Perampas Waktu

Perampas Waktu #13 Melepas Benci

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

12 votes, average: 1.00 out of 1 (12 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

 

sountrack song : Tyler Shaw – When You’re Home (lyrics)

Malam ini saat kelopak terakhir bunga mawar yang kau titipkan ke hatiku akhirnya runtuh menyerah dan jatuh berserak, kuputuskan bahwa jiwaku akan berhenti memusuhimu.

Bukan karena aku menghapus dendam, tetapi lebih karena aku ingin mencabut akar-akar yang sempat kubiarkan kau menanamnya terlalu dalam di hatiku. Tidakkah kau melihatnya dari kilau di mataku? Akar-akar itu sekarang busuk, terisap sari oleh benalu berwujud pengkhianatan.

Kuputuskan untuk berhenti menjadikanmu musuh besar hatiku. Karena memusuhimu hanya akan semakin membuatku mengingatmu. Membencimu hanya akan semakin membuatmu bercokol di dalam otakku, merajalela di sana. Menaruh dendam kepadamu hanya akan menyulut nyala api yang membakarku habis, tak kenal ampun dari kepala sampai ke hati.

Kau yang paling tahu kalau di detik ini, aku masih cukup mampu menusukkan pisau kebencianku itu ke jantungmu. Aku pun sanggup jika harus menari-nari sambil tertawa puas ketika melihat kau terkapar sekarat kehabisan darah. Sesungguhnya, aku lebih suka kau langsung mati saja. Tutup matamu dan hilang diterjang alam baka. Sebesar itulah aku membencimu, sekuat itulah aku ingin memusuhimu. Sedahsyat itulah aku ingin menabuh genderang perang, mengibarkan bendera merah teroles darah. Semenggebu itulah ingin kukobarkan ajakan pertikaian yang sungguh kujaga supaya tak kunjung usai.

Hanya saja, diriku akhirnya menyadari. Bahwa setiap hari memelihara napas penuh benci hanyalah akan melubangi paru-paru dan menggerogoti jantung. Membuatku sadar bahwa ternyata hatiku sudah lama lelah bertarung. Memendam kebencian kepadamu ternyata menghabiskan nafasku, mengikis bahagiaku hingga terbuang sia-sia menjadi ampas.

Tak perlu kau tanyakan lagi beratnya aku ketika memutuskan berhenti membencimu. Bukan karena aku sudah memaafkanmu, tetapi lebih karena aku ingin merenggutmu pergi dari benakku. Melepas pergi adalah bentuk kesediaan untuk kehilangan satu isi hati lagi. Bahkan berhenti membenci juga membawa konsekuensi tersendiri. Harga yang harus dibayar tak boleh dicicil. Langsung merusak dan menciptakan lubang dalam yang sarat arti. Tak ada apapun yang tersisa dari lubang itu. Kekosongan itulah yang memaksa ragaku untuk duduk seorang diri, lalu berpikir untuk berbalik arah dan pergi.

Kadang aku ragu, sepadankah harga yang wajib kubayar demi menghapuskan dendam? Tapi di balik keraguan, tetap ada harapan akan hati yang terbebas. Layaknya burung terbang mengepakkan sayap, lalu mencuit di ujung langit, tak lupa jungkir balik di antara lengkung pelangi.

Diam-diam ada senyum simpul yang mewarnai rona wajahku. Aku terjerembab lega. Yang kulepas pergi adalah rasa benci. Keyakinanku sendiri tetap padu, bahwa Tuhan sebenarnya sedang ingin mengobrol tentang pelajaran hidup yang harus aku alami sendiri. Tentang rantai-rantai berat memasung yang harus kuputus sendiri. Semua adalah tentang mendamaikan hati lalu melepaskan benci.

Akar kuat yang tertanam dalam itu sudah kugali sendiri, ikatan mencekik yang membirukan kulit itu sudah kuurai hingga terburai. Tak ada lagi simpul mati yang tak bisa dilolosi. Lalu akhirnya kekhawatiran yang menggayuti hati bisa menguap tanpa arti. Hanya ketenangan yang kumiliki. Memang sudah seharusnya begini.

Aku ingin hidup ringan tanpa terbebani, mengikuti kemauan hati. Aku ingin hidup sederhana tanpa rantai besi yang menggayuti hati. Aku ingin bebaskan jiwaku mengiringi bunga-bunga yang tak lelah bersemi, memutari rintik hujan lembut menyejukkan hati. Aku ingin berharap seperlunya, lalu mudah syukuri semua.

Atas nama hatiku sekali lagi kuperingatkan kepadamu. Jangan pernah kau tanyakan apakah aku sudah memaafkan. Jawabannya akan selalu tetap sama. Tidak, sayang. Tak ada maaf untukmu. Dendam ini akan selalu kupeluk erat dalam dekapan. Luka atas nama pengkhianatan masih menganga meski telah terbungkus perban.

Tak ada waktu untuk perdamaian, karena dosamu tidak akan pernah tertebuskan.

 

6d1080a7f06beb941e500898bf0fed5c

Di suatu kota penuh kenangan, ketika masa muda masih bersemangat menorehkan luka. 8 September 2012 – Anonymous Yoghurt

 

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

8 Komentar

  1. Wow, selalu suka sama ini :NGAKAKGILAA :lovelove

  2. Roronoa ZoroNa menulis:

    Jasa hapus kenangan kk, mari diorder~ Trusted, privasi terjaga dan dijamin amanah 100%~ Check link on bio~

    1. Maaf jeng mimin…kira2 tarifnya sampai nguras dana jatah lebaran kagak ๐Ÿ˜‰๐Ÿ˜‰๐Ÿ˜‰

      Takutnya THR pun ludes …kenangan itu malah tumbuh subur seolah diberi pupuk kompos ala mb nina ..

  3. Ternyata perasaan itu emang harus terbayar lunas
    bukan malah dicicil..semacam angsuran…
    Agar kelak para deptcolector tak menyambangimu mengganggu seluruh ketenangan hati dan jiwamu :nangiskeras :nangiskeras

    # terimakasihatassarannya :kudukungkau

  4. kelihatan banget dari dalemnyakebencian nya si outornya nunjukin bahwa rasa cintanya otornya buat ceweknya gak main main gaees ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

  5. Samangat Thor buat nendang penghuni lama yg udah tinggal d hatimu dari tahun 2020 sampe sekarang ngontrak gak bayar bayar thoor๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

  6. Kamu kan benci banget tu ma cewek kamu klo menurutmu dia juga benci kamu gak ๐Ÿ˜…

  7. Indah Narty menulis:

    Dalem bener ini