Vitamins Blog

Immortal Guardian – Lembar 17 (Nama)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

4 votes, average: 1.00 out of 1 (4 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Kaki kecil Unique segera berlari keluar dari tenda. Matanya langsung dihadapkan degan pertempuran antara prajurit yang menemaninya dengan prajurit yang dimiliki oleh Pageran Franco. Jumlahnya tidak sepadan, prajurit yang menemaninya kepayahan menahan serangan dari prajurit Pangeran Franco. Unique mengeratkan pelukannya terhadap sayap yang ada di pelukannya. Apapun yang terjadi, dia harus melindungi sayap milik Agni.

“Tuan Putri!” Unique menoleh ke arah kanannya, Alford berteriak sambil menahan laju pedang yang terarah tiba-tiba ke Unique. “Anda harus segera pergi! Saya akan membantu ada keluar dari sini.” Dengan satu tebasan, prajurit di depannya langsung terkapar. Alford segera berlari diikuti oleh Unique di belakangnya.

Keduanya langsung berlari menjauh dari perkemahan Pangeran Franco. Langkah kaki mereka menghentak di kesunyian hutan malam itu. Meski samar, sinar mentari perlahan mengintip dari ujung pepohonan yang mulai terlihat longgar. Saat langkah mereka keluar dari hutan, angin langsung menyambut kedatangan mereka. Tepat di depan mereka, ladang rumput yang sangat luas terbentang tanpa ujung. Satu-satunya yang mencolok adalah siluet pohon apel yang mejulang sendirian diantara rerumputan itu. pohon apel itu, tempat dia dulu sering menghabiskan waktu bersama Agni.

“Tuan Putri!” Unique langsung tersadar dari lamunannya dan kembali berlari mengikuti Alford. Keduanya berlari melintasi ladang rumput itu. Suara para prajurit di belakang mereka berpacu dengan denyut jantung mereka yang makin cepat. Mereka tidak tau siapa dibelakang sana, entah prajurit musuh atau prajurit mereka sendiri, yang paling penting adalah mereka bisa melarikan dulu dari situasi itu.

Tapi sayangnya Alford terjatuh.

Dua panah melesat pada kakinya, salah satunya menancap pada tendon lututnya dan yang lainnya pada paha atasnya. Keduanya berpandangan dengan mata gemetar. Bukan hanya suara prajurit saja yang bisa mereka dengar, tetapi wujud mereka juga semakin mendekat. Ada dua, tidak empat prajurit yang berlari ke arah mereka. Kedua prajurit sudah siap melesatkan panah kembali sedangkan dua prajurit lainnya berlari dengan pedang sudah siap mengayun ke arah mereka.

“Pergi!” Unique memeluk erat sayap Agni. Mata Alford gemetar, entah untuk menguatkan atau sudah lelah dengan kondisi badannya, tetapi tangannya tetap mengeluarkan pedang dari sarungnya. Ini semua salahnya, pikir Unique. Seharusnya dia melepaskan Agni sehingga dia tidak perlu menyeret semua orang dalam tragedi miliknya. “Tuan Putri, ini bukan salah anda.”

“Semua orang berhak memperjuangkan hidupnya untuk bahagia.”

Unique tertegun sejenak.

“Karena itu, tolong sampaikan pada Honey bahwa saya senang bertemu dengannya.”

Unique hendak membantah tetapi suaranya teredam suara teriakan prajurit yang mengayunkan pedangnya pada Alford. Pria itu segera menahan serangan tersebut dan mendorongnya menjauh. Sedangkan prajurit yang lain sudah mengayunkan pedangnya ke arah Unique dan menebas sebagian bahu dan rambut milik Unique. Beruntungnya pedang tersebut tidak sampai menebas leher Unique karena Alford sudah menjangkau pedang tersebut dengan tangan kirinya yang kosong. Namun karena posisinya yang terbuka, prajurit yang tadi mengayunkan pedang pada Alford kembali mengayunkan pedangnya hingga menimbulkan sayatan panjang dari pundak hingga pinggul Alford.

“Pergi, sekarang!” geram Alford diantara suaranya yang menahan sakit.

Unique gemetar tetapi segera berbalik dan lari menjauh.

Matahari baru saja terbit, tetapi air mata Unique tenggelam bersama langkah kakinya.

***

“Bodoh, masuk kesini dan bantu aku!” Teriakan itu menggema dari tenda. Meski terdesak, Pangeran Franco masih mampu berteriak meminta bantuan dari prajuritnya.

“Sepertinya hanya mulutmu saja yang memiliki kekuatan besar.” Agni mulai kelelahan bahkan untuk berkata-kata tetapi tetap mengencangkan kunciannya pada tubuh Pangeran Franco. Tapi itu hanya sementara. Salah satu prajurit memasuki tenda dan segera menusukkan tombaknya pada perut sebelah kiri Agni dan menembusnya hingga perut bagian kanan. Agni segera melepaskan kunciannya bersamaan dengan darah yang kembali keluar dari mulutnya.

Pangeran Franco memasang muka muram dengan napas yang tidak teratur. “Bajingan!” Pangeran Franco meluapkan amarahnya dengan menendang wajah Agni hingga tubuh Agni ambruk ke belakang. Tidak hanya itu, Pangeran Franco terus menerus menendang tempat luka dari tusukan tombak yang ada di tubuh Agni. Pangeran Franco membabi buta sedangkan Agni hanya bisa meringkuk dengan napas yang makin kepayahan.

“Hah, tunggu sampai aku mendapatkan putri kesayangamu itu. Akan aku pastikan untuk menidurinya dan membunuhnya di depanmu.”

“Beraninya Kau!” Agni segera bangun dan menyergap ke arah Pangeran Franco tetapi prajurit di sebelahnya dengan sigap  menusukkan kembali tombak itu pada dadanya.

Agni terdiam.

Tangannya segera mencengkeram leher prajurit itu hingga terdengar suara retakan yang menyeramkan. Tidak lama hingga prajurit itu jatuh tanpa daya di tanah meninggalkan tombak yang masih kokoh tertancam di dada Agni. Agni tanpa ragu mencabut tombak itu.

Mata Pangeran Franco gemetar. “Kau monster,” Pangeran Franco tidak bisa berkata-kata lagi saat Agni menebasnya dengan tombak di tangannya. Tebasan itu tidak menimbulkan luka dalam pada dada Pangeran Franco, tapi mampu membuat jatuh terduduk dengan raut muka berantakan.

“Mari kita lihat seperti apa moster sebenarnya.”

“Tolong, prajurit, prajurit kemari! Tolong aku! Dasar Bodoh, kemarilah!” Seakan menjawab doa Pangeran Franco, lima prajurit masuk dan langsung mengelilingi Agni. Kelimanya segera menusukkan semua senjata yang ada di tangan mereka, pedang, tombak, kapak. Namun Agni masih bergeming di tempatnya.

“Hanya itu?” Semua orang di dalam orang itu gemetar ketakutan dengan suara pelan Agni. Mata Pangeran Franco melihat ke segala arah untuk mencari celah kabur tetapi menemukan belati di sampingnya. Belati yang mampu melukai Agni.

Agni mengangkat tombaknya dan menebas hambatan yang ada di kanannya. Dua prajurit langsung mendapat serangan fatal dan jatuh ke tanah. Namun apa yang telah menunggu setelah dua prajurit itu adalah Pangeran Franco yang menerjang ke arahnya dengan belati di tangannya. Belati itu terarah ke dadanya yang telah terluka, menarik belati itu hingga menimbulkan luka memanjang dari dada hingga lengan kanan atas Agni. Tombak di tangan kanan Agni segera jatuh ke tanah.

“Tahan dia.” Prajurit dengan sigap langsung menanggapi peritah Pangeran Franco dengan menjatuhkan Agni dengan posisi berlutut. Semua senjata segara ditusukkan ke tubuh Agni hingga menembus ke tanah, menahan semua gerakan Agni hingga dia hanya bisa diam dalam posisi berlutut. Semakin banyak prajurit yang menusukkan senjatanya pada Agni hingga Agni memuntahkan kembali darahnya. Warna kulitnya makin menghilang.

Pandangannya buram. Hal yang paling diingatnya adalah bayangan Pangeran Franco yang berjalan keluar tenda dengan belati berdarah di tangannya.

***

Unique tidak tau sudah berapa lama dia berlari di padang rumput ini. Air mata yang tadi mengalir deras telah mengering. Matahari belum begitu panas tetapi telah menampakkan wujudnya secara sempurna. Ini pagi yang cerah. Tetapi tidak secerah dengan keadaan yang dialaminya.

Unique tidak lagi mendengar suara pedang bersilangan. Tidak ada lagi suara teriakan maupun bau darah dan keringat yang menyatu. Tetapi meski sudah terasa lama waktu berlalu, pandangan di depannya tetap sama. Ladang rumput yang sama, dengan bayangan pohon apel yang tidak juga terlihat wujudnya secara jelas. Dirinya merasa seperti berlari memutari ladang tanpa henti.

Pikiran kusutnya luluh lantah saat terdengar suara tapal kuda yang mendekat. Saat Unique menoleh ke belakang, sosok yang dikenalnya memenuhi indera matanya.

Pangeran Franco. Sosok itu melaju dengan kecepatan penuh diatas kudanya.

Unique yang mulanya memelankan laju larinya karena berpikir tidak ada lagi yang mengejar, kembali berlari sekuat tenaga. Peluh yang mengering kini kembali membasahi dahinya. Napas yang tadinya baru saja teratur, kini kembali menggebu seiring dengan kecepatan kakinya. Namun kecepatan kaki Unique tidak mampu menandingi kecepatan kaki kuda milik Pangeran Franco. Dalam sekejap mata, kuda itu sudah menghalangi sosok Unique.

Pangeran Franco melompat dari kudanya, saling berhadapan dengan Unique yang terengah disana. Gadis itu menatap tajam pada pisau yang ada di tangan Pangeran Franco. Spontan, Unique menyembunyikan sayap di tangannya di balik punggungnya, berusaha sebaik mungkin melindungi sayap milik Agni.

“Putri, berikan sayap itu padaku. Kamu tidak ingin aku mengambilnya secara paksa, kan?”

Unique mengeratkan cengkeramannya pada sayang di balik punggungnya. Kakinya gemetar kelelahan, napasnya masih menderu, dan wajahnya memerah panas akibat kelelahan. Tapi meski begitu, dia tetap berusaha melindungi sayap yang dipegangnya.

“Baik jika ini maumu Putri.” Pangeran Franco mencengkeram tangan Putri Unique, membuat gadis itu berteriak kesakitan. Tetapi meski begitu, Unqiue tetap bersikeras menyembunyikan sayap Agni di belakang punggungnya.

Pangeran Franco mengernyitkan dahinya, makin kesal dengan kegigihan Unique.

Tiba-tiba Pangeran Franco melayang begitu saja. Belati di tangannya terlepas tak jauh darinya. Di tempat Pangeran Franco dulunya berdiri, Agni berdiri mengggantikannya. Napas Agni terengah-engah dengan darah dan lebam yang memenuhi tubuhnya. Tangan yang dia gunakan untuk memukul Pangeran Franco bergetar akibat amarah yang dimilikinya.

Unique terpaku dengan kemunculan Agni. Terutama dengan penampilan sosoknya yang seakan tumbang kapan saja.

Agni berjalan menuju Pangeran Franco yang masih tergeletak di tanah memegangi sisi wajahnya yang sudah lebam akibat pukulan Agni. Agni berjalan kepayahan. Salah satu kakinya terseret, entah akibat tulang yang patah atau luka tusukan. Tangan kanannya lunglai tak berdaya dan terselimuti darah sepenuhnya. Salah satu matanya tertutup oleh lebam hingga tidak bisa melihat, sedangkan satunya berwarna merah setengahnya akibat darah. Bahkan dengan kondisinya yang seperti itu, Agni masih menuju ke Pangeran Franco.

“Sial!” Pangeran Franco segera berdiri. Dia memberikan pukulan keras kepada Agni sebelum pria itu bisa mendekat ke arahnya. Pukulan tersebut diterima oleh Agni sampai pria itu terhuyung beberapa langkah ke belakang tapi dalam sekejap, Agni segera membalas pukulan Pangeran Franco.

Pangeran Franco kembali memukul Agni, tetapi kali ini dia menargetkan lengan kanannya. Hal itu menimbulkan kernyitan di dahi Agni karena rasa sakit yang menjalar pada lengannya yang tidak bisa dia angkat. Agni menggunakan tangan kirinya untuk menyangga tubuhnya yang terhuyung hendak jatuh, dan memutar tubuhnya dengan tangan kirinya sebagai tumpuan untuk menenda kepala Pangeran Farnco.

Telinga Pangeran Franco berdengung karena pukulan tepat di sisi kirinya, menyebabkan tubuhnya tak bereaksi. Di sisi lain, Agni yang berhasil menendang Pangeran Franco, terjatuh karena tangan kirinya tidak mampu menahan tubuhnya. Untuk sepersekian detik, keduanya membatu di tempat. Agni yang sadar terlebih dahulu langsung menendang kepala Pangeran Franco menggunakan kedua kakinya dengan kedua sikunya sebagai tumpan. Tendangan itu berhasil melambungkan Pangeran Franco menjauh dengan suara retakan yang keras.

Melihat Pageran Franco yang tergeletak tak berdaya, Unique bergegas menuju Agni yang juga tergeletak dengan napas yang terputus putus. Unique mengankat kepala Agni ke atas pangkuannya, menyeka darah yang menyelimuti wajahnya yang kini tidak tertutupi oleh perban. Agni di sisi lain, memandang wajah yang terlihat di atasnya. Dengan latar belakang matahari yang terbit, wajah Unique tampak seperti malaikat yang datang menyelamatkannya dari kehausan yang selama ini dia rasakan.

Keduanya terdiam.

Ini adalah kali pertama mereka bertemu setelah Unique mengingat semua ingatan kehidupan lamanya. Bagi Unique terasa membingungkan  sedangkan bagi Agni terasa melegakan. Tapi keduanya sama sama tidak dapat menyangkal perasaan terdalam mereka. Rasa kerinduan yang dialami oleh keduanya, yang terasa seakan selamanya dirasakan meski keduanya kini telah berhadapan.

Namun sepertinya dunia memang tidak pernah menginginkan kerinduan diantara mereka terpenuhi.

Agni segera mendorong Unique kesamping saat melihat bayangan gelap membayang di atas Unique. Tangan Agni refleks menahan tikaman Pangeran Franco yang memegang belati milik Agni. Tenaga yang terkuras habis setelah pertarungan tadi membuat Agni kewalahan dan lama kelamaan belati yang terkait diantara Agni dan Pangeran Franco mendekati mata kanan milik Agni. Seringai menjijikkan mulai terlihat di wajah Pangeran Franco saat mengetahui bahwa pria di bawahnya tidak dapat menahan serangannya terlalu lama.

Unique yang jatuh terduduk di sebelah kedua pria itu terdiam sejenak. Saat matanya melihat belati itu berjarak satu senti ke arah mata milik Agni, tangannya secara spontan meraih tangan Pangeran Franco. Tarikan yang tiba-tiba membuat gravitasi di kaki Pangeran Franco tergoyahkan. Pangeran Franco tertarik ke belakang oleh tenaga yang tak seberapa Unique, meninggalkan belati di tangan Agni yang masih memegangnya dengan erat. Sepersekian detik kemudian, terdengar suara tamparan yang sangat keras.

Pangeran Franco yang memiliki ekspresi geram di wajahnya telah menampar Unique hingga gadis itu jatuh terduduk kembali.

Agni tidak bisa berkata-kata melihat kejadian itu. Amarah yang tadi hilang meluap kembali di dalam dirinya. Tubuhnya secara otomatis menerjang ke arah Pangeran Franco, memberikan tebasan panjang pada dada pria yang kini memiliki ekspresi terkejut di wajahnya. Kakinya yang kembali kehilangan pusat gravitasinya, membuat Pangeran Franco jatuh. Pemandangan Agni yang menatap tajam dengan belati berlumuran darahnya membuat Pangeran Franco begidik ketakutan. Dirinya tanpa sadar merangkak ke belakang, berusaha menjauh sejauh mungkin dari monster yang entah kapan akan menyerangnya kembali.

Dan sesuai perkiraan Pangeran Franco, Agni segera menikam ke arah jantungnya. Namun tidak sesuai dengan keinginan Agni untuk langsung menembus jantung pangeran Franco, belatinya sempat menembus hal yang tidak terpikirkan olehnya. Sayapnya yang tak berbentuk. Belati miliknya menembus sayap miliknya tepat di tengahnya sebelum menusuk jantung Pangeran Franco. Pangeran Franco yang melihat wajah terkejut di wajah Agni tertawa kegirangan.

“Hahaha, kau pikir aku akan ketakutan! Jika aku mati, aku juga akan menyeretmu juga!” Tepat dengan tawa aneh yang bercampur kekehan aneh dari mulut Pangeran Franco, tangannya yang memegang sayap milik Agni menarik sekuat tenaga ke atas. Tarikan yang kuat itu menimbulkan goresan panjang dari tempat awal belati itu menembus hingga ujung sayap. Luka itu merupakan luka yang paling besar yang ada di sayap itu. Bahkan dengan sedikit tarikan saja, sayap iti tidak diragukan lagi akan terbelah menjadi empat bagian.

Agni tanpa diragukan lagi segera memuntahkan darah dari mulutnya. Darah itu mewarnai wajah Pangeran Franco yang tepat di bawah Agni. Anehnya Pangeran Franco tidak merasakan jijik dengan muntahan darah tersebut. Wajahnya malah menunjukkan kegembiraan yang menjijikkan bagi siapapun yang melihatnya. Geram dengan wajah menjijikkan itu, Agni semakin menekan belati di tangannya hingga belati itu menembus jantung milik Pangeran Franco. Kali ini giliran Pangeran Franco yang memuntahkan gumpalan darah dari mulutnya. Pangeran Franco terus menyeringai kegirangan bahkan saat napas terakhir meninggalkan tubuhnya.

Unique di yang selama ini hanya bisa melihat dari sisi lain tidak bisa berkata-kata, bahkan saat Pangeran Franco tidak lagi menunjukkan tanda kehidupan. Matanya baru gemetar saat melihat sayap milik Agni, yang tidak jauh sisi Agni, perlahan mulai berubah partikel-partikel halus yang terkikis oleh angin. Begitupun dengan kesadaran Agni yang perlahan makin terkikis dalam kegelapan. Unique yang terlambat menyadari, segera berlari ke arah Agni. Pria itu masih berada di tempatnya dengan mata kosong memandang ke arah sayapnya yang kini sudah tidak berbentuk lagi.

Tanpa sepatah kata, Agni meraih sayapnya dalam pelukan tangannya. Pandangannya teralih ke arah Unique yang sudah berjongkok di sampingnya, melihat kondisinya dengan khawatir. Seakan tidak mau membuat gadis kesayangannya khawatir, Agni tersenyum kecil dan meraih tangannya. Tangan kiri Agni terpaut dengan sempurna dengan tangan kanan milik Unique, seakan sudah menemukan tempat yang selama ini dia cari.

Unique yang memandang kepada tangan yang terpaut itu terhipnotis sejenak. Dia tidak menyadari saat pria itu berdiri dan menarik tangannya ke arahnya, berjalan berdampingan dengan tangan yang masih terpaut. Seakan hal sederhana itu memang sudah biasa dia alami. Dan tanpa dia sadari, Unique sudah sampai di pohon apel yang dilihatnya semenjak kabur dari Pangeran Franco. Salah satu tujuan yang ditujunya saat melarikan diri.

Secara alami Unqieu duduk bersandar di pohon itu, melipat kakinya menjadi bantalan yang nyaman bagi pria yang masih berdiri di sampingnya. Agni berdiam diri seakan menunggu semua yang dilakukan oleh Unique. Begitu gadis itu memandangnya dengan posisi yang selalu diingatnya di dalam mimpinya, Agni segera duduk lalu tidur dengan kepala di atas pangkuannya, seakan hal itu alami dilakukan oleh keduanya. Meski kini penampilan keduanya benar-benar kacau balau, dengan sayap Agni yang tinggal setengah.

Keduanya terdiam seakan menikmati saat-saat yang telah mereka tunggu tersebut.

“Jika saja aku tidak terlalu egois untuk berada di sampingmu, bukankah kamu tidak perlu melalui ini semua?”

Unique mengernyitkan dahinya atas ucapan Agni, “Jangan mengatakan itu. Apakah kamu bermaksud bahwa kita tidak seharusnya bertemu semenjak awal?”

“Memang itulah yang seharasunya terjadi.” Keduanya terdiam. Tak mampu melanjutkan pertengkaran kecil mereka. Waktu menjadi lebih berharga untuk dinikmati dibandingkan harus dihabiskan untuk pertengkaran itu. “Jika sejak awal aku tau bahwa kutukan itu ada di sayap ini, seharusnya aku menemukannya untuk memusnahkannya.”

Unique lagi-lagi tidak berkomentar. Pandangannya melirik pada sayap yang sedari tadi ada di pelukannya Agni. Sayap itu tadi tinggal setengah, tetapi sekarang tinggal seperemoat bagian yang terlihat. Angin yang bertiup lembut terus menggerus sayap yang berubah menjadi partikel abu tersebut. Menyadari bahwa kutukan itu hampir lenyap, tangan Unqieu meraih tangan Agni yang ada di atas sayap itu. tangan Unqiue meremas lembut tangan Agni yang ada di dalam genggamannya, memberikan isyarat pada Agni agar menghentikan ocehannya.

“Setidaknya aku senang setelah waktu lama yang kuhabiskan di sini, aku bisa menjadi manusia.” Remasan Unique pada tangan Agni semakin mengencang, membuat pria itu tersenyum lembut pada gadis itu. Terutama wajah Unique yang terasa imut karena pipinya yang memerah menahan tangis. “Hei.”

“Diamlah,” suara Unique kecil dan terasa getaran di dalamnya. Terlihat banyak usaha yang dilakukan gadis itu untuk menahan air mata yang hendak mengalir di pipinya.

“Apakah kamu tidak mau melihat wajahku?” Unique, yang sedari tadi menutup matanya untuk menahan air matanya, membuka matanya setelah mendengar pertanyaan Agni. Pria yang ada di bawahnya tersenyum kecil ke arahnya. Meski wajahnya sangat kacau balau, itu tidak menutupi bagaimana rupawannya wajahnya. Bahkan dalam ingatan Unique di kehidupan masa lalunya, Agni tetap menawan dalam keadaan apapun, sama seperti sekarang. “Panggil namaku.”

Wajah Unique terdistoris. Pandangannya kembali jatuh pada sayap yang tinggal beberapa helai di bawah tangan Agni. Pandangan Unique kembali menatap wajah Agni yang seakan tidak terusik dengan sayapnya yang hampir musnah. Mata pria itu tetap menatapnya, dari dulu hingga sekarang. Mata itu selalu menatapnya. Bahkan butuh waktu beratus-ratus tahun dan berkali-kali reinkaransi bagi Unique untuk memahami tatapan pria itu.

Sedari awal dan sampai akhirpun, pria itu selalu mencintainya.

“Agni.”

Agni tersenyum mendengar Unique memanggil namanya. “Ya, Unique.”

Bagi Unique, Senyum pria itu sangat menyilaukan seperti matahari di siang itu. Namun senyum itu bahkan terasa lebih lembut dari angin yang menyapu pipinya. Lebih riang dari angin yang bermain dengan ujung rambutnya. Dan lebih tenang dari angin yang membawa partikel terakhir dari sayap favoritnya.

 

KONTEN PREMIUM PSA


 

Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.

Download dan install PSA App terbaru di Google PlayWelcome To PSAFolow instagram PSA di @projectsairaakira

Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira

2 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    :aw..aw :lovelove