelanggan yang mau konsultasi masalah pernikahan dan segala macam tete bengek gaun dan perlengkapan lainnya. Sebenarnya ini pekerjaan Nada sebagai Bridal consultant, berhubung dia masih di Bali, …
Langit untuk Jingga (Dua)
Aku terus menatap Langit yang masih dengan santainya menyantap nasi bakar plus bebek sambal hijau dengan lalapan sebagai pelengkapnya. Dia masih sama, suka bebek goreng dan selalu memesan porsi sambal lebih banyak. Aku masih heran, dia sangat suka makanan pedas, padahal maag nya dulu sering sekali kambuh. Pernah dulu waktu masih SMA dia makan bakso …
Langit Untuk Jingga (Satu)
Part 1 “Iya, nanti aku telepon lagi ya mah. Ini Jingga lagi sibuk banget.” “Kamu jangan mikir kerjaan terus lah teh. Jangan terlalu capek juga,” pesan mama diujung sana. “Iya mah.” “Iya iya mulu kamu kalau dikasih tahu.” Aku memijat kepalaku ringan. “Oh iya hari minggu kamu pulang kan? KeyMoz udah nanyain kamu terus teh,” …
Langit untuk Jingga
Blurb [teaser] “Sudah.” Aku menyerahkan sebuah berkas yang baru saja kububuhi tanda tangan diatas materai kepada seseorang di depanku dengan tangan yang sedikit bergetar. Dia menerima surat itu lalu menyimpannya dalam map yang sudah ia sediakan. Kulihat dia masih saja menampakkan ekspresi datarnya seperti biasa. Seolah apa yang barusan kami lakukan adalah bukan hal penting …