Vitamins Blog

Langit untuk Jingga (Sembilan)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

27 votes, average: 1.00 out of 1 (27 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Sudah hampir satu minggu tapi Langit tidak menemuiku lagi. Terakhir kalinya kami bertemu waktu di JN’s dan sedang mengasuh Varo. Setelah itu dia tidak memberi kabar apapun, dia benar-benar memberikanku waktu untuk berpikir ternyata. Pertemuan terakhir kami kurasa juga tidak cukup baik. Penuh kecanggungan dan itu membuatku tidak nyaman sama sekali.

Tapi aku juga tidak ada waktu untuk mengurusi itu sekarang. Pekerjaanku sedang menumpuk. Apalagi kurang dari tiga minggu pernikahan Inggit akan digelar yang berarti aku dan Nada sedang sibuk-sibuknya mengurus semuanya. Mulai mengkoordinasi semua vendor terbaik yang bekerjasama dengan JN’s. Kali ini aku terlibat lebih banyak, bahkan aku turun tangan langsung mengurusi pernikahan Inggit karena ini adalah pernikahan sepupuku sendiri.

Bukan berarti pada klien lainnya aku tidak ikut mengurusi, hanya saja aku dan Nada sudah sepakat untuk fokus pada bidang dan keahlian masing-masing. Nada penanggung jawab terbesar merangkap sebagai Bridal Consultan di JN’s WO. Sedangkan aku sebaliknya, penanggung jawab JN’s Boutique paling besar berada di pundakku. Biasanya untuk masalah konsultasi pelanggan dan pemilihan konsep semuanya Nada yang mengarahkan kepada pelanggan. Aku akan mem-backup semuanya saat pilihan sudah fix dan mulai pada pelaksanaan konsep dan mulai menghubungi para vendor.

Aku menuruni tangga untuk menghampiri Nada di bawah. Kulihat Nada sedang berkutat dengan ponselnya. Aku melirik sekilas kearah ponsel itu dan rentetan chat dari Mr.Hans terpampang jelas. Pantas saja dia senyum-senyum sendiri dari tadi.

Akhir-akhir ini memang Nada semakin dekat dengan lelaki itu. Hans adalah sahabat sekaligus atasan Billy-suami Vanya. Kami mengenalnya saat acara akikah Bilva, saat itu dia juga menghadiri acara akikah yang diadakan di rumah kedua orangtua Billy. Kami berkenalan dengannya tentu saja atas bantuan Billy. Nada yang paling antusias dan paling menunjukkan ketertarikannya secara terang-terangan ke Hans.

Embel-embel mister tentu saja hanya geng kami yang memberinya.

Hans bisa dikatakan tampan. Sangat tampan malah, dengan wajah blasteran Indonesia-Turki yang khas dan jambang tipis memenuhi sisi rahangnya yang tegas dan kokoh, aku yakin tidak ada satu wanitapun yang tidak terkesima saat melihatnya.

Termasuk aku.

Tapi tentu saja hanya ketersimaan biasa tanpa melibatkan perasaan. Atau seperti kata Alya, hanya sebagai cuci mata untuk kami para wanita. Hahaha.

Nada yang baru menyadari keberadaanku langsung menjauhkan ponselnya. Aku menyengir singkat. “Sorry, nggak sengaja lihat,” ucapku dengan cengiran tanpa dosa.

“Kampret lo!” semburnya kemudian. Aku hanya tertawa mendengar omelannya. “Udah berani ngajak hangout berdua ya sekarang,” godaku dan ternyata berhasil membuat dia salah tingkah. Sumpah! Baru kali ini aku melihat Nada yang begajulan terlihat salah tingkah karena godaanku.

“Haha, lo beneran serius emang sama Mr.Hans?” tanyaku penasaran. Bukan apa-apa, tapi aku tidak menyangka kalau Nada serius ingin mendekati Hans.

“Serius nggak serius sih.”

“Nah, kok….”

“Gue takut aja, secara dia itu sempurna banget J! Masa iya dia gua ajak hangout langsung mau, lo inget kan waktu kita kenalan dulu dia gimana?” Nada menggebungkan pipi, dan sedikit mengerucutkan bibirnya. Aku mengingat-ingat waktu pertama kali kami berempat bertemu dengan Hans. Dia memang waktu itu sangat cuek, bahkan dia hanya tersenyum sopan saat Nada secara frontal menunjukkan ketarikannya pada lelaki itu , yang tentu saja membuat aku,  Vanya dan Alya menahan tawa geli.

“Dia aja cueknya minta ampun, sekarang berubah jadi care banget, kan gue jadi curiga J.”

“Yaelah, dia cuek karena kita berempat jadi dia pura-pura jaim gitu kali. Mungkin dia nervous juga dikerubungin empat wanita cantik, hahahah.”

“Aishh, gue jadi penasaran tahu nggak. Dia itu susah banget ditebak, gue jadi tertantang nih,” ucap Nada sambil matanya berbinar, seperti mendapatkan mainan menarik untuk kali ini.

“Elahh, tertantang gimana sih maksud lo.”

“Ya gitu lah, gue tertantang aja pengen deket sama dia.”

“Jangan main-main mulu Nad, kena karma tau rasa lo.”

“Gue nggak main-main, siapa tahu beneran bisa dapetin hatinya, how a lucky i’am.”

“Iya deh gue doain pdkt lo lancar, biar gue nggak lihat lo nge-jomblo terus,” ucapku sambil menyeringai melihat kedua mata Nada yang mendelik kesal.

“Ngaca kali J!” teriaknya menyindirku. Aku hanya tertawa menanggapi ucapan Nada.

“Sample undangannya katanya udah jadi Nad? Gimana, lihat dong,” tanyaku setelah duduk di depan kursi Nada. Dia langsung bergerak mencari sample undangan itu di laci meja kerjanya.

“Nih,” Nada menyodorkan sebuah kartu undangan berwarna peach kepadaku.

“Wow, keren banget jadinya. Warnanya jadi kelihatan lebih soft dan nyatu sama foto mereka.” Aku membuka undangan itu dan melihat keseluruhan isinya.

“Iya, gue juga suka banget sama konsep mereka. Sesuai banget sama Inggit-Andika. Mereka serasi abis sumpah, bikin jealous tahu nggak.”

“Haha, habis ini stok cuci mata lo berkurang satu Nad.”

“Iya nih, njir. Andika beneran di hak paten sama Inggit abis ini, itu berarti Andika udah masuk blacklist dan haram buat gue modusin.”

“Hahaha gapapa Nad, Andika hilang Mr.Hans datang.”

“Hahaha amiiiiin,” jawab Nada bersemangat. Aku hanya terkikik geli melihat tingkah Nada yang seperti anak abg yang sedang gencar mendekati gebetannya.

Ting!

Kurasakan ponsel dalam genggamanku bergetar. Sebuah pesan masuk dari.., Langit? Aku membuka pesan itu dengan segera.

From: Langit Biru

Lagi di butik kan? Makan siang mie Cakalang mang Pras mau? Kangen pengen kesana sama kamu J

Aku juga kangen kesana sama kamu Lang, kangen kita yang seperti dulu.

“Eh iya, siang ini Inggit minta ketemuan di caffe lantai bawah gedung kantornya, dia nanti ada metting dadakan jadi nggak bisa ke butik. Lo mau ikut nggak?”

“Helloooow,  lo ikut nggak?” aku mengerjapkan mata saat Nada menggerakkan tangannya di depan wajahku.

“Mmm eh, sorry gue nggak ikutan ya. Langit mau ngajak gue keluar,” ucapku kikuk.

“Ehh dia mau ngajak kemana emang?”

“Langit ngajak makan mie cakalang mang Pras,”

“Hmm, nah sekalian deh itu masalah kalian rampungin juga.”

“Menurut lo harus banget ya ngomongin masalah itu sekarang Nad?” tanyaku pelan.

“Jinggaaa, kalau nggak sekarang lo mau bilangnya kapan?” jeda Nada. “Gue bilangin ya J, kalau lo ngegindar terus kapan masalah lo sama Langit bakalan kelar? Lo mau emang hubungan kalian makin berantakan?” tanya Nada setengah menasehatiku. Aku sendiri hanya menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaannya.

“Mangkanya buruan di omongin. Kalaupun lo masih belum bisa nerima pengakuan Langit, setidaknya kalian masih bisa kayak dulu lagi,” tutur Nada kepadaku.

“Iya iya, nanti gue omongin sama Langit. Lo ketemu sama Inggit sendiri nggak papa?”

“Nggak papa lah, cuman ngasih sample undangan sama ngobrolin persiapan gedung aja sih. Hampir clear semua juga kan?”

“Iya, tapi masih banyak yang perlu di konfirmasi lagi sama Inggit, kasih tahu dia juga masalah katering, ada menu dessert baru yang kemarin katanya mbak Nila enak. Nah coba deh tawarin Inggit siapa tahu mau nambah menunya. Eh bentar,” ucapku terputus saat melihat ponselku berbunyi tanda panggilan masuk. Aku segera mengangkatnya saat kutahu sebuah panggilan masuk dari Langit.

“Waalaikumsalam.”

“….”

“Umm iya lagi di butik. Mau kok, udah lama juga aku nggak kesana,” jawabku menanggapi ucapan Langit di seberang telepon.

“….”

“Oke, aku tunggu. Bye.”

Tut. Aku mematikan telepon dan melihat Nada yang memasang muka bete.

“Nanti gue *maksi sama siapa ya,” ucap Nada tiba-tiba sambil menangkup pipinya sendiri.

“Ajak Hans coba deh,” usulku.

“Kan nanti malem mau hangout, masa iya makan siannya juga mau ditemenin,”

“Ya terus kenapa, katanya pengen ada yang nemenin maksi.”

“Iya sih, tapi masa iya ngajak Hans.”

“Mending lah dari pada ngajak suami orang.”

“Jinggaaaaaa!!”

***

#Maksi : makan siang

SitiIsmaya

Pecinta musik -random - Dan penikmat novel romance ?

20 Komentar

  1. Mending hans yg single drpd suami orang hayo loh :DOR! :HUAHAHAHAHA

    1. hahaha Mr.Hans single koo :p

  2. :HUAHAHAHAHA maaf, kok nggak ada lope-lopenya ya ? Apa HP aku yang eror :CURIGAH :ngupildoeloe ?

    1. eh iya, nanti biar aku edit ulang ya ka hehehe, lopenya ketinggalan

  3. dua orang iu kok somplak banget ya,,

    1. SitiIsmaya menulis:

      Wkwkwkwkaa

  4. Wkwkwk, dasar yah

  5. Mending single ya gakkk :LARIDEMIHIDUP

  6. fitriartemisia menulis:

    eaaaaaaaaa yang mau makan siang uhuyyyy

    1. SitiIsmaya menulis:

      Uhuuuuuuy

  7. farahzamani5 menulis:

    Ahhh part ini blom bca
    Btw ga dilanjut lgi ya cerita ny disini?

    1. SitiIsmaya menulis:

      Huhuhu, blm pengen update disini kak palah. Di wattpad juga belon sih :beruraiairmata

  8. :tidakks!

  9. langit…. aku fans mu,,,,
    eh kq ga di up lagi? sbk kah? di tunggu selalu lanjutan nya …..

    1. ngga sibuk2 banget sih, tapi kebanyakan libur jadi ya gini banyak magernya hahaha, tp emang ada aja halangannya tiap mau nulis lagi, hiks

  10. Ditunggu kelanjutannyaa

    1. thanks kak, hihi miga bisa cepet apdet ya, ada mulu halangannya nih

  11. irmayantiElysapakpah menulis:

    Gk bosen2 buat baca cerita yg k ni. Walaupun watpad dah baca tpi lupa dah ending apa blm. Soalnya tllu byk baca novel. Wkwk. Smangt ya thor. Suka sma critany.

  12. irmayantiElysapakpah menulis:

    Eh bkn wattpad bacany. Tuh kan saking byk ny baca novel jd error . maaf yah thor. Bacany d sini trnyata baru lanjut baca skrng. Wkwk. Tpi dr awal baca pokoknya aku suka sma critanya. Semangatttt :tepuk2tangan

    1. SitiIsmaya menulis:

      bisa juga kok baca di wattpad, @mayayuffi