Perampas Waktu

Perampas Waktu #7 Melupakan Lalu Pergi

Bookmark
Please login to bookmark Close
2 votes, average: 1.00 out of 1 (2 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading... Baca Parts Lainnya Klik Di sini


 

Kau pasti tahu bahwa akan selalu ada tawa membahana silih berganti dengan air mata yang menderas di wajahmu.

Begitulah perjalanan hidup, berputar layaknya roda pedati. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang berlumuran bahagia, kadang banjir kepedihan nan nelangsa. Kadang kau hambur-hamburkan kekayaan, kadang pula kau mengais-ngais logam sekeping tuk menggenapi hartamu yang menipis.

Sama halnya seperti ketika Tuhan mengatakan bahwa dibalik kesusahan, akan ada kebahagiaan datang minta disambut. Silih berganti memutari roda waktu.

Begitupun dengan lukamu yang menganga berdarah-darah saat ini. Sakitnya menyembilu, menghembuskan pilu bertalu-talu yang memekakkan kalbu. Nanti, ketika masa berganti, akan tiba saatnya luka itu sembuh, bekasnya kuyakin akan menjadi penanda yang bisa kau kenang dalam senyummu.

Wajahmu selalu pucat, dengan mata membengkak karena terus memeras tangis pilu yang direnda pengkhianatan. Kulihat di malam sunyi, kau usir tidur yang menghampiri. Malahan kau pilih menahan terjaga tetap bertengger lama, mulai menghitung setiap retakan, kepingan rusak dan pecahan mengenaskan dari hatimu yang kuhancurkan keji.

Kau sudah kutinggal sendirian kali ini. Tatapmu pedih. Pendar matamu terlalu sendu untuk bisa menemukan jejak kesempatan kedua, sibuk kesepian, berkubang dalam lumpur kenangan, tak mampu lupa, tak mau melupakan.

Tidak pernahkah terpikir olehmu, bahwa ternyata bisa melupakan itu adalah salah satu hadiah Tuhan untuk menjaga hati manusia yang rapuh dari ancaman kerusakan?

Coba bayangkan jika manusia tak bisa melupakan? Betapa mengerikannya ketika hati dan pikiran manusia penuh sesak oleh kenangan buruk yang mendominasi dan juga kenangan manis yang mengisi setiap sisi dengan sama banyaknya? Penuh sesak berjejal-jejal, membuat hatimu menggembung menanti detik siap meledak.

Kalau kau tak bisa lupa, maka waktu akan kehilangan dayanya untuk menyembuhkan luka. Sebab, sekuat apapun waktu mendorong rodanya berputar melaju, kita tak akan perhah bisa lupa lalu sembuh

Tidak bisa lupa berarti tidak bisa sembuh. Sebab, hanya dengan lupa maka luka menganga tadi bisa sembuh sempurna.

Jadi, untung kau masih bisa lupa, bukan? Lalu kenapa kau tak mau lakukan?

Syukurilah itu, karena bisa melupakan adalah anugerah terbaik yang diberikan dari Sang Maha Baik untukmu. Terlupa adalah hadiah terbaik dari Tuhan untukmu.

Lupa adalah hadiah. Lupa adalah karunia. Lupa adalah augerah. Syukuri itu. Jangan sampai kau tak menghargai betapa pentingnya kita bisa melupakan.

Tahukah kau betapa bahagianya hati yang patah ketika dia bisa melupakan?

Percayalah, tidak akan mampu kau mengalihkan pikiran dari hati yang pernah membuatmu terikat dalam bahagia, kalau bukan karena karunia ‘lupa’ yang menyadarkan otakmu.

Dengan lupa maka kau bisa bergegas pergi, mengusir semuan kenangan yang menggayuti. Dengan lupa, kau akan mendapatkan kekuatan untuk menghardik masa lalu yang terus mengekorimu, bilang kalau sudah habis waktumu di hatiku, sana musnah lenyap saja karena hatiku telah menafikanmu.

Lalu kau bebas, lepas, tak perlu lagi disakiti nostalgia.

Kau mungkin tak sadar betapa aku merasa miris melihatmu selalu kembali dan kembali datang, hanya untuk mengusap penuh rindu setiap jejak langkah dari tempat terakhir kuberpijak saat masih menggandeng tanganmu.

Ingin rasanya kuhabisi harapanmu dengan lebih keji lagi supaya kau jera, supaya kau sadar dan tak usah kembali mengais-ngais kenangan dan mengorek kembali lukaku dan lukamu.

Lupa adalah anugerah, tetapi kenapa kau selalu menolak lupa? Tidakkah kau sadar kalau lukamu akan terus terbuka, lalu bernanah, lalu menjalar menggerogoti seluruh dirimu dan menelanmu bulat-bulat dalam derita tak tersembuhkan?

Manusia hanya mampu melangkahkan kaki, menapaki pola yang telah dibuat Sang Maha Tahu, bahkan sejak napas pertamamu dihembuskan ke tubuh rapuhmu. Hanya saja, kali ini, arah langkahmu dan arah langkahku mungkin sudah tak sejalan lagi.

Aku sudah sudah bisa lupa, lepas bebas melaju ke depan dan tak mau menoleh, sementara kau menolak lupa dan tak henti melangkah mundur

Angkat kepalamu, buanglah aku, beranikan dirimu untuk lupa Dengan begitu hatimu akan menyambut satu kesempatan lagi yang kau dapat dari ketidakpastian undian kehidupan.

Aku tahu pasti kalau kau punya keberanian. Kekasih pelarianku bukanlah pengecut yang memilih bersembunyi ketakutan sambil tersedu lemah mendayu-dayu. Kekasih pelarianku bukanlah manusia yang rela menyia-nyiakan kesempatan keduamu musnah begitu saja.

Aku tahu kau layak bersua dengan kesempatan kedua. Kau berharga, terutama hatimu. Sudut lengkung hatimu nan indah berkilauan, terbentuk dari rajutan cinta tanpa pamrih yang berjalinan dan melindungimu dari sakitnya deraan pengkhianatan tak berbelas kasih.

Hanya saja kau sedang sial bertemu aku, yang dengan tega mengurai jalinan perlindungan itu, lalu mematah-matahkannya hanya karena aku tak sanggup menerima kekuranganmu sepenuh hati. Kau kekasih pelarianku, bersikeras untuk merangkai kembali patahan hatimu yang kuinjak keji. Tak kuduga akan tiba saat dimana aku harus membebaskanmu lalu melangkah pergi.

Pergilah ! Hilangkan seluruh jejak kakiku dari relung hatimu yang berdarah-darah karena tertusuk duri tajam sepatuku. Berikan obat terbaik untuk lukamu! Tambal setiap lubang hingga menutup tanpa bekas. Ganti seluruh hiasan di dindingmu! siapkan dua kursi paling indah dan sajian terbaik di atas meja makanmu! Percantiklah hatimu yang telah bersih dari jejakku!

Aku yakin ada yang mengetuk pintumu untuk bertamu. Buka pintumu, sambutlah dia nanti. Yang kutahu dia pasti lebih baik dari diriku

Sekali ini saja kumemohon, sudahi saja menoleh-noleh ke belakang dan mencari-cari wujudku.

Aku tak akan pernah ada

Percayalah bahwa di dalam detik kau mengikhlaskan semuanya lalu pasrah hingga bebas melupakan, di detik itulah dia yang terbaik mulai melangkahkan kaki, lurus dan langsung menuju pintu hatimu nanti.

Ini kisah pilu tentang kekasih pelarianku yang hanya bisa membungkuk dalam tawa palsu ketika hatinya mulai membengkak penuh sesak oleh sedih dan pilu. Aku hanya berdoa semoga dia bisa mempercayai tanpa ragu, bahwa setelah semua sakit ini, bahagia akan memeluk tanpa tega berpamit pergi.

Akan selalu ada sinar matahari setelah badai. Akan selalu ada kesempatan kedua setelah kesempatan pertama yang tersia-siakan.

Pergilah, sayang. Tenteng sepatumu, bebaskan kakimu yang telanjang. Meloncatlah, lalu terbanglah menjauh. Kesempatan keduamu ada di atas sana, menunggu giliran terbaiknya untuk merengkuhmu nanti.

Buat Mantan
FYI Aku sudah lupa. Kamu kapan?
Jakarta, 22 Desember tahun rahasia

2 Komentar

  1. ah, nyesek baca nya … tolong bawakan aku tabung oksigen :lovely :lovely

  2. Buat mantannya siapa nih :happy